Tampilkan postingan dengan label Fiqh Qurban & Aqiqoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiqh Qurban & Aqiqoh. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Oktober 2017

Baru Berniat Kebaikan Akhirnya Dapat 30 Ekor Kambing

Baru Niat Kebaikan Dapet 30 Ekor Kambing

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Dihikayatkan ada seorang hakim di kota Ahwaz yang hidup dalm kondisi miskin. Saat menjelang Idul Adha (hari raya Qurban) ia belum punya hewan qurban dan gaji menjadi hakim kena rapelan tiga bulan mendatang. Akhirnya sang hakim berkata kepada istrinya: Wahai Istriku, tahun ini kita tidak melaksanakan qurban karena ekonomi kita sedang sekarat.” Sang istri menjawab: “Jangan kuatir, walaupun kita tidak melakukan qurban kambing, saya sudah siapkan seokor ayam super untuk kita potong di hari raya qurban.” Ternyata sang istri ngobrol-ngobrol dengan para tetangga bahwa tahun ini hakim tidak melakukan qurban seperti biasanya tetapi hanya bikin selametan kecil-kecilan dengan menyembelih seekor ayam super. Tersebarlah berita tersebut, dan keesokan harinya para tetangga berdatangan ke rumah hakim untuk menghadiahkan kambing sekitar 30 orang membawa kambing, masing-masing satu ekor. Saat itu yang menerima kambing-kambing tersebut adalah istri sang hakim dikarenakan sang hakim sedang berada di lapangan yang esok hari menjadi tempat eksekusi hewan qurban. Sepulangnya hakim dari tempat itu, ia terkejut melihat halaman bahkan tritipan rumahnya dipenuhi kambing. Sang hakim bertanya kepada istrinya: Wahai istriku, ini kambing siapa? Dari mana? Istrinya menjawab: “Wahai suamiku, ini kambing hadiah dari tetangga buat kita.” Lalu sang istri mengabsen nama-nama donatur yang memberikan kambing sambil menunjukan kambing-kambingnya. Ketika sang istri selesai ngabsen nama-nama donatur, sang hakim berpesan: “Wahai istriku, jagalah ayam super kita jangan kau apa-apakan, pelihara dia dan istimewakan karena ia bukan ayam sembarangan. Itu ayam bener-bener punya karamah melebihi mu’jizat Nabi Ismail, dengan alasan Nabi Ismail sewaktu diqurbankan Allah Taala menggantinya hanya dengan seekor kibas (kambing), sedangkan ayam ini saat kita mau sembelih ditebus dengan 30 ekor kambing.”

Subhanallah, Baru Sekedar berniat kebaikan ternyata dibalas kontan dengan 30 ekor kambing.

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910


Rabu, 30 Agustus 2017

Hukum Memberikan Daging Qurban Kepada Non Muslim

Hukum Memberikan Daging Qurban Kepada Non Muslim

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara H. Nur Ali at-Tijaniy dari Pulogebang Jakarta Timur:

Di kampung saya ada seorang Rt yang punya tetangga dan warga non muslim. Sepertinya Hari raya qurban tahun ini masjid di lingkungan kami, hewan qurban akan lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. 

Pertanyaan saya, Bagaimana hukumnya memberikan daging qurban kepada non muslim?

Jawaban:

Dalam permasalahan tersebut, terjadi khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama:

@ Haram memberikan Qurban kepada non Muslim secara mutlak.
@ Boleh, dengan syarat Qurban Sunnah dan hanya diberikan kepada kafir Dzimmi.

·         ** Mengharamkan Secara Mutlak
1)      Imam Muhammad ar-Ramliy dalam kitab Nihayatul Muhtaj jilid 8 halaman 141 menyebutkan:

(وَلَهُ) أَيْ الْمُضَحِّي عَنْ نَفْسِهِ إنْ لَمْ يَرْتَدَّ (الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَّةِ تَطَوُّعٍ) وَهَدْيِهِ بَلْ يُنْدَبُ أَمَّا الْوَاجِبَةُ فَيُمْتَنَعُ أَكْلُهُ مِنْهَا سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ الْمُعَيَّنَةُ ابْتِدَاءً أَوْ عَمَّا فِي الذِّمَّةِ، وَخَرَجَ بِمَا مَرَّ مَا لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ أَوْ ارْتَدَّ فَلَا يَجُوزُ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا كَمَا لَا يَجُوزُ إطْعَامُ كَافِرٍ مِنْهَا مُطْلَقًا، وَيُؤْخَذُ مِنْ ذَلِكَ امْتِنَاعُ إعْطَاءِ الْفَقِيرِ وَالْمُهْدَى إلَيْهِ مِنْهَا شَيْئًا لِلْكَافِرِ، إذْ الْقَصْدُ مِنْهَا إرْفَاقُ الْمُسْلِمِينَ بِالْأَكْلِ لِأَنَّهَا ضِيَافَةُ اللَّهِ لَهُمْ فَلَمْ يَجُزْ لَهُمْ تَمْكِينُ غَيْرِهِمْ مِنْهُ لَكِنْ فِي الْمَجْمُوعِ أَنَّ مُقْتَضَى الْمَذْهَبِ الْجَوَازُ .

Artinya, “Dibolehkan bahkan disunnahkan bagi orang yang berqurban selama ia tidak murtad untuk makan dari hewan qurban dan sembelihannya atas nama qurban dan sembelihan sunnah. Adapun qurban atau sembelihan wajib (nazar) ia tidak dibolehkan memakannya baik qurban wajib itu dita’yinkan atau memang masih dalam bentuk tanggungan (janji). Berbeda dari apa yang disebutkan jika ia menyembelih qurban untuk orang yang telah meninggal atau ia murtad setelah menyembelih, maka ia tidak dibolehkan memakan daging kurban tersebut sebagaimana tidak boleh memberikan makan dengan daging kurban kepada orang kafir secara mutlak. Dari sini dapat dipahami bahwa orang fakir atau kaya diberi yang qurban tidak boleh memberikan sedikitpun kepada orang kafir. Sebab, tujuan dari qurban adalah memberikan belas kasih kepada kaum Muslim dengan memberi makan kepada mereka, karena qurban itu sendiri adalah jamuan Allah untuk mereka. Maka tidak boleh bagi memberikan kepada selain kaum muslimin. Akan tetapi menurut pendapat imam Nawawiy dalam kitab al-Majmu’ memboleh memberi daging qurban ke non muslim.”

2)      Imam Ali Syabramallasiy menjelaskan pendapat Imam Muhammad ar-Ramliy dalam Hasyiyah Nihayah Muhtaj:

(قَوْلُهُ: كَمَا لَا يَجُوزُ إطْعَامُ كَافِرٍ) دَخَلَ فِي الْإِطْعَامِ مَا لَوْ ضَيَّفَ الْفَقِيرُ أَوْ الْمُهْدَى إلَيْهِ الْغَنِيُّ كَافِرًا فَلَا يَجُوزُ، نَعَمْ لَوْ اضْطَرَّ الْكَافِرُ وَلَمْ يَجِدْ مَا يَدْفَعُ ضَرُورَتَهُ إلَّا لَحْمَ الْأُضْحِيَّةِ فَيَنْبَغِي أَنْ يَدْفَعَ لَهُ مِنْهُ مَا يَدْفَعُ ضَرُورَتَهُ وَيَضْمَنُهُ الْكَافِرُ بِبَدَلِهِ لِلْفُقَرَاءِ وَلَوْ كَانَ الدَّافِعُ لَهُ غَنِيًّا كَمَا لَوْ أَكَلَ الْمُضْطَرُّ طَعَامَ غَيْرِهِ فَإِنَّهُ يَضْمَنُهُ بِالْبَدَلِ، وَلَا تَكُونُ الضَّرُورَةُ مُبِيحَةً لَهُ إيَّاهُ مَجَّانًا (قَوْلُهُ: مُطْلَقًا) أَيْ فَقِيرًا أَوْ غَنِيًّا مَنْدُوبَةٌ أَوْ وَاجِبَةٌ

Artinya:"Pendapat yang mengatakan non muslim tidak boleh diberikan qurban, larangan tersebut termasuk juga ketika orang faqir atau orang muslim kaya yang diberikan hadiah daging qurban kedatangan tamu orang kafir maka dilarang memberikan jamuan qurban kepadanya. Tetapi bila orang kafir tersebut nenamu dan ia kelaparan sampai tidak ada makanan untuk menolong nyawanya melainkan daging qurban, maka boleh diberikan kepadanya seukuran yang dapat menolong ia agar tidak mati. Dan si non muslim tersebut harus memberikan ganti rugi uang sebesar harga daging yang ia makan, sekalipun yang memberikan makan kepadanya orang kaya. Sebagaimana orang yang mengalami dharurat (terpaksa) mencuri atau makan makanan orang lain tanpa izin, maka ia harus berikan ganti rugi (untuk menghalalkannya). Kondisi darurat (terpakasa) yang dialami seseorang tidak begitu saja menjadikan gratis barang yang ia makan. Perkataan kafir dilarang secara mutlak, yang dimaksud kafir adalah seluruhnya baik ia faqir atau kaya. Baik qurban sunnah atau juga qurban wajib.

Mengenai pendapat imam Nawawiy ad-Dimasyqiy dalam kitab al-Majmu’ di atas yang membolehkan non muslim menjadi mustahiq qurban, dikomentari oleh Imam Ibn Qasim dalam Hasyiyah Tuhfah jlid 9 halaman 364:
.
(
قَوْلُهُ : وَلَا يُصْرَفُ شَيْءٌ مِنْهَا لِكَافِرٍ عَلَى النَّصِّ ) قَالَ فِي شَرْحِ الْعُبَابِ كَمَا نَقَلَهُ جَمْعٌ مُتَأَخِّرُونَ وَرَدُّوا بِهِ قَوْلَ الْمَجْمُوعِ وَنَقَلَهُ الْقَمُولِيُّ عَنْ بَعْضِ الْأَصْحَابِ وَهُوَ وَجْهٌ مَالَ إلَيْهِ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ أَنَّهُ يَجُوزُ إطْعَامُ فُقَرَاءِ الذِّمِّيِّينَ مِنْ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ دُونَ الْوَاجِبَةِ أَيْ كَمَا يَجُوزُ إعْطَاءُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ لَهُ وَقَضِيَّةُ النَّصِّ أَنَّ الْمُضَحِّيَ لَوْ ارْتَدَّ لَمْ يَجُزْ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا وَبِهِ جَزَمَ بَعْضُهُمْ وَأَنَّهُ يَمْتَنِعُ التَّصَدُّقُ مِنْهَا عَلَى غَيْرِ الْمُسْلِمِ , وَالْإِهْدَاءُ إلَيْهِ ا هـ .

Artinya: "Perkataan tidak diperbolehkan memberikan sedikitpun bagian qurban kepada orang kafir berdasarkan nash imam Syafii. Hal tersebut dinyatakan oleh pengarang kitab al-Ubab sebagaimana dikutip oleh para ulama mutaakhirin dan mereka sepakat menolak pendapat imam Nawawiy dalam kitab al-Majmu’ yang membolehkan qurban diberikan kepada non muslim. Al-qamuli juga mengutip pendapat para pengikut mazhab syafii yang notabene sebagai pendapat yang digandrungi oleh Imam Muhibbuddin at-Thabari yakni adanya kecendrungan membolehkan memberikan makan orang kafir dzimmi (yang dilindungi undang-undang) dari daging qurban sunnah bukan qurban wajib. Dengan alasan Sebagaimana boleh memberikan shodaqoh sunnah kepada non muslim. Statemen nash imam syafii menyatakan bahwa orang yang berqurban bila ia murtad setelah menyembelih qurbannya, maka tidak diperbolehkan makan qurbannya. Dari sini dibangun logika bahwa diharamkan memberikan qurban baik atas nama shodaqah atau hadiah kepada non muslim."

Syeikhul Islam Ibrahim al-Bajuriy mengatakan bahwa pendapat yang mu’tamad (dipertanggungjawabkan dalilnya) adalah pendapat yang mengharamkan non muslim menjadi mustahiq qurban secara mutlak (lihat Hasyiyah al-Bajuriy ala Ibn Qasim cetakan Dar al-Kutub jilid 2 halaman 302).

·         ** Membolehkan Dengan Syarat
1)      Imam Ibn Qudamah al-Hambaliy menyebutkan dalam kitab al-Mughniy jilid 11 halaman: 105 sebagai berikut:

فَصْلٌ : وَيَجُوزُ أَنْ يُطْعِمَ مِنْهَا كَافِرًا .وَبِهَذَا قَالَ الْحَسَنُ ، وَأَبُو ثَوْرٍ ، وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ وَقَالَ مَالِكٌ : غَيْرُهُمْ أَحَبُّ إلَيْنَا .وَكَرِهَ مَالِكٌ وَاللَّيْثُ إعْطَاءَ النَّصْرَانِيِّ جِلْدَ الْأُضْحِيَّةِ . وَلَنَا أَنَّهُ طَعَامٌ لَهُ أَكْلُهُ فَجَازَ إطْعَامُهُ لِلذِّمِّيِّ ، كَسَائِرِ طَعَامِهِ ، وَلِأَنَّهُ صَدَقَةُ تَطَوُّعٍ ، فَجَازَ إطْعَامُهَا الذِّمِّيَّ وَالْأَسِيرَ ، كَسَائِرِ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ .فَأَمَّا الصَّدَقَةُ الْوَاجِبَةُ مِنْهَا ، فَلَا يُجْزِئُ دَفْعُهَا إلَى كَافِرٍ لِأَنَّهَا صَدَقَةٌ وَاجِبَةٌ ، فَأَشْبَهَتْ الزَّكَاةَ ، وَكَفَّارَةَ الْيَمِينِ

Artinya, “Pasal: dan boleh memberikan makan dari hewan qurban kepada orang kafir. Inilah pandangan yang yang dikemukakan oleh Al-Hasanul Bashri, Abu Tsaur, dan kelompok rasionalis (ashhabur ra’yi). Imam Malik berkata, ‘Selain mereka (orang kafir) lebih kami sukai’. Menurut Imam Malik dan imam Al-Laits, makruh memberikan kulit hewan kurban kepada orang Nasrani. Sedang menurut kami, itu adalah makanan yang boleh dimakan karenanya boleh memberikan kepada kafir dzimmi sebagaimana makanan orang islam selain qurban. Alasan lain, qurban adalah shadaqah sunnah, maka boleh diberikan kepada non muslim (kafir dzimmi) dan para tawanan perang seperti shadaqah sunnah lainnya. Adapun shaqah wajib (qurban wajib) maka tidak dibolehkan memberikannya kepada non musim karena shadaqah wajib menyerupai zakat dan kaffarah summpah.”

·         Imam Nawawiy ad-Dimasyqiy dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzzab jilid 8 halaman 425:

اخْتَلَفُوا فِي إطْعَامِ فُقَرَاءِ أَهْلِ الذِّمَّةِ فَرَخَّصَ فِيهِ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَأَبُو ثَوْرٍ وَقَالَ مَالِكٌ غَيْرُهُمْ أَحَبُّ إلَيْنَا وَكَرِهَ مَالِكٌ إعْطَاءَ النَّصْرَانِيِّ جِلْدَ الْأُضْحِيَّةَ أَوْ شَيْئًا مِنْ لَحْمِهَا وَكَرِهَهُ اللَّيْثُ قَالَ فَإِنْ طُبِخَ لَحْمُهَا فَلَا بَأْسَ بِأَكْلِ الذِّمِّيِّ مَعَ الْمُسْلِمِينَ مِنْهُ مَا نَصُّهُ هَذَا كَلَامُ ابْنِ الْمُنْذِر وَلَمْ أَرَ لِأَصْحَابِنَا كَلَامًا فِيهِ وَمُقْتَضَى الْمَذْهَبِ أَنَّهُ يَجُوزُ إطْعَامُهُمْ مِنْ ضَحِيَّةِ التَّطَوُّعِ دُونَ الْوَاجِبَةِ ا هـ

Artinya: Para ulama berbeda pendapat pada masalah memberikan makanan kepada orang faqir kafir dzimmi. Imam Hasan al-Bashri, Imam Abu Hanifah, Imam Abu Staur membolehkan. Sedangkan imam Malik berkata: Memberikan qurban kepada kaum muslimin aku lebih sukai, imam malik dan imam Laits memakruhkan memberikan kulit atau bagian daging qurban kepada orang Nashrani. Imam Laist berkata: Bila dagingnya dimasak terlebih dahulu, maka boleh diberikan buat makan kafir dzimmi bersama-sama orang-orang muslim. Pendapat ini dipopulerkan oleh Imam Ibn al-Mundzir, tetapi aku tidak menemukan pengikut mazhab Imam Syafii yang membicarakan hal tersebut. sedangkan pendapat yang selaras dengan mazhab Imam Syafii adalah boleh memberikan daging qurban buat non muslim dengan qurban sunnah bukan qurban wajib.”

·         Fatawa Lajnah Daimah Jilid 11 halaman: 425 (Syekh Abdullah Bin Qaud, Syekh Abdur Razzaq Afifi dan Syekh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz:

يجوز لنا أن نطعم الكافر المعاهد والأسير من لحم الأضحية، ويجوز إعطاؤه منها لفقره أو قرابته أو جواره، أو تأليف قلبه؛ لأن النسك إنما هو في ذبحها أو نحرها؛ قربانًا لله، وعبادة له، وأما لحمها فالأفضل أن يأكل ثلثه، ويهدي إلى أقاربه وجيرانه وأصدقائه ثلثه، ويتصدق بثلثه على الفقراء، وإن زاد أو نقص في هذه الأقسام أو اكتفى ببعضها فلا حرج، والأمر في ذلك واسع، ولا يعطى من لحم الأضحية حربيًّا؛ لأن الواجب كبته وإضعافه، لا مواساته وتقويته بالصدقة، وكذلك الحكم في صدقات التطوع؛ لعموم قوله تعالى:لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ  
ولأن النبي صلى الله عليه وسلم أمر أسماء بنت أبي بكر رضي الله عنها أن تصل أمها بالمال وهي مشركة في وقت الهدنة.

Artinya: Boleh bagi kita memberikan daging qurban kepada orang kafir Muahad (yang dilindungi undang-undang) dan tawanan non muslim. Boleh memberikannya karena kefaqiran si non muslim atau karena adanya hubungan famili dan tetangga atau juga dengan tujuan agar non muslim tertarik hatinya untuk masuk Islam. Ibadah qurban disyariatkan menyembelihnya karena semata-mata untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah. Yang paling utama sepertiga dagingnya untuk dikonsumsi, sepertiga lagi diberikan hadiah kepada kerabat, tetangga dan teman. Sepertiga sisanya dishadaqahkan kepada faqir miskin. Apabila jatah pembagiannya ada yang lebih dan kurang dari yang disebutkan atau dicukupkan pada kelompok tertentu, maka tidak berdosa. Dalam perkara tersebut terdapat kelonggaran tetapi jangan diberikan hwan qurban kepada kafir harbi. Karena kewajiban kita kepada kafir harbi adalah melemahkan musuh islam bukan dengan memberikan kasih sayang dan menguatkannya dengan memberikan shadaqah begitu juga hukum memberikan shadaqah sunnah karena secara umum dibingkai dalam firman Allah Taala:

 
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al-Mumtahanah ayat: 8).

Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memerintahkan sayidatuna Asma Bint Abi Bakr Radhiyallahu anhuma untuk memberikan perhatian finansial kepada ibunya yang masih musyrik pada zaman Hudnah (genjatan senjata).


Kesimpulannya, Argumentasi yang dibangun oleh kelompok ulama yang mengharamkan qurban diberikan kepada non muslim secara mutlak karena adanya tujuan qurban itu sendiri untuk menunjukkan belas kasih kepada orang-orang Muslim dengan cara memberi makan kepada mereka. Disamping itu, qurban adalah Dhiyafatullah (jamuan Allah) secara khusus untuk kaum muslimin pada hari raya Idul Adha. Konsekuensi logis dari cara pandangan seperti demikian adalah tidak diperbolehkan memberikan daging kurban kepada non-Muslim.

Sedangkan kelompok ulama yang memperbolehkan memberikan daging qurban kepada non Muslim adalah bahwa qurban itu termasuk shadaqah. Tidak ada larangan memberikan shadaqah kepada non-Muslim. Dengan harapan solidaritas yang diberikan kepada non muslim memiliki nilai positif bagi non muslim untuk tertarik masuk Islam. Namun kebolehan memberikan daging kurban hanya kepada non-Muslim yang bukan harbi (yang tidak memusuhi orang Islam). Dan qurban tersebut adalah qurban sunnah bukan qurban wajib atau nazar.

Dari kedua pandangan di atas, lebih baik kita mengamalkan pendapat ulama yang melarang memberikan bagian apapun dari hewan qurban baik mentah atau sudah matang untuk non muslim. Bila kita ingin mengamalkan konsep islam rahmatan lil alamin, maka hendaknya kita berikan mereka daging selain qurban. Kita bertetangga, berinteraksi sehari-hari atau non muslim itu berdomisili di depan tempat eksekusi hewan qurban, lalu ada perasaan kaga enak bila mereka kita tidak diberikan, maka cukup kita berikan mereka daging yang kita beli di pasar. Dengan cara seperti itu kita benar-benar selamat mengamalkan agama dengan ihtiyath (hati-hati) dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi kepada makhluq Allah Taala meskipun kepada non muslim.


Juga mengingat kaum muslimin di banyak tempat yang belum kebagian daging qurban dikarenakan jumlah kaum muslimin yang berqurban kaga sembabad (sepadan) dengan jumlah kaum muslimin yang ingin menjadi mustahiq daging Qurban.


Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi






 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.



Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910



Jumat, 25 Agustus 2017

Hukum Menyembelih Hewan Qurban Betina Dan Kebirian

Menyembelih Hewan Qurban Betina Dan Kebirian

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara Irwan Hendrawan at-Tijaniy

Seada-adanya tahun, saya perhatikan  orang yang melakukan ibadah qurban, sejauh pengetahuan saya kambing yang dipotong adalah lanang (jantan). Pertanyaan saya Apa hukumnya menyembelih hewan buat qurban atau aqiqah dengan kambing, sapi, kerbau atau unta wadon (perempuan)? Dan apakah sah memotong hewan kebirian buat qurban dan aqiqah, tolong sebutkan referensinya?

JAWABAN:

Menyembelih kambing, sapi, kerbau atau unta betina buat qurban dan aqiqah hukumnya boleh, lantaran tidak disyaratkan hewan qurban atau aqiqah kudu jantan, hanya saja yang jantan lebih utama.

Imam Ahmad Bin Hambal dan Imam Nasaiy meriwayatkan hadis:

عَنْ أُمِّ كُرْزٍ قَالَتْ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحُدَيْبِيَةِ أَسْأَلُهُ عَنْ لُحُومِ الْهَدْيِ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «عَلَى الْغُلَامِ شَاتَانِ، وَعَلَى الْجَارِيَةِ شَاةٌ، لَا يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا كُنَّ أَمْ إِنَاثًا»

Artinya: Dari Umu Kurzin radliallahu ‘anha, aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Hudaibiyah dan aku bertanya tentang hewan sembelihan bersabda,“Akikah untuk anak laki-laki dua kambing dan anak perempuan satu kambing. Tidak jadi masalah jantan maupun betina.” (Musnad Ahmad Bin Hambal hadis no: 27900 dan Sunan An Nasa’iy hadis no: 4218).

Imam an-Nawawi ad-Dimasyqiy menyebutkan dalam kitab al-Minhaj:

وَيَجُوزُ ذَكَرٌ وَأُنْثَى.

Artinya: Boleh motong hewan qurban baik jantan maupun betina.

Dalam kitab Raudhatut Thalibin Imam Nawawi ad-Dimasyqiy jilid 3 halaman 197 menyatakan:

التَّضْحِيَةُ بِالذَّكَرِ أَفْضَلُ مِنَ الْأُنْثَى عَلَى الْمَذْهَبِ، وَهُوَ نَصُّهُ فِي الْبُوَيْطِيُّ.

Menyembelih hewan qurban lebih utama dengan yang jantan ketimbang betina menurut pegangan mazhab imam Syafiiy dan hal itu telah dinashkan oleh imam al-Buwaithiy.”

Adapun pendapat imam Syafiiy yang mengatakan bahwa hewan betina lebih afdhal itu difahami bila memang yang betina lebih mahal harganya ketika dijadikan kurs dalam bab mengeluarkan makanan yang seharga dengannya. Atau pertimbangan bahwa hewan betina tersebut majir (mandul) atau sudah tidak produktif sedangkan hewan yang jantan yang ada dijadikan pacek (indukan untuk diambil keturunannya).

Dikatakan afdhol dengan hewan jantan, pertimbangannya adalah bahwa sapi betina itu masih punya anak dan buat produksi bibit pada tahun selanjutnya. Sehingga pemilihan sapi jantan adalah sebagai pertimbangan nilai ekonomisnya saja, di samping kualitas dagingnya lebih bagus dan tidak terlalu banyak gajihnya.

Imam Muhammad as-Syarbini al-Khatib mengatakan dalam kitab Mughnil Muhtaj jilid 6 halaman 126 (Dar al-Kutub 1994):

(وَيَجُوزُ ذَكَرٌ وَأُنْثَى) أَيْ التَّضْحِيَةُ بِكُلٍّ مِنْهُمَا بِالْإِجْمَاعِ، وَإِنْ كَثُرَ نَزَوَانُ الذَّكَرِ وَوِلَادَةُ الْأُنْثَى. نَعَمْ التَّضْحِيَةُ بِالذَّكَرِ أَفْضَلُ عَلَى الْأَصَحِّ الْمَنْصُوصِ؛ لِأَنَّ لَحْمَهُ أَطْيَبُ

Boleh hukumnya memotong hewan qurban jantan dan betina, artinya menyembelih baik hewan lanang maupun wadon menurut konsensus ulama hukumnya sah. Sekalipun yang jantan menjadi pacek dan yang wadon masih produktif, tetapi menyembelih hewan qurban jantan lebih utama menurut pendapat yang paling shahih karena dagingnya lebih berkualitas."

Adapun kambing kebirian dijadikan qurban dan aqiqah hukumnya boleh. Berdasarkan hadis:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ اشْتَرَى كَبْشَيْنِ عَظِيمَيْنِ سَمِينَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مَوْجُوءَيْنِ، فَذَبَحَ أَحَدَهُمَا عَنْ أُمَّتِهِ، لِمَنْ شَهِدَ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيدِ، وَشَهِدَ لَهُ بِالْبَلَاغِ، وَذَبَحَ الْآخَرَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَعَنْ آلِ مُحَمَّدٍ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

dari Abu Hurairah, bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak melaksanakan kurban, maka beliau membeli dua ekor domba yang besar, gemuk, bertanduk dan berwarna belang (hitam dan putih) dan kambing yang dari kecil dikebiri. Kemudian beliau menyembelih salah satunya untuk umatnya yang telah bersaksi akan keesaan Allah dan bersaksi atas risalah beliau, lalu menyembelih yang satunya untuk Muhammad dan keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam." (sunan Ibn Majah hadis no: 3122).

Kata ( موجوءين ) pada hadis di atas diartikan oleh para pensyarh hadis dengan (الخصيين) binatang yang dikebiri. Penjelasan tersebut kita dapat lihat pada kitab-kitab syarh hadis di antaranya: Syarh al-Mashabihis Sunnah karya Imam Muhammad Izzuddin al-Kirmaniy jilid 2 halaman 265, Kasyful Listam Syarh Umdatul Ahkam karya Abul Uyun Muhammad as-Safariniy al-Hambaliy jilid 7 halaman 48, al-Kaustarul Jari Ila riyadh Ahadist al-Bukhariy karya Syekh Ahmad al-Kuraniy jilid 9 halaman 168, al-Fathur Rabbani Li Tartib Musnad Ahmad Bin Hambal as-Syaibaniy karya Syekh Ahmad Bin Abdurrahman al-Banna as-Saatiy jilid 13 halaman 61, Mirqatul Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih karya Mula Ali al-Qari jilid 3 halaman 1082 dan lain-lain.

Imam Kamaluddin ad-Damiriy memberikan komentar seputar khilafiah kambing kebirian buat qurban dan aqiqah dalam kitab an-Najmul Wahhaj Syarh al-Minhaj jilid 9 halaman 504:

لأن الخصي يزيد في اللحم طيبًا، وقال الجاحظ: إنه تبقى معه زهرة الصبا وإن أسن، ولأن الخصية غير مقصودة بالأكل فلا يضر عدمها. وفي قول حكاه ابن كج: يضر ذلك؛ لفوات عضو مأكول، وضعفه في (شرح المهذب) بأنه منابذ للحديث الصحيح.

Artinya: Karena hewan kebirian itu kualitasnya bagus. Al-Jahizh berkata: “Hewan kebirian sekalipun udah masuk usia manula masih gagah. Alasan lain menyebutkan bahwa biji pler yang dikebiri umumnya tidak dijadikan konsumsi sehingga hilangnya biji klonengan tersebut tidak berdampak apa-apa. Pendapat yang disebutkan Ibn Kajj, hewan kebirian tidak boleh dijadikan qurban dan aqiqah karena ada anggota yang bisa dimakan hilang. Tetapi pendapat ibn Kajj dianggap lemah oleh Imam an-Nawawiy dalam kitab Syarh al-Muhaddzab lantaran tertolak dengan adanya hadis shahih yang menyatakan Rasulullah pernah menyembelih hewan kebirian.”

Sampai ada cerita yang al-Faqir dapatkan dari Abuya KH Saifuddin Amsir mengenai kelompok orang yang ngotot bahwa kambing kebirian kaga sah bila dijadikan hewan qurban dan aqiqah. Orang tersebut marah-marah dan mendatangi kiayi yang membolehkan kebirian bakal qurban dan aqiqah. Boleh jadi tu orang sampe drapon karena ilmu yang dia dapat dari gurunya kambing kebirian kaga sah buat qurban dan aqiqah. Pak kiayi, kata guru saya, yang saya yakin bangat itu pendapat yang bener bahwa kaga ada dalilnya bila kambing kebirian sah buat qurban dan aqiqah !!! Kiayi menjawab: Elu bilangin ama guru luh, dalilnya bukan kaga ada, tapi dia belum nemu. Sangat bedanya antara kaga ada ama kaga ketemu. Itu guru luh, suruh belajar lagi kitab hadis dan fiqh, belajar sama guru yang punya sanad. Kalau dia pelajarin secara benar, ngaji induk kitab hadis dengan guru yang punya sanad sampe khatam pasti bakal nemu tu dalil. Kalau emang, guru luh belum nemu juga nich gua bikinin dalil suplemen:
ان كنتم بالبر متقربا
In kuntum bil birri mutaqorriban

Itu orang nanya, “Artinya apa tuh kiayi? Kiayi menjawab: Biar kata tu kambing buntung dikebiri masih boleh buat qurban.”


Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910


Orang Yang Berhak Menyembelih (Sembelihan Wanita)

Sembelihan Perempuan

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara Suparman at-Tijani dari Sukapura Jakarta Utara:

Sebentar lagi hari raya Idul Adhha, kaum muslimin di seantero dunia melakukan ibadah qurban. Pertanyaan saya, bagaimana hukumnya seorang perempuan yang melakukan penyembelihan hewan qurban? Adakah riwayat yang menyebutkan bahwa ada perempuan di kalangan sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memotong hewan qurban? Dan sebutkan urutan orang yang berhak melakukan sembelihan?

Jawaban:

Menurut pendapat mayoritas ulama, sembelihan hewan yang dilakukan oleh seorang perempuan adalah sah. Ada hadits yang diriwayatkan oleh sayidina Ka’ab bin Malik radliyallaahu ’anhu :

أَنَّ امْرَأَةً ذَبَحَتْ شَاةً بِحَجَرٍ، «فَسُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَأَمَرَ بِأَكْلِهَا

”Bahwasannya seorang wanita menyembelih seekor kambing dengan menggunakan batu. Maka Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam ditanya mengenai hal itu, dan kemudian beliau memerintahkan untuk memakannya”. (Shahih al-Bukhari hadis no: 5504).

Hadis di atas diunggah oleh imam al-Bukhari dalam kitab shahihnya pada bab Dzabihah al-Mar’ah Wal Amah (sembelihan yang dilakukan oleh perempuan merdeka dan budak). Asumsi Penamaan bab tersebut menolak pendapat yang melarang perempuan melakukan sembelihan.

Dalam Fath al-Bariy Syarh Shahih al-Bukhari jilid 9 halaman 632, Ibn Hajar al-Asqallaniy menyebutkan pendapat para ulama terkait hukum sembelihan yang dilakukan perempuan. Muhammad Bin al-Hakam meriwayatkan dari Imam Malik mengatakan makruh. Adapun riwayat lain dari imam malik yang dicatat dalam kitab al-Mudawwanah menyatakan mubah (boleh). Ibrahim an-Nakha’iy berpendapat sembelihan perempuan dan anak kecil hukumnya sah selama ia mampu melakukannya dengan baik.

Sayyid Muhammad Abdullah al-Jurdaniy dalam kitab Fathul Allam Syarh Mursyidil Anam jilid 4 halaman 552 menyebutkan urutan orang yang berhak dan utama melakukan sembelihan:

واولى الناس بالذبح الرجل العاقل المسلم ثم المرأة العاقلة المسلمة ثم الصبي المسلم المميز، ثم الكتابي ثم المجنون والسكران والصبي غير المميز ولكن مع الكراهة في الثلاثة الأخيرة خوفا من عدولهم عن الذبح وتكره ذكاة الاعمى لذالك أيضا .

Artinya: Orang yang paling utama melakukan sembelihan hewan adalah lelaki muslim yang berakal, lalu perempuan muslimah yang berakal, lalu bocah muslim yang telah mumayyiz, selanjutnya ahlul kitab, orang gila, orang beler (mabok), bocah yang belum mumayyiz. Tetapi sembelihan tiga kelempok terakhir (bocah belum mumayyiz, orang beler dan orang gila) hukumnya makruh karena slempang (dikhawatirkan) meleset dari sasaran sembelihan  (salah potong). Begitu juga makruh bila dilakukan oleh orang buta karena alasan yang sama.

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910