Selasa, 17 Oktober 2023

Bacaan Tasbih dan Doa Ketika Sujud

 عن عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ: «إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ، وَذَلِكَ أَدْنَاهُ، وَإِذَا سَجَدَ فَلْيَقُلْ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثًا، وَذَلِكَ أَدْنَاهُ» رواه أبو داود.


Dari Abdullah Ibnu Mas'ud RA berkata: Rasulullah bersabda: Apabila kalian ruku maka bacalah 3 kali: 𝘚𝘶𝘣𝘩𝘢𝘯𝘢 𝘙𝘢𝘣𝘣𝘪𝘺𝘢𝘭 '𝘈𝘻𝘩𝘪𝘮, dan itu yang paling sedikit. Dan jika sujud bacalah 𝘚𝘶𝘣𝘩𝘢𝘯𝘢 𝘙𝘢𝘣𝘣𝘪𝘺𝘢𝘭 𝘈'𝘭𝘢 𝘞𝘈 𝘉𝘪𝘩𝘢𝘮𝘥𝘪𝘩, tiga kali, dan itu yang paling sedikit. 


Bagi Imam maka tidak dibenarkan melebihi 3 kali bacaan tasbih tersebut, kecuali makmumnya rela. Berbeda dengan jika sholat 𝘮𝘶𝘯𝘧𝘢𝘳𝘪𝘥𝘢𝘯 (sendiri) maka boleh menambah bacaan tasbih lebih dari 3 kali, yaitu 5 atau 7 atau 9 dalam mazhab Hanafi dan Hambali, atau 11 kali dalam mazhab Syafi'i.


قال الإمام النووي في "روضة الطالبين وعمدة المفتين" : ثُمَّ الزِّيَادَةُ عَلَى ثَلَاثِ تَسْبِيحَاتٍ إِنَّمَا تُسْتَحَبُّ لِلْمُنْفَرِدِ، وَأَمَّا الْإِمَامُ فَلَا يَزِيدُ عَلَى ثَلَاثٍ، وَقِيلَ: خَمْسٍ، إِلَّا أَنْ يَرْضَى الْمَأْمُومُونُ بِالتَّطْوِيلِ، فَيَسْتَوْفِيَ الْكَمَالَ] .


Imam Nawawi mengatakan dalam kitabnya: Kemudian jika menambah dari tiga kali tasbih maka itu disunnahkan bagi orang yang sholat sendiri (𝘮𝘶𝘯𝘧𝘢𝘳𝘪𝘥), dan adapun imam maka tidak menambah dari tiga tersebut, dikatakan lima, kecuali makmum ridho dengan yg lebih panjang,  maka hal tersebut sempurna. 


Selain menambah jumlah bacaan tasbih, bagi yang sholat sendiri atau imam dengan jamaah yang rela shalat dengan lebih lama, kita juga bisa menambah doa dalam sujud kita. Hal ini disunnahkan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:


أَقْرَبُ ما يَكونُ العَبْدُ مِن رَبِّهِ، وهو ساجِدٌ، فأكْثِرُوا الدُّعاءَ.


"Posisi terdekat antara hamba dan Tuhannya adalah saat dia bersujud, maka perbanyaklah berdoa. " HR. Muslim


Di antara tasbih dan doa yang bisa kita baca adalah sebagai berikut:


1. اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ


"Ya Allah, untuk-Mu aku sujud dan kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku sujud untuk Yang Menciptakan wajahku dan memberinya rupa, dan memisahkan antara pendengarannya dan penglihatannya, dengan daya dan kekuatan-Nya, Maha Besar Engkau ya Allah, Pencipta yang paling baik. "


Selain itu juga disunnahkan membaca:


2. سبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ المَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ


"Maha Suci (Engkau dari segala sifat yang tidak baik dan Sekutu) dan Maha Bersih (dari sifat yang tidak layak terhadap mahluk-Nya, wahai Tuhan malaikat dan ruh. "


Subbuhun Quddusun adalah sifat dari sifat-sifat Allah. Makna subbuh adalah yang suci dari segala sifat buruk. Makna Quddus adalah yang suci dari segala najis. Sedangkan rabbul Malaikati warruh ada yang berpendapat malaikat Jibril. Pendapat lain mengatakan, malaikat yang besar, lebih besar dari malaikat-malaikat lainnya. Ada juga yg berpendapat malaikat yang paling mulia. 


Selain itu ada doa yang juga dibaca oleh Nabi Muhammad ketika sujud, yaitu:


3. اللَّهمَّ اغفِر لي ذنبي كُلَّهُ دِقَّهُ، وجِلَّهُ، وأوَّلَهُ وآخرَهُ وعلانيتَهُ وسِرَّهُ. اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ برضاكَ مِن سُخْطِكَ ، وبمعافاتِكَ من عُقوبتِكَ ، وأعوذُ بِكَ منكَ ، لا أُحصي ثَناءً عليكَ . أنتَ كما أثنيتَ على نفسِكَ


"Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang terperinci dan yang keseluruhannya, yang pertama kaki aku lakukan dan yang terakhir kalinya, yang terang-terangan dan yang sembunyi-sembunyi. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari murka-Mu, dan berlindung dengan pemaafan-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dan Engkau. Tidak aku sanggupi untuk menghitung pujian terhadap-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. "


Dengan banyaknya doa yg bisa dibaca ketika sujud, tetapi dimakruhkan membaca al-Qur'an ketika ruku dan sujud. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Nabi bersabda:


وإنِّي نُهِيتُ أنْ أقْرَأَ القُرْآنَ رَاكِعًا، أوْ سَاجِدًا، فأمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فيه الرَّبَّ عزَّ وجلَّ، وأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا في الدُّعَاءِ، فَقَمِنٌ أنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ


"Sesungguhnya aku dilarang untuk membaca al-Qur'an ketika ruku dan ketika sujud. Adapun ketika ruku, maka kalian agungkanlah Allah Azza wa Jalla. Dan ketika sujud, maka perbanyaklah doa ketika sujud. Dan yakinlah doa kalian akan dikabulkan." HR: Muslim


والله اعلم بالصواب 

Minggu, 26 September 2021

Ruqyah dengan Ayat-ayat Kesembuhan

Sakit adalah hal manusiawi yang setiap orang pasti merasakannya. Sakit merupakan sebuah musibah yang tidak bisa kita tolak. Tetapi kita harus berusaha mencegah datangnya penyakit dengan memperhatikan kesehatan diri sendiri baik itu dilakukan dengan melaksanakan puasa, olah raga, makan makanan sehat, atau istirahat yang cukup dan sebagainya. Tetapi kalau Allah sudah berkehendak untuk kita terkena suatu penyakit, tentu tidaklah kita sebagai seorang hamba dapat menolaknya.

Ketika Allah menurunkan suatu penyakit, pastilah pula Allah akan menurunkan obat atau penawarnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

Artinya: “Tidaklah Allah Ta’ala menurukan suatu penyakit, kecuali Allah Ta’ala juga menurunkan obatnya. [HR. Bukhari]

 

Dalam riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

Artinya: “Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah. [HR. Muslim]

Hadits di atas mengisyaratkan diizinkannya seseorang muslim mengobati penyakit yang dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Cara mengobati penyakit yang diderita bisa dengan cara ke berobat ke dokter, ataupun ruqyah (thibbun Nabi) ataupun dengan herbal dan cara lainnya yang dibenarkan dalam agama, bukan mendatangi dukun apalagi tukang santet. Setelah kita ikhtiar, sisanya kita serahkan kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menyembuhkan diri kita.

Terkait ikhtiar dalam berobat, terkadang ada di tengah masyarakat kita yang mendatangi ustadz atau orang soleh atau kiai untuk meminta air doa (air yang sudah dibacakan doa atau ayat Al-Qur’an), dengan alasan mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui ayat-ayat syifa yang bisa dipakai untuk mengobati, atau hafal doa-doa kesembuhan yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu dan sudah terbukti, dengan izin Allah dapat membantu dalam kesembuhan.

Selain itu, permintaan air doa kepada ustadz dan lainnya, menjadi sangkaan positif dari masyarakat terhadap ustadz ataupun kiai, bahwa mereka adalah orang-orang soleh yang senantiasa beribadah kepada Allah, selalu melakukan kebaikan sehingga lebih dekat kepada Allah, dan berharap doa yang dipanjatkan lebih cepat diterima.

Dalam sebuah hadits yang diriwatkan oleh Imam Muslim disebutkan,

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ » .

Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan ‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; ‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’ Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu.

Selain surat al-Fatihah yang dipakai sebagai washilah oleh Sahabat Said al-Khudri untuk menyembuhkan orang yang tergigit ular tadi, ada surat lain yang juga dipakai untuk ayat kesembuhan, seperti surat an-Naas dan al-Falaq yang masyhur dalam sejarah, Nabi menggunakannya agar terhindar dari sihir yang menyerang tubuhnya, bukan hati dan pikirannya.

Syaikh Sayyid Muhammad ibn Alwi al-Maliki menyebutkan dalam bukunya Abwabul Faraj (hal. 109) ayat-ayat kesembuhan yang bisa dipakai untuk meruqyah seseorang. Ayat-ayat tersebut beliau kutip dari Imam Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi.

Diceritakan pada suatu hari anak Imam Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi menderita sakit parah, sehingga dirinya berputus asa akan kesembuhan anaknya karean kian parah penyakitnya dari hari ke hari. Lalu satu waktu, beliapun tertidur hingga bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad dalam tidur tersebut, lalu beliapun mengadukan kondisi putranya kepada Nabi. Lalu Nabi-pun bersabda kepada beliau, “Manakah kamu dari ayat-ayat kesembuhan?” lalu beliaupun terbangun dan memikirkan hal tersebut. ternyata ayat-ayat kesembuhan itu ada di enam tempat dalam Al-Qur’an, yaitu Firman Allah:

1.   وَ يَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ (التوبة : 14)

Artinya: “Serta melegakan hati orang-orang yang beriman.

2.   وَ شِفَاءً لِمَا فِي الصُّدُوْرِ (يونس : 57)

Artinya: “Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.”

3.   يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ (النحل : 69)

Artinya: “Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

4.   وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُوْمِنِيْنَ (الإسراء : 82)

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

5.   وَ اِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ (الشعراء : 80)

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.”

6.   قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا هُدًى وَشِفَآءٌ (فصلت : 44)

Artinya: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.

Setelahnya beliau berkata, “ Maka, aku menulisnya pada suatu lembaran, kemudian aku larutkan dengan air dan aku minumkan kepadanya, diapun seolah-olah terlepas dari ikatan.”

Semoga Allah memberikan kita kesehatan yang menyeluruh dan memberikan kesembuhan bagi hamba-hambanya yang saat ini sedang sakit. Amin


Ummu Munyah

Raihana Quddus



Kamis, 23 September 2021

Rabu Terakhir di Bulan Shafar

Sebelum Islam menyebar di tengah masyarakat jahiliyyah, orang-orang Arab Jahiliyyah mempunyai sebuah pemikiran bahwa bulan shafar merupakan bulan yang tidak baik, bulan yang banyak bencana serta musibah, sehingga pada waktu tersebut mereka menunda melakukan banyak kegiatan karena takut terkena bencana.

Ada seorang A’roby (penduduk pedalaman Arab) bertanya kepada Rasulullah mengenai hal ini, “Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan onta yang semula sehat kemudian berkumpul dengan onta yang kudisan kulitnya, sehingga onta tersebut menjadi kudisan pula?” Rasulullah menjawab dengan sebuah pertanyaan, “Lalu, siapa yang menularkan kudisan pada onta yang pertama?”

Maksud dari hadits di atas dijelaskan bahwa suatu penyakit tidak akan menular dengan kekuatannya sendiri, melainkan atas kehendak Allah. Sakit atau sehat, celaka atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah, akan tetapi walaupun semuanya kembali kepada Allah, bukan berarti manusia tidak bisa berikhtiar, manusia tetap dianjurkan untuk berusaha agar terhindar dari segala musibah. (Ahza, Hidayah, hal. 28-29)

Rasulullah bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَاَركَ مِنَ اْلاَسَدِ

Artinya: “Larilah (hindarilah) dari orang-orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa.

Dalam ajaran Islam, semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri. Selain itu juga mempunyai keistimewaan dan peristiwa masing-masing. Jika suatu bulan mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih, bukan berarti bulan yang lain merupakan bulan yang buruk. Sedangkan andaikata ada kejadian tragis atau peristiwa yang memilukan dalam bulan tertentu, hal itu bukan berarti bahwa bulan tersebut merupakan bulan musibah atau bulan yang membawa sial. (Ahza, Hidayah, hal. 31).

Walaupun demikian, terkait dengan bulan shafar, para ulama memperingatkan tentang rabu terakhir di bulan Shafar, atau disini terkenal dengan rabu wekasan. Rabu Wekasan adalah Sebuah tradisi yang berisi ritual atau amalan terdiri dari doa dan sedekah atau amalan lainnya yang dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar bertujuan untuk Daf’ul Bala (tolak bala). Dalam istilah ahli shufi disebut ‘Amaliyah Arbia Akhir Min as-Shafar’, sehingga para ulama meganjurkan untuk banyak membaca doa-doa penolak bala pada hari rabu terakhir di bulan Shafar.

Syekh Abdul Hamid Qudus berkata Syekh al-Kamil Fariduddin Sakar Kan dalam kitab Awrad al-Khawajah Mughniddin, seperti yang disebutkan pula dalam kitab Al-Jawahir al-Khams karya Imam Muhammad Khatiruddin al-Atthar, mengatakan Asy-Syaikh Al-Buniy di dalam kitab Al-Firdaus menyebutkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan bala pada hari Rabu terakhir bulan Shafar antara langit dan bumi. Lalu diterima oleh Malaikat Quthbul Gauts yang menyebarkannya ke penjuru alam. Apapun yang terjadi berupa kematian, bala atau musibah itu adalah yang disebarkan oleh Quthbul-Gauts. Berdasarkan kasyaf (terbukanya hijab) mereka para wali menyaksikan dengan kasat mata saban tahun di bulan tersebut bagaimana bala turun dalam jumlah besar-besaran. Oleh karenanya mereka menghimbau pada hari dan bulan tersebut untuk memperbanyak doa dan amal shalih sebagai tolak bala. 

Dalam Kitab Min Fadhail asy-Syuhur al-Hijriyah (hal. 34-35), disebutkan sebuah amalan yang bisa dibaca pada hari rabu terakhir di bulan Shafar, dengan tujuan agar Allah melindungi kita pada tahun tersebut dari segala macam penyakit, fitnah, bala dan musibah.

Amalan tersebut adalah menulis di atas kertas putih beberapa ayat al-Qur’an yang diawali dengan lafadz بسلام ، dengan menggunakan air mawar, minyak misk dan minyak Za'faron, lalu dihapus itu semua dengan air lalu diminum, adapun khasiatnya adalah Allah akan menjaga orang yang meminumnya dengan sir (rahasia) dan barokah ayat-ayat sampai sepanjang tahun. Ayat-ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1.              سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رِّبِّ رَّحِيْمٍ

2.              سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِيْ الْعَالَمِيْنَ ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

3.              سَلَامٌ عَلَى ابراهيم ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

4.              سَلَامٌ عَلَى موسى وهارون ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

5.              سَلَامٌ عَلَى الياسين ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

6.              سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خَالِدِيْنَ

7.              سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

 Kemudian, setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، اَللّٰهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هٰذَا الشَّهْرِ. وَمِنْ كُلِّ شِدَّةٍ وَبَلاَءٍ وَبَلِيَّةٍ الَّتِي قَدَّرْتَها فِيهِ. يَا دَهْرُ يَا دَيْهُورُ يَا دَيْهَارُ . يَا كَانُ يَا كَيْنُونُ يَا كَيْنَانُ. يَا أَزَلِيُّ يَا أَبَدِيُّ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيدُ . يَا فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ . يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ . يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيدِ . وأَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيدُ ، اَللّٰهُمَّ احْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِي لاَ تَنَامُ نَفْسِي وَمَالِي وَأَهْلِي وَأَوْلاَدِي وَدِينِي ودُنْيَايَ الَّتِي ابْتَلَيْتَنِي بِصُحْبَتِهَا. بِحُرْمَةِ الْأَبْرَارِ وَالْأَخْيَارِ . بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ . يَا كَرِيمُ يَا سَتَّارُ . بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ ، اَللّٰهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوٰى . وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالِ . يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ . يَا كَبِيرُ يَا مُتَعَالُ، ذَلَّلْتَ بِعِزَّتِكَ جَمِيعَ خَلْقِكَ، اَللّٰهُمَّ اكْفِنِي شَرَّ جَمِيعِ خَلْقِكَ . يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ . لاَ إِلٰهَ اِلاَّ أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ .

Selain amalan di atas, kita juga sangat dianjurkan untuk memperbanyak shadaqah kepada faqir miskin dan kaum dhuafa sebagai penajam tolak bala.

Ayahnya Munyah juga mengajarkan sebuah amalan yang digunakan oleh para ulama Tarekat Tijani yaitu dengan mengamalkan pada malam Rabunya setelah mengerjakan shalat Isya dengan membaca, Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakil sebanyak 450 kali kemudian membaca Audzu billahi minas Syaithonir rojim  dan Bismillahirrahmanir rohim, setelah itu, membaca Shalawat Fatih 50 kali dan dilanjutkan "Ya Lathifu sebanyak 129 kali ditutup dengan Shalawat Fatih 20 kali.



Ummu Munyah

Raihana Quddus



Yayasan al-Mu'afah
Jl. Tipar Cakung No. 5 Cakung Jakarta 13910

Jadwal Taklim dan Dirasat:
1. Majelis Taklim dan Dzikir kaum Lelaki: Malam Senin ba'da Maghrib
Pengampu: Habib Hud al-Aththas, KH. Muhammad Soleh, Ustadz H. Hadi dan Ustadz Wawan Nur Fauzi

2. Majelis Taklim Lil Ummahat: Jum'at Siang (Ba'da Jum'at)
Pengampu: Ummu Munyah, Ustadz H. Hadi dan Ustadz Asep Samsudin, MA

3. Majelis Taklim MahMud (Calon Pengantin/Mamah Muda):
Minggu ke 1 dan ke 3 jam 6 pagi s/d jam 7
Pengampu: Ummu Munyah

4. Madrasah Diniyah (MD) al-Mu'afah
Senin s/d Jum'at ba'da ashar dan ba'da maghrib (Untuk anak mulai dari 4 tahun s/d SMA)


Jumat, 10 September 2021

Hukum Ikan Berwujud Anjing

Ikan dalam wujud anjing

Pertanyaan: Bila ada ikan yang berbentuk anjing, maka apakah secara hukum disamakan dengan ikan?

Jawab: Iya, sama dengan ikan.

Keterangan:

(قَوْلُهُ اِلاَّ السَمَكَ) – اِلَى اَن قَالَ – وَالْمُرَاُد بِهِ كُلُّ مَا لَا يَعِيْشُ اِلاَّ فِي الْبَحْرِ بِحَيْثُ يَكُوْنُ عَيْشُهُ فِي الْبَرِّ كَعَيْشِ مَزْبُوْحٍ وَلَوْ عَلَى صُوْرَةِ الْكَلْبِ .

Artinya: “(ungkapan: kecuali ikan)… yang dimaksud dengan ikan adalah tiap hewan yang tidak bisa hidup kecuali di air, sekira hidupnya di darat seperti hidupnya hewan yang disembelih, meskipun memiliki bentuk anjing.”

 

Sumber: al-Bajuri dan Tausyekh, hal. 142

Kamis, 09 September 2021

KIsah Qadi, Nashrani dan Lelaki Miskin (Hikmah Muharram)

 Kisah Di Hari Asyura

Oleh Ummu Munyah


Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh Syaikh al-Yafi’i. Kisah ini terjadi di sebuah daerah bernama Royya, yaitu daerah yang terletak di kawasan Iraq.

Di suatu yang cerah, bertepatan dengan hari Asyura atau 10 muharram, ada seorang lelaki miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya mendatangi seorang qadli (hakim/penguasa) yang kaya raya. Kedatangan lelaki miskin ke rumah qadli tersebut adalah untuk meminta sedekah beberapa potong roti, daging beserta beberapa keping dirham, untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Setelah si lelaki menyampaikan tujuannya dan Sang qadli menyanggupi permintaan si lelaki miskin tersebut dan berjanji untuk memberikannya nanti, lalu si lelaki miskin tadi pulang ke rumah dengan harapan dapat makan di sore hari bersama dengan keluarganya.

Ketika masuk waktu zuhur, si lelaki mendatangi si qadli untuk menagih janjinya, tetapi si qadli menunda janjinya hingga waktu ashar. Ketika ashar tiba, si lelaki kembali datang, tetapi sayang ternyata sang qadli mengingkari janjinya kepada si lelaki tersebut.

Si lelaki pulang dengan penuh rasa kecewa, hati hancur, serta kesedihan dalam hatinya, karena memikirkan keluarganya yang tengah menunggu makanan yang sekarang tidak dapat mereka makan.

Di tengah perjalanan, dia melihat seorang nashrani sedang berada di depan pintu rumahnya. Lalu dengan terpaksa, dia melangkahkan kakinya ke rumah nashrani tersebut, dan setelah sampai dia berkata, “Wahai tuan, dengan kemuliaan hari ini, berilah aku sesuatu!” Nashrani itu berkata, “Ada kemulyaan apa di hari ini?” lalu laki-laki miskin itu menuturkan sebagian sifat dan keistimewaan hari Asyura. Mendengar keistimewaan hari Asyuro tersebut, lalu si Nashrani tersebut berkata, “Aku bersumpah demi kemuliaan hari ini, sebutkanlah apa yang kau perlukan.” Lalu lelaki itupun diberi banyak barang yang diperlukan, bahkan melebihi dari kebutuhan yang dia sebutkan.

Ketika malam datang, dalam tidurnya si Qadli bermimpi melihat istana yang sangat indah dan megah. Emas dan perak serta mutiara merah melapisi istana tersebut. lalu si Qadli bertanya, untuk siapa istana indah dan megah tersebut, tiba-tiba ada suara yang menjawab memberitahukannya bahwa sesungguhnya istana itu untuk si Qadli, mendengar hal itu, sang Qadli langsung tersenyum lebar, lalu suara tersebut melanjutkan ucapannya, seandainya tadi engkau mengabulkan permintaan dari orang miskin yang datang kepadamu di hari Asyura, tetapi karena kamu menolaknya, maka istana yang megah tadi menjadi hak orang Nashrani yang memberi sedekah kepada lelaki miskin tadi.

Sang Qadli pun langsung terbangun dari mimpi tidurnya dengan rasa takut dan penuh penyesalan. Ketika pagi datang, si Qadli tadi buru-buru menemui si Nashrani, berniat menukar apa yang telah diberikan si Nashrani kepada lelaki miskin tersebut dengan nilai yang berlipat ganda. Ketika si Qadli akhirnya bertemu dengan si Nashrani, dia pun menceritakan mimpi yang dialaminya, tentang balasan dari Allah atas apa yang telah dilakukan si Nashrani tersebut kepada si lelaki miskin yang mendatanginya.

Mendengar cerita si Qadli, sang Nashrani pun menolak mentah-mentah tawaran harta berlimpah yang ditawarkan oleh si Qadli, bahkan si Nashrani itupun akhirnya mengucapkan dua kalimat Syahadat dan menjadi seorang muslim, menyisakan penyesalan yang dirasakan oleh si Qadli.

 

Diintisarikan dari Buku dengan Judul Hidayah hal 25 - 27



Raihana Quddus


Rabu, 11 Agustus 2021

Puasa Bulan Muharram

 Puasa Bulan Muharram

بسم الله الرحمن الرحيم

حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود

وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد

وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا

وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW mengatakan,

اَفْضَلِ الصَّيَامِ بَعْدَ رمضان شَهْرُ اللهِ المحرمِ

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram (Bulan yang dimuliakan).” (HR. Muslim)

Bulan Muharram adalah termasuk bulan yang dimuliakan atau termasuk dalam asyhur al-hurum, yaitu bulan-bulan yang tidak diperbolehkan melakukan pada bulan-bulan tersebut peperangan atau berperang. Dalam surat Al-Baqarah ayat 217 Allah berfirman:

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ

Artinya: “Mereka bertanya tentang bulan haram, bagaimanakah berperang pada bulan itu? Katakanlah, berperang pada bulan itu adalah dosa besar (dosanya).

Bulan muharram juga mendapat julukan Syahrullah, yaitu bulannya Allah, hal ini menunjukkan keutamaan khusus, karena disandarkan pada lafadz Allah, para ulama mengatakan penyandaran sesuatu pada lafadz jalalah memiliki makna tasyrif  atau memuliakan.

Banyak sekali amalan-amalan yang diajarkan oleh para ulama yang bisa dilakukan selama bulan muharram ini. Syekh Muhammad Nawawiy Bin Umar al-Bantaniy menyebutkan dalam kitab Nihayatuz Zain halaman 196:

وَنُقِلَ عَنْ بَعْضِ اْلأَفَاضِلِ أَنَّ اْلأَعْمَالَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اثْنَا عَشَرَ عَمَلاً: الصَّلاَةُ، وَاْلأَوْلَى أَنْ تَكُوْنَ صَلاَةُ التَّسْبِيْحِ، وَالصَّوْمُ، وَالصَّدَقَةُ، وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَاْلاِغْتِسَالُ، وَزِيَارَةُ الْعَالِمِ الصَّالِحِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ، وَاْلاِكْتِحَالُ، وَتَقْلِيْمُ اْلأَظَافِرِ، وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ اْلإِخْلاَصِ أَلْفَ مَرَّةٍ، وَصِلَةُالرَّحِمِ. وَقَدْ وَرَدَتْ اْلأَحَادِيْثُ فِي الصَّوْمِ وَالتَّوْسِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ. وَأَمَّا غَيْرُهُمَا فَلَمْ يَرِدْ فِي اْلأَحَادِيْثِ .

Artinya: "Diriwayatkan dari sebagian orang-orang yang mempunyai sifat utama bahwa amalan pada hari asyura' (10 Muharram) itu ada dua belas macam, yakni : shalat, -yang utama shalat tasbih- puasa, bersedekah, membuat anggota keluarga merasa gembira, mandi, manziarahi orang alim/orang shalih, menjenguk orang sakit mengusap kepala/menyantuni anak yatim, memakai celak, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlash 1.000 kali dan silaturrahim. Mengenai anjuran puasa dan memberikan uang nafaqah lebih kepada keluarga didasarkan oleh hadis yang menerangkannya. Selain dua hal tersebut tidak ada hadits shahih yang menganjurkannya.

Dari sekian banyak amalan yang disebutkan di atas, dua yang paling utama adalah puasa dan sedekah di bulan muharram. Dalam buku Hidayah karya Abi Muhammad Ahza beliau menyebutkan perkataan Ibnu Qoyyim yang mengatakan, berdasarkan riwayat-riwayat yang ada dapat disimpulkan bahwa yang paling sempurna puasa di bulan muharram adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal 10 ditambah sehari sebelum dan sesudah tanggal 10, jadi tanggal 9, 10 dan 11 muharram.

Selanjutnya adalah puasa tanggal 9 (tasua) dan 10 (Asyura) muharram. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لَئِنْ بَقَيْتُ اِلَى قَابِلٍ لَاَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ

Artinya: “Telah bersabda Rasulullah SAW, Sesungguh apabila aku masih ada sampai tahun depan maka aku akan menjalankan puasa pada hari ke sembilan (Muharram).

Dan yang terakhir adalah puasa hanya pada tanggal 10 muharram saja atau puasa yaumu Asyura. Terkait dengan puasa pada 10 muharram, Nabi langsung memerintahkan untuk melaksanakannya. Hal ini ada kisahnya, yaitu ketika Nabi Muhammad datang ke Kota Madinah, beliau melihat orang Yahudi sedang melakukan puasa di hari Asyura (10 Muharram), lalu Nabi bertanya, “Hari apa ini? orang-orang Yahudi menjawab, “ini adalah hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuhnya, maka Nabis Musa berpuasa pada hari ini.” lalu Nabi Muhammad bersabda,

فَاَنَا اَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ ، فَصَامَهُ وَاَمَرَ بِصِيَامِهِ

Artinya: “Aku lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (Kaum Yahudi). Maka kalian berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya.” (HR. Bukhori)

Adapun keutamaan puasa pada hari kesepuluh atau puasa asyura yaitu dapat menghapus dosa satu tahun yang telah lewat. Hal ini sebagai mana diriwayatkan dalam Hadits riwayat Imam Muslim:

سُاِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى لله عليه وسلّم عَنْ صِيَامِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: “Rasulullah ditanya tentang fadhilah puasa hari Asyura, kemudian beliau bersabda, “yaitu menghapus dosa satu tahun yang telah lewat.””

Selain puasa yang tadi disebutkan, tentu kita juga bisa melakukan puasa senin kamis seperti biasa, ataupun puasa lainnya, karena sebagaimana disebutkan sebelumnya sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan muharram ini.

RQ

Jumat, 04 Juni 2021

Syafa'at seorang Bayi, Redam Murka Allah

 

بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصلاة والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين ، اما بعد

 

Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh sebagian Ulama. Pada satu masa ketika Allah murka pada para hamba-Nya, lalu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk turun ke sebuah negeri dan agar negeri tersebut dibalikkan atasnya ke bawah dan bawahnya ke atas.


Malaikat Jibril bertanya kepada Sang Maha Kuasa, “Maha Suci Engkau Ya Rabb, apa dosa yang telah mereka perbuat?” Allah menjawab, “Pada malam ini telah terjadi tujuh puluh ribu (70.000) perzinahan.” Maka Malaikat Jibril-pun langsung berangkat ke negeri yang diperintahkan untuk dibalikkan tersebut, sebuah negeri yang terdapat tujuh kota padanya. Lalu malaikat jibril mengangkat seluruh negeri itu seluruhnya dengan sayapnya hingga ke langit, untuk dibalikkannya kembali ke bumi.


Pada saat yang bersamaa, ada seorang perempuan sedang memasak makanan untuk bayinya, ketika perempuan itu sedang memasak, tiba-tiba terdengar suara tangis dari bayi tersebut akibat terjatuh dari ayunannya. Perempuan tersebut bingung hingga tidak terasa bahwa tangannya menyentuh tungku yang panas hingga terbakar, lalu si ibu berkata, “Wahai anakku, Tuhan yang Maha Agung dan Maha Tinggi di antara kemurahan-Nya adalah Dia Maha Penyantun, Dia tidak menyegerakan azab kepada orang yang durhaka kepada-Nya.” Ketika perempuan tadi mengatakan hal tersebut, maka menjadi redalah murka Allah, lalu Dia memerintahkan lagi pada Malaikat Jibril untuk metakkan kembali negeri itu di tempatnya. Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril, “Ya Jibril, Kemurkaan-Ku telah hilang karena perkataan si ibu itu pada anaknya. Aku Maha Penyantun dan tidak akan menyegerakan siksa kepada orang-orang yang durhaka pada-Ku.”


Maka bayi tersebut menjadi sebab syafa’at bagi orang-orang yang sudah sepantasnya mendapatkan azab.


Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang jauh dari bermaksiyat kepada Allah dan semoga Allah mengampuni dosa kita semua, amin. و الله اعلم


Cerita ini diintisarikan dari kitab al-Majalis al-Saniyyah karya Asy-Syaikh Ahmad bin Syaikh al-Fasyani. Hal 23-24


@ummu-munyah

Senin, 12 April 2021

Doa Ibu Hamil agar Terhindar dari Keguguran

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود

وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد

وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا

وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد

Kehamilan dalam kehidupan berumah tangga adalah sebuah kabar gembira, kehadiran anak di tengah keluarga menambah keharmonisan rumah tangga serta menjadi salah satu sebab kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga. Anak adalah karunia dari Allah yang sangat dinantikan bagi pasangan suami istri,terutama bagi pasangan yang sudah lama menikah tapi tidak kunjung diberikan keturunan ataupun yang sering hamil tapi kandungannya selalu mengalami keguguran.

Abortus atau keguguran adalah berhentinya kehamilan dengan sendirinya atau hilangnya janin dalam kehamilan secara spontan sebelum umur kehamilan mencapai 20 minggu. Banyak penyebab terjadinya keguguran seperti misalnya minum minuman keras, rokok, punya penyakit yang susah dikontrol ataupun memang mempunyai riwayat keguguran sebelumnya.

Seorang perempuan yang baru menikah atau  istri yang sedang mengharapkan kehamilan atau keluarga yang sedang menunggu kehadiran seorang anak tentu senang begitu mengetahui para perempuan dan atau istrinya sedang mengandung. Mereka akan berusaha menjaga kandungannya sehingga bisa lahir dengan selamat baik ibu atau anaknya serta mengharapkan anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah.

Doa, baca Al-Qur’an dan sedekah tidak kurang-kurang dilakukan oleh para orang tua demi keselamatan si calon anak tersebut. Dalam kitab Subulun Najah, halaman 55 ada sebuah doa bagi ibu-ibu yang sedang hamil, yaitu sebuah doa karangan dari al-Allamah al-Habib Husain al-Khird , berikut teks doanya:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ وَلَدِي مَا دَامَ فِي بَطْنِي ، وَاشْفِهِ مَعَ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ – صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – نَبِيِّكَ وَرَسُوِلِكَ ، اَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ اِلَّا شِفَاؤُكَ ، شفَاءًا عَاجِلاً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا ، اَللَّهُمَّ صَوِّرْهُ فِي بَطْنِي صُوْرَةً حَسَنَةً جَمِيْلَةً ، وَثَبِّتْ قَلْبَهُ اِيْمَانًا بِكَ وَاِيْمَانًا بِرَسُوْلِكَ .

اَللَّهُمَّ اَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِيْ وَقْتَ وِلَادَتِي ، سَهْلًا وَسَلِيْمًا فِي الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ ، وَتَقَبَّلْ دُعَاءَنَا كَمَا تَقَبَّلْتَ دُعَاءَ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ - صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، اَللَّهُمَّ احْفَظِ الْوَلَدَ الَّذِيْ اَخْرَجْتَهُ مِنْ عَالَمِ الظُّلَمِ اِلَى عَالَمِ النُّوْرِ ، وَاجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلًا عَاقِلاً لَطِيْفًا ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ شَهِيْدًا وَمُبَارَكًا وَعَالِمًا وَحَافِظًا مِنْ كَلَامِكَ الْمَكْنُوْنِ ، وَكِتَابِكَ الْمَحْفُوْظِ ، اَللَّهُمَّ طَوِّلْ عُمْرَهُ ، وَصَحِّحْ جَسَدَهُ ، وَافْصِحْ لِسَانَهُ لِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالْحَدِيْثِ .

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَابِرًا مِنَ الْمَرَضِ وَالْاَسْقَامِ وَالْعَطَشِ ، بِبَرْكَةِ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ - صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، وَجَمِيْعِ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ ، وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ ، وَالشُّهَدَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ وَعِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ، وَبَرَكَتِنَا الْمُهَاجِرِ اِلَى اللهِ اَحْمَدَ ابْنِ عِيْسَى ، وَبَرَكَتِنَا  الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّدِ ابْنِ عَلِيٍّ بَاعْلَوِي ، وَبَرَكَتِنَا سُلْطَانِ وَالْأَوْلِيَاءِ اَبِي صَالِحٍ مُحْيِ الدِّيْنِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِي ، وَبَرَكَتِنَا الشَّيْخِ اَبِي بَكْرِ بْنِ سَالِمِ (اِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يايها الَّذِيْنَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا)

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Ya Allah, curahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Sayyidina Muhammad, dan untuk keluarganya serta sahabatnya, Ya Allah, jagalah anakku selama dia berada dalam perutku, dan berilah dia kesehatan badan, begitu pula dengan ummatnya Rasulullah, Nabi-Mu dan utusan-Mu, sesungguhnya Engkaulah Zat yang Menyembuhkan, dan tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan darimu, kesembuhan yang cepat dan tidak kembali lagi (penyakitnya), Ya Allah, keluarkanlah dia dari perutku diwaktu aku akan melahirkan dalam keadaan yang mudah dan selamat di dunia dan di akhirat, serta kabulkanlah doa kami sebagaimana Engkau telah mengabulkan doa Nabi-Mu dan Rasul-Mu Muhammad, Ya Allah, jadikanlah dia seorang yang syahid yang penuh keberkahan, yang alim, yang mengahafal ayat-ayatMu yang tersimpan dalam Kitab-Mu yang terjaga, Ya Allah, panjangkanlah  umurnya, sehatkanlah badannya, fasihkanlah lisannya dalam membaca Al-Qur’an dan hadits, Ya Allah, jadikanlah dia tabah ketika sakit, ketika haus dan ketika menghadapi segala cobaan, berkat perantara Nabi-Mu dan Rasul-Mu Muhammad, dan semua para nabi dan rasul, dan juga berkat perantara para malaikat yang dekat (denganMu), para Syuhada, para ulama, dan semua hamba Allah yang soleh, dan dengan berkat (al-Imam) al-Muhajir Lillah Sayyidina Ahmad ibn ‘Isa dan Sayyidina al-Faqih Muqaddam Muhammad ibn ‘Ali Ba’lawi, dan berkat rajanya para aulia, (yaitu) Syaikh abdul Qadir al-Jailani, dan berkat Syaikh Abu Bakar ibn Salim. (Sesungguh Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada Nabi Muhammad, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian semua kepadanya).

Doa tersebut dibaca setelah mengerjakan shalat fardhu secara istiqomah dari awal kehamilan hingga menjelang kelahiran. Di antara keutamaan membaca doa tersebut adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan anak tersebut lahir dengan sehat, sempurna, sehat jasmani dan rohani, dan insya Allah, menjadi anak yang soleh.

Adapun amalan singkat dan mudah yang bisa dibaca serta dilakukan untuk menjaga janin agar tidak mengalami keguguran adalah seperti yang diajarkan oleh al-Habib Ahmad ibn Hasan al-‘Atthos, yaitu meletakkan tangan di atas perutnya sambil membaca يا حسيب (Wahai Zat yang Maha Membuat Perhitungan)sebanyak tujuh kali.

 

Ummu Munyah