Tampilkan postingan dengan label al-Muwattha. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label al-Muwattha. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 November 2019

Guru Imam Malik Dan Sanad Tertinggi Kitab al-Muwattha


Guru Imam Malik Dan Sanad Tertinggi Kitab al-Muwattha

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawi

بسم الله الرحمن الرحيم
 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد

Pertanyaan Saudara Awaluddin Jamaah al-Muafah dari Rawa Badak Jakarta Utara:

Ada berapa guru dari Imam Malik dalam meriwayatkan hadis kitab al-Muwattha' Dan ada berapa hadis dalam kitab al-Muwattha tergolong bersanad tinggi yang diriwayatkan oleh Imam Malik?

Jawaban:
Jumlah guru Imam Malik radhiyallahu anhu dalam periwayatan hadis kitab al-Muwattha, sebanyak 98 guru. Seluruhnya ulama Madinah kecuali 9 orang saja.

Adapun sanad tertinggi yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al-Muwattha adalah Tsunaiyah, di mana Imam Malik meriwayatkan hadis hanya dengan dua perantara untuk sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jumlah total hadis Tsunaiyah dalam kitab al-Muwattha 153 hadis. Mayoritas Tsunaiyah Imam Malik Riwayatkan dari Imam Nafi' dari Sayiduna Abdullah Bin Umar Radhiyallahu anhuma dari Rasulullah sebanyak 73 hadis. Adapun jalur lain Imam Malik Meriwayatkan dari Abdullah Bin Dinar dari Abdullah Bin Umar dari Rasulullah sebanyak 29 hadis dengan rincian 27 hadis diriwayatkan oleh Imam Yahya al-Laitsi dari Imam Malik dan 2 hadis riwayat Imam Muhammad Hasan asy-Syaibani. 

Kajian Kitab Dan Ceramah agama dapat dilihat pada Chanel Youtube:
Yayasan al-Muafah
Silahkan di Subscrib, untuk mendapatkan kajian terkini



Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy M.A

Ikuti Kajian Islam:

instagram.com/rizkialbatawi

@rizkialbatawi

 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، وبحق قلب النبي صلى الله عليه وسلم وما حوى، أعط كل واحد منا من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
صلاةً تَجْعَلُنَا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا، وَرِزْقًا كَثِيْرًا، وَقَلْبًا قَرِيْرًا، وَعِلْمًا غَزِيْرًا، وَعَمَلاً بَرِيْرًا، وَقَبْرًا مُنِيْرًا، وَحِسَابًا يَسِيْرًا، وَمُلْكًا فِي الْفِرْدَوْسِ كَبِيْرًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910


فَأَكْرِمِ اللَّهُمَّ مَنْ أَكْرَمَنَا .:. وَكَثِّرِ الْخَيْرَ لَدَيْهِ وَالْغِنَا
وَأَعْطِهِ مِمَّا رَجَى فَوْقَ الرَّجَا .:. وَاجْعَلْ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا
وَافْعَلْ كَذَلِكَ بِكُلِّ مُحْسِنِ .:. اِلَى ذَوِي الْعِلْمِ بِظَنٍّ حَسَنِ
وَاهْدِ جَمِيْعَنَا اِلَى الرَّشَادِ .:. وَلِطَرِيْقِ الْخَيْرِ وَالسَّدَادِ
وَابْسُطْ بِفَضْلِكَ عَلَيْنَا نِعْمَتَكْ .:. وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي الدَّارَيْنِ رَحْمَتَكْ
وَاخْتِمْ لَنَا عِنْدَ حُضُوْرِ الْأَجَلِ .:. بِالْعَفْوِ مِنْكَ وَالرِّضَى الْمُعَجَّلِ
أَمِيْنَ أَمِيْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا .:. وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَـــــــــــــــــانَا



Minggu, 27 Agustus 2017

Kitab al-Muwattha Bab Mandi Junub (Hadis No 67-70)

Kitab al-Muwattha Bab Mandi Junub

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


 بَابُ الْعَمَلِ فِي غُسْلِ الْجَنَابَةِ

Bab yang menjelaskan aktifitas Mandi Junub

67 - حَدَّثَنِي يَحْيَى، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ، بَدَأَ «بِغَسْلِ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ، ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غَرَفَاتٍ بِيَدَيْهِ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ»

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah, Ummul Mukminin; bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mandi dari junub, beliau memulai dengan membasuh kedua tangannya. Berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat. Memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menyelah-nyelahinya ke pangkal rambut, lalu beliau menuangkan air di atas kepalanya tiga gayung dengan kedua tangannya, kemudian meratakan air ke seluruh kulitnya."

Hadis ini menjelaskan sifat mandi junub Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di dalamnya terdapat amaliah fardhu dan sunnah. Di antara amaliyah sunnah adalah membaca Basmalah sebelum mandi. Jika dilakukan di kamar mandi yang jadi satu dengan tempat yang lazim digunakan untuk buang air besar atau kecil, maka membaca Basmalah cukup di dalam hati saja karena tidak layak menyebut dengan keras nama Allah pada tempat tersebut. Bila pada tempat yang tak lazim digunakan untuk buang hajat, maka boleh dikeraskan bacaan Basmalahnya. Dan disunnahkan juga mencuci dua tangan dan melakukan wudhu sebelum mandi, meniga kalikan basuhan (bagian kanan depan, bagian kanan belakang, bagian kiri depan dan bagian kiri belakang), menyelat-nyelatkan jari tangan ke rambut atau bulu-bulu agar memudahkan air menjangkau mengenai bagian rambut, bulu-bulu dan kulitnya. Adapun yang wajib dalam mandi junub adalah meratakan air ke seluruh bagian kulit zhahir anggota badan.

68- حَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ «يَغْتَسِلُ مِنْ إِنَاءٍ هُوَ الْفَرَقُ مِنَ الْجَنَابَةِ»

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari Aisyah, Ummu Mukminin; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mandi junub dari bejana Al Faraq.”

Imam Sufyan Ibn Uyainah, Abu Ubaid mengatakan bahwa yang dimaksud al-Faraq adalah nama bejana seukuran 3 Sha’ (16 Rithal). Pendapat ini berdasarkan riwayat Ibn Hibban dari Jalur Atha dan Siti Aisyah yang mengatakan bahwa al-Faraq adalah 6 Aqsath dan Satu Qisth adalah setengah Sha’. Sedangkan imam Nawawi dan mayoritas ulama fiqh menyatakan al-faraq itu ukuran 2 sha’.

Hadis di atas menjadi riwayat tambahan mengenai jumlah air yang digunakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat mandi junub. Riwayat lain masyhur menyatakan air yang beliau gunakan sebanyak satu Sha’ (4 Mud). Atau juga bisa dipahami bahwa air bejana tersebut terdiri dari al-Faraq (2 atau 3 Sha’) tetapi yang beliau habiskan Cuma satu Sha’ saja.

69 - وَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ، بَدَأَ «فَأَفْرَغَ عَلَى يَدِهِ الْيُمْنَى، فَغَسَلَهَا، ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ. ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ، وَنَضَحَ فِي عَيْنَيْهِ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى، ثُمَّ الْيُسْرَى. ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ. ثُمَّ اغْتَسَلَ وَأَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ»

Artinya: "Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi' bahwa Abdullah bin Umar apabila mandi dari junub, memulai dengan menuangkan air di atas tangan kanannya. Dia membasuhnya, lalu membasuh kemaluannya. Dia berkumur-kumur lalu memasukkan dan menyemburkan air yang dia masukkan ke dalam hidungnya. Membasuh wajahnya dan memercikkan air ke kedua matanya, membasuh tangan kanannya lalu kirinya, kemudian dia membasuh kepalanya. Dia mandi dan meratakan air ke seluruh tubuhnya.”

Di antara sunnah mandi adalah mendahulukan membasuh bagian angota tubuh yang kanan, menggosok kemaluan dengan tangan kiri, berkekumur dengan tangan tangan, istinsyaq (memasukan air ke hidung) dengan tangan kanan, Istinstar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri. Mazhab Imam Abu Hanifah memandang wajib melakukan kekumur dan istinsyaq pada mandi junub, tetapi sunnah pada wudhu. Berbeda dengan imam Ahmad bin Hambal yang berpendapat wajib kekumur dan istinsyaq pada mandi junub dan berwudhu.

Ibn Abdil Bar berkomentar mengenai memercikan air ke dua mata yang dilakukan sayyiduna Abdullah Bin Umar tidak diikuti oleh seseorang sahabat lainnya ketika itu. Imam Malik pernah ditanya terkait hal tersebut, maka beliau menjawab: Itu tidak diamalkan. Sedangkan ada riwayat Abu Hurairah yang menyatakan:

أَشْرِبُوا أَعْيُنَكُمْ مِنَ الْمَاءِ عِنْدَ الْوُضُوءِ

Artinya: "Nenabkan air pada kedua mata kalian ketika berwudhu.”

Hadis itu diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Ibn Adiy. Imam Zainuddin al-Iraqiy memberikan vonis hadis yang sanadnya lemah. Bahkan Imam Ibn Shalah dan an-Nawawiy menyatakan: “kami tidak menemukan sanad yang valid hadis tersebut.”

70 - وَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ عَائِشَةَ سُئِلَتْ عَنْ غُسْلِ الْمَرْأَةِ مِنَ الْجَنَابَةِ، فَقَالَتْ: «لِتَحْفِنْ عَلَى رَأْسِهَا ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ مِنَ الْمَاءِ، وَلْتَضْغَثْ رَأْسَهَا بِيَدَيْهَا»

Artinya: Menceritakan kepadaku Imam Malik, sesungguhnya sampai kepada beliau bahwa siti Aisyah pernah ditanya perihal mandi junub seorang wanita. Beliau menjawab: Hendaknya para wanita mencauk air 3 caukan untuk kepalanya kemudian mereka memasukan jari-jari tangan lalu menggosok-gosokannya kepala dengan tangannya.”

Riwayat siti Aisyah di atas tidak senada dengan hadis riwayat Abdullah Bin Amr Bin al-Ash. Siti Aisyah tidak memerintahkan seorang wanita membuka ikatan rambutnya saat mandi wajib, cukup baginya hanya menyelat-nyelatkan jari-jari tangannya dan menuangkan air 3 kali.

Hal tersebut tentunya bagi wanita berkonde yang yakin bila ia selat-selatkan jari-jari tangan di kepalanya air bisa rata ke seluruh bagian rambut dan kulit kepala. Adapun bagi wanita yang tidak yakin, maka masih wajib ia membuka ikatan atau konde kepalanya bila bukan dengan cara seperti itu air tidak akan rata ke bagian rambuat dan kulit kepalanya.







Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910


Senin, 14 Agustus 2017

Suami Mencium Istri Membatalkan Wudhu

Suami Mencium Istri Membatalkan Wudhu 

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Al-Muwattha hadis no; 64:

 (64)حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قُبْلَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَجَسُّهَا بِيَدِهِ مِنْ الْمُلَامَسَةِ فَمَنْ قَبَّلَ امْرَأَتَهُ أَوْ جَسَّهَا بِيَدِهِ فَعَلَيْهِ الْوُضُوءُ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah dari bapaknya, - Abdullah bin Umar - dia pernah berkata; "Ciuman dan rabaan tangan laki-laki pada istrinya termasuk mulamasah. Barangsiapa yang mencium istrinya atau merabanya, wajib baginya berwudlu."

 (65)وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ مِنْ قُبْلَةِ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ الْوُضُوءُ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab bahwa dia berkata; "Wajib berwudlu bagi seorang laki-laki yang mencium istrinya."

 (66)وَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «مِنْ قُبْلَةِ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ الْوُضُوءُ» قَالَ نَافِعٌ: قَالَ مَالِكٌ: وَذَلِكَ أَحَبُّ مَا سَمِعْتُ إِلَيَّ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab bahwa dia berkata; "Wajib berwudlu bagi seorang laki-laki yang mencium istrinya." Ibnu Nafi’ berkata. Malik menegaskan: “Demikian itu sesuatu yang paling aku suka mendengarnya.”

Imam Muhammad Bin Abdurrahman ad-Dimasyqiy rahimahullah mengatakan: “Para ulama berbeda pandangan mengenai masalah bersentuhan kulit lelaki dengan wanita, batal wudhu atau tidak. Mazhab imam Syafii: Batal wudhu secara mutlak, bila sentuhan kulit tersebut langsung tanpa ada penghalang dan antara lelaki dan wanita tersebut tidak ada hubungan mahram serta keduanya telah masuk usia yang layak digumbirahi (6 tahun). Mazhab Imam Malik dan Imam Ahmad: “Bila sentuhan itu terjadi antara keduanya dengan dapat menimbulkan syahwat, maka batal. Bila tidak ada getaran syahwat maka tidak batal. Mazhab Imam Abu Hanifah: Tidak batal, sentuhan kulit lelaki dan perempuan bila tidak menyebabkan ereksi (ngaceng) kemaluannya. Dikatakan batal, bila terjadi sentuhan dan mengalami ereksi secara bersamaan. Imam Muhammad Bin Hasan berkata: Tidak batal sekalipun sentuhan tersebut menyebabkan ereksi kemaluan lelaki. Imam Atha’ berpendapat: Bila sentuhan kulit itu terjadi antara ajnabiyah (wanita yang bukan mahram) dan laki-laki, maka batal. Tetapi jika dengan wanita ajnabi yang halal seperti Istrinya atau budak perempuannya, maka tidak batal. Mazhab Imam Syafii menyatakan konsekuensi batal dalam kasus sentuhan kulit lelaki yang bukan mahram berlaku batal bagi si Lamis (pelaku atau yang duluan menyentuh) dan malmus (yang disentuh). Adapun mazhab Imam Ahmad Bin hambal dalam hal ini ada dua pendapat.

Imam Abdul Wahhab as-Sya'rani dalam al-Mizan al-Kubra menyebutkan: "Pendapat yang mengatakan seorang suami menyentuh kulit istrinya tanpa penghalang tidak batal, beralasan dengan hadis riwayat siti Aisyah Radhiyallahu anha yang menyatakan: Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mencium beberapa istrinya kemudian langsung mengerjakan shalat tanpa wudhu lagi. Pendapat ini ditujukan bagi orang yang mampu menahan syahwatnya.

Imam Ibn al-Arabiy al-Hatimiy rahimahullah berkata: “Pendapat ulama yang menyatakan tidak batal wudhu ketika lelaki bersentuhan dengan kulit perempuan berargumen bahwa perempuan dianugrahkan kesempurnaan yang ada dalam kandungan makna firman Allah surat at-Tahrim ayat 4:

وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ

 Artinya: jika kamu berdua (siti Hafshah Dan Siti Aisyah) bantu-membantu menyusahkan Rasulullah, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
  
Hal tersebut merupakan rahasia yang hanya Allah berikan kepada hamba pilihan untuk melihat awal eksistensi alam semesta dan mengetahui keistimewaan pangkat istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (siti Hafshah dan siti Aisyah) sehingga Allah jadikan dirinya bersama para nabi di kalangan Ulul azmi, malaikat dan manusia lainnya dan itu menjadi rahasia yang tidak layak diviralkan kepada orang yang masih terhijab.

Syekh Ali al-Khawwash rahimahullah berkata: “Batal wudhu lelaki lantaran bersentuhan kulit perempuan itu hanya berlaku bagi orang yang belum terbuka pengetahuan batinnya mengenai keagungan perempuan sebagai induk yang melahirkan makhluq di alam semesta. Produktifitas perempuan bagian dari keagungan perempuan. Bandingannya adalah semboyan: Mutaaddiy afdhalu Min al-Qashir.



Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910