Tampilkan postingan dengan label Fiqh Shiyam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiqh Shiyam. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Mei 2018

Sedang Berpuasa Nonton Bokep


Berpuasa Nonton Video Porno

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara Sya’ban Said at-Tijani dari Kampung Baru Jakarta Timur:

Bagaimana hukumnya seseorang yang sedang berpuasa nonton film bokep atau membaca bacaan porno? Apakah batal puasanya? Dan apakah wajib bayar kaffarat jika seseorang saat nonton bokep sampai keluar air manai atau ia melakukan rangsangan pada kemaluannya dengan tangannya atau bahkan ia coli (onani) secara sengaja?  Dan apakah batal bila ada seseorang yang sedang duduk lalu melihat wanita dengan dandanan seronok lalu ia menghayal hingga terjadi ereksi dan keluar madzi? Tolong sebutkan referensinya?

Hukum nonton film bokep atau membaca stensil porno adalah haram, terlebih lagi saat dalam keadaan berpuasa. Imam al-Qalyubi mengatakan:

النَّظَرُ وَالْفِكْرُ الْمُحَرِّكُ لِلشَّهْوَةِ كَالْقُبْلَةِ فَيَحْرُمُ وَإِنْ لَمْ يُفْطِرْ بِهِ

Sebatas melihat dan mengkhayal sehingga mengerakkan syahwat hukumnya seperti mencium, itu haram dilakukan oleh orang yang berpuasa sekalipun hal itu tidak membatalkan puasanya.

Hukum keluar air mani saat berpuasa, tidak batal bila keluarnya tidak sengaja seperti mimpi atau lain hal. Adapun jika keluar mani dilakukan dengan sengaja maka dapat membatalkan puasa. Sedangkan keluar air mani akibat nonton bokep atau melihat seseuatu yang dapat merangsang nafsu birahi, hukumnya sebagai berikut:

·        *  Mazhab imam Abu Hanifah menyebutkan: Keluar mani yang disebabkan semata-mata mikir jorok (mengkhayal) atau akibat semata-mata melihat sesuatu dengan syahwat, maka tidak membatalkan puasanya dengan alasan keluar air mani tersebut bukan sebab diupayakan dengan tangan secara sengaja (masturbasi). Para ulama Hanafiyah memandang kasus ini hukumnya sama seperti mimpi.

·        *  Mazhab Imam Malik mengatakan batal puasanya bila keluar mani tersebut disebabkan oleh melihat atau mengkhayal hal-hal yang dapat membangkitkan birahi seksual. Konsekuensinya adalah wajib qodo tetapi tidak kena kaffarat. Akan tetapi bila melihat dan mengkhayalnya dilakukan dengan lama sehingga keluar air mani, maka selain wajib qodo juga wajib membayar kaffarat.

·        *  Imam al-Qalyubi dan Muhammad ar-Ramli dari mazhab Imam Syafii melaporkan: Apabila dengan nonton video porno atau mengkhayalkan hal-hal yang membangkitkan syahwat diyakini dapat menyebbakan keluar air mani maka batal puasanya.

·         * Mazhab Imam Ahmad Bin Hambal membedakan hukum nonton dan hukum mengkhayal. Melihat sesuatu dengan syahwat hingga keluar mani dapat membatalkan puasanya dengan alasan bahwa menonton itu merupakan usaha atau perbuatan yang dilakukan sengaja. Sehingga nonton video porno saat puasa hingga keluar air mani hukumnya seperti orang yang sengaja mengeluarkan maninya. Sedangkan sekedar mengkhayal yang porno-porno walaupun menyebabkan keluar air mani, maka tidak membatalkan puasa. Berbeda dengan pandangan Ibn Aqil yang mengatakan: mikir yang jorok-jorok hingga menyebabkan keluar mani menyebabkan batal puasa.

Keluar madzi tidak membatalkan puasa karena madzi berbeda dengan mani dari segi bentuk dan konsekuensi hukumnya. Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan lelaki atau perempuan, air ini bening dan lengket. Keluarnya disebabkan awal bergojolaknya syahwat. Keluarnya Cuma ngetes, berbeda dengan mani keluarnya mancrot sedangkan madzi tidak mancrot.

Kesimpulannya: Keluar mani dengan sengaja dapat membatalkan puasa meskipun tidak kena kaffarat (sangsi berupa membebaskan budak, puasa dua bulan berturut-turut atau memberikan 60 faqir miskin 60 mud, masing-masing satu mud dari bahan makanan pokok).

Lebih jelas lagi lihat kitab al-Mausu'ah alFiqhiyyah jilid 28 halaman 33-34


Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

Ikuti Kajian Islam:

instagram.com/rizkialbatawi

@rizkialbatawi

https://www.facebook.com/Rizqi-Zulqornain-Albatawi

 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
صلاةً تَجْعَلُنَا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا، وَرِزْقًا كَثِيْرًا، وَقَلْبًا قَرِيْرًا، وَعِلْمًا غَزِيْرًا، وَعَمَلاً بَرِيْرًا، وَقَبْرًا مُنِيْرًا، وَحِسَابًا يَسِيْرًا، وَمُلْكًا فِي الْفِرْدَوْسِ كَبِيْرًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910


فَأَكْرِمِ اللَّهُمَّ مَنْ أَكْرَمَنَا .:. وَكَثِّرِ الْخَيْرَ لَدَيْهِ وَالْغِنَا
وَأَعْطِهِ مِمَّا رَجَى فَوْقَ الرَّجَا .:. وَاجْعَلْ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا
وَافْعَلْ كَذَلِكَ بِكُلِّ مُحْسِنِ .:. اِلَى ذَوِي الْعِلْمِ بِظَنٍّ حَسَنِ
وَاهْدِ جَمِيْعَنَا اِلَى الرَّشَادِ .:. وَلِطَرِيْقِ الْخَيْرِ وَالسَّدَادِ
وَابْسُطْ بِفَضْلِكَ عَلَيْنَا نِعْمَتَكْ .:. وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي الدَّارَيْنِ رَحْمَتَكْ
وَاخْتِمْ لَنَا عِنْدَ حُضُوْرِ الْأَجَلِ .:. بِالْعَفْوِ مِنْكَ وَالرِّضَى الْمُعَجَّلِ
أَمِيْنَ أَمِيْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا .:. وَلاَ تُخَيِّبْ رَبَّـــــنَا رَجَـــــــــــــــــانَا


Minggu, 03 September 2017

Hukum Puasa Di Hari Tasyriq

Hukum Shaum Di Hari-Hari Tasyriq

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara Mastur at-Tijaniy dari Poncol Sukapura Jakarta Utara:

Ada 5 hari dalam setahun yang haram hukumnya berpuasa pada hari-hari tersebut: Hari raya Idul Fithri (tanggal 1 syawwal) , Idul Adhha (tanggal 10 Dzulhijjah), dan tiga hari Tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).

Pertanyaan saya, mengapa tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dinamai hari tasyriq? Lalu sebutkan dalil yang melarang melakukan puasa di hari Tasyriq? 

JAWABAN:

Imam Jalaluddin as-Suyuthiy menyebutkan dalam kitab at-Tausyih Syarh al-Jami’ as-Shahih jlid 3 halaman 891:

(أيام التشريق): سميت بذلك لأنهم كانوا يشرقون فيها لحوم الأضاحي، أي: يقددونها ويبرزونها للشمس، وقيل: لأن الهدايا والضحايا لا تنحر حتى تشرق الشمس .

Artinya: “Disebut hari Tasyriq karena para jamaah haji menjemur daging qurban mereka, artinya mereka membuat dendeng yang mereka jemur di terik matahari. Ada juga yang berpendapat bahwa penamaan tersebut lantaran hewan sembelihan dan qurban tidak dipotong melainkan setelah matahari terbit.”

Mengenai hukum berpuasa pada hari Tasyriq terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama: Ada 3 qaul (pendapat) para ulama terkait hukum puasa pada hari-hari Tasyriq:

Pertama: Tidak sah secara mutlak
Kedua: Boleh secara mutlak baik melakukan puasa sunnah, qodho, nazar dan kaffarat.
Ketiga: Boleh, khusus bagi orang yang membayar dam haji Tamattu’bila tidak mampu melakukan sembelihan (al-Hadyu). Pendapat ketiga inilah yang paling kuat argumentasinya.

Larangan berpuasa pada hari-hari tasyriq berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dala kitab Shahihnya:

وحَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، أَخْبَرَنَا خَالِدٌ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ»

Artinya: “Dan Telah menceritakan kepada kami Suraij bin Yunus telah menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Khalid dari Abu Malih dari Nubaisyah Al Hudzali ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan dan minum." (Shahih Muslim hadis no 1141).

Imam Nawawiy ad-Dimasyqiy rahimahullah mengomentari hadis di atas dalam kitab al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj jilid 8 halaman 17:

(بَابُ تَحْرِيمِ صَوْمِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ) (وَبَيَانُ أَنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ) قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ) وَفِي رِوَايَةٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَفِي رِوَايَةٍ أَيَّامُ مِنًى وَفِيهِ دَلِيلٌ لِمَنْ قَالَ لَا يَصِحُّ صَوْمُهَا بِحَالٍ وَهُوَ أَظْهَرُ الْقَوْلَيْنِ فِي مَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَبِهِ قال أبو حنيفة وبن الْمُنْذِرِ وَغَيْرُهُمَا وَقَالَ جَمَاعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ يَجُوزُ صيامها لكل أحد تطوعا وغيره حكاه بن المنذر عن الزبير بن العوام وبن عمر وبن سِيرِينَ وَقَالَ مَالِكٌ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَإِسْحَاقُ وَالشَّافِعِيُّ فِي أحد قوليه يجوز صومها للمتمتع إِذَا لَمْ يَجِدِ الْهَدْيَ وَلَا يَجُوزُ لِغَيْرِهِ

Artinya: Bab menjelaskan haramnya melakukan puasa pada hari-hari Tasyriq dan penjelasan bahwa hari-hari tersebut adalah estapet dari hari raya idul adhaha (hari makan dan minum) dan dzikir kepada Allah. Pernyataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (hari-hari tasyriq adalah hari makan minum) dalam sebagian riwayat “hari-hari berdzikir kepada Allah Yang maha luhur dan agung”. Riwayat lainnya menyebutkan hari-hari di mina” hadis tersebut menjadi dalil sekelompok ulama yang menyatakan tidak sah melakukan puasa dalam kondisi apapun. Pendapat ini merupakan pendapat yang paling nyata dari dua pendapat lain dalam mazhab imam syafii. Qaul tersebut dipegang oleh Imam Abu Hanifah, Ibn al-Mundzir dan lainnya. Pendapat mayoritas ulama menyatakan: Siapa saja  boleh berpuasa di hari tasyriq baik puasa sunnah dan sebagainya sebagaimana dituturkan oleh Ibn al-Munzir dari sayiduna Zubair Bin al-Awwam, Ibn Umar dan Ibn Sirin Radhiyallahu anhum. Imam malik, Imam al-Auzai, Imam Abu Ishaq dan Imam Syafii pada salah satu qaulnya menyatakan kebolehan puasa pada hari-hari tasyriq khusus bagi orang yang membayar dam haji tamattu’ dengan berpuasa karena tidak menemukan atau tidak mampu membeli hewan sembelihan dan dilarang berpuasa di hari-hari tersebut bagi orang selainnya.

Imam Nawawiy juga menegaskan dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzzab jilid 6 halaman 444:

(وَاعْلَمْ) أَنَّ الْأَصَحَّ عِنْدَ الْأَصْحَابِ هُوَ الْقَوْلُ الْجَدِيدُ أَنَّهَا لَا يَصِحُّ فيها صوم أصلا لا للمتمتع ولا لغيره (والارجح) في الدليل صحتها للمتمتع وَجَوَازُهَا لَهُ لِأَنَّ الْحَدِيثَ فِي التَّرْخِيصِ لَهُ صَحِيحٌ كَمَا بَيَّنَّاهُ وَهُوَ صَرِيحٌ فِي ذَلِكَ فَلَا عُدُولَ عَنْهُ

 Artinya: “Ketahuilah sesungguhnya pendapat para pengikut mazhab imam syafii dalam pendapat jadid (edisi revisi) bahwa tidak sah sama sekali melakukan puasa pada hari-hari tasyriq baik untuk orang yang ingin membayar dam (denda) haji tamattu dengan berpuasa karena tidak mampu memotong hewan sembelihan atau orang selainnya. Dan pendapat yang paling kuat dalam argumentasi adalah yang menganggap sah dan membolehkan berpuasa di hari-hari tasyriq bagi orang yang ingin membayar dam haji tamattu’ dengan puasa. Karena hadis yang menyebutkan dispensasi bagi orang yang melakukan haji tamattu’ adalah shahih sebagaimana kami paparkan. Hal itu sudah jelas sehingga tidak perlu digugat.”

Dinyatakan sebagai pendapat yang paling kuat disebabkan adanya riwayat hadis Shahih riwayat Imam ad-Daraquthniy:

حَدَّثَنَا حَبِيبُ بْنُ الْحَسَنِ الْقَزَّازُ , ثنا الْحُسَيْنُ بْنُ الْكُمَيْتِ , ثنا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي نَافِعٍ , ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَضْلِ , عَنْ سُلَيْمَانَ أَبِي مُعَاذٍ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُذَافَةَ السَّهْمِيُّ , قَالَ: أَمَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَهْطٍ أَنْ يَطُوفُوا فِي مِنًى فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ يَوْمَ النَّحْرِ فَيُنَادُوا: «إِنَّ هَذِهِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ فَلَا تَصُومُوا فِيهِنَّ إِلَّا صَوْمًا فِي هَدْي»

Artinya: “Habib bin al-Hasan al-Qazzar menceritakan kepada kami, al-Husain Bin al-Kumait menceritakan kami, Ahmad Bin Abi Nafi menceritakan kami, al-Abbas Bin al-Fadhl menceritakan kami dari sulaiman Abi Muadz dari az-Zuhriy dari Said Bin al-Musayyib dari Abdullah Bin Hudzafah as-Sahamiy berkata: Rasulullah memerintahkan dirinya pada sekelompok kaum yang ada di mina agar mereka melakukan thawaf tanggal sepuluh saat hajjah wada’ mereka bersahut: Hari ini adalah hari makan dan minum serta dzikirullah, maka kalian jangan melakukan puasa kecuali puasa ganti bayar dam.” (sunan ad-Daraquthniy hadis no: 4754).
:

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi





 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910


Senin, 21 Agustus 2017

Dalil Puasa Tarwiyah

Dalil Puasa Tarwiyah

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:


Pertanyaan Saudara Afwillah Nawardi at-Tijaniy Sukapura Jakarta Utara:

Ada kajian rutin di sebuah masjid, yang memang sering membahas Bid’ah-Bid’ah yang kerap dilakukan masyarakat. Seorang pemateri di masjid tersebut mengatakan: "Bahwa Puasa tanggal 8 Dzulhijjah yang disebut puasa Tarwiyah adalah Bid’ah, pelakunya bukan mendapat pahala tetapi dosa.

Pertanyaan saya, apakah benar hukum melakukan puasa Tarwiyah termasuk perbuatan Bid’ah? Sedangkan sedari kecil saya dengar dari para kiayi puasa tersebut sangat dianjurkan. Dan jelaskan mengapa disebut hari Tarwiyah dan keistimewaan apa yang ada pada hari tersebut? Tolong berikan referensi dalil para ulama yang menganjurkan berpuasa Tarwiyah?

JAWABAN:

Penamaan tanggal 8 bulan Dzulhijjah disebut hari Tarwiyah, sebagaimana disebutkan oleh Imam Zakariya al-Anshariy dalam kitab Minhatul Bari Syarh Shahih al-Bukhariy jilid 1 halaman 450:

وسمي يوم التروية؛ لأنهم يتروون فيه من الماء ما يستعملونه في عرفات شربًا وغيره، وقيل: لرؤية إبراهيم - عليه السلام - رؤيا ذبح ولده في ليلته، وقيل: لأنه تروى أي: تفكر في رؤياه التي رآها  .

Artinya: Dinamakan Tarwiyah karena hari itu para jamaah haji menyiapkan air sebagai bekal minum dan lainnya untuk berada di arafah. Pendapat lain mengatakan: Disebut Hari Tarwiyah karena pada hari itu di malam harinya Nabi Ibrahim alaihis salam bermimpi menyembelih anaknya. Ada juga yang mengatakan bahwa penamaan Tarwiyah karena pada hari itu Nabi Ibrahim merenungkan mimpi yang terjadi tadi malam.”

Beberapa riwayat menyebutkan keutamaan puasa Tarwiyah di antaranya:

مَنْ صَامَ الْعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَةٌ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ .

”Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun.”

Hadis di atas diberikan bandrol hadis palsu oleh para hali hadis di antaranya Imam Ibn al-Jauziy dalam kitab al-Maudhuat al-Kubra jilid 2 halaman 198 dikarenakan ada seorang periwayat bernama Sulaiman at-Taimiy yang kondang dalam memade in hadis palsu.

صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ .

“Artinya : Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.

Hadis ini disebutkan oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthiy dalam al-Jami’ as-Shaghir hadis no: 7941. Beliau mengatakan bahwa hadis tersebut disebutkan oleh Abu as-Syaikh al-Ashfahaniy dalam kitab as-Stawab Ala al-A’mal dan Ibn an-Najjar dalam kitab at-Tarikh, keduanya meriwayatkan dari sayyiduna Abdullah Bin Abbas Radhiyallahu anhuma. Imam as-Suyuthiy memberikan statsus hadis di atas sebagai hadis Dhaif (lemah).

من صام يوم التروية أعطاه الله ثواب أيوب عليه السلام على بلائه ومن صام يوم عرفة أعطاه الله ثوابا مثل ثواب عيسى عليه السلام .

Siapa yang berpuasa pada hari Tarwiyah, maka Allah Taala memberikan kepadanya pahala sebesar pahala kesabaran nabi Ayyub saat mendapat mushibah. Dan siapa berpuasa pada hari Arafah makan Allah Taala memberikan kepadanya pahala seada-adanya pahala Nabi Isa alaihis salam.”

Hadis di atas disebutkan oleh Imam Abdurrahman as-Shafuriy dalam kitab Nuzhatul Majalis tanpa menyebutkan sanad. Para ulama memberikan vonis ungkapan di atas adalah hadis palsu.

Imam as-Suyuthiy menyebutkan hadis palsu di atas dalam kitab al-Laaliy al-Mashnu’ah jilid 1 halaman 469 dengan sanad yang bersambung kepada sayiduna Anas Bin Malik Radhiyallahu anhu. Dalam jalur periwayatan sanadnya ada tokoh bernama Hammad bin Amr yang terkenal sebagai gembong penyebar hadis palsu alias hadis bajakan atau Hoax.

صيام أوّل يوم مِن العشر يعدل مائة سنة، واليوم الثاني يعدل مائتي سنة، فإذا كان يوم التروية يعدل ألف عام، وصيام يوم عرفة يعدل ألفي عام)

Artinya: Puasa dihari pertama bulan Dzulhijjah sebanding pahala orang mengerjakan kebaikan selama seratus tahun. Hari kedua bulan Dzulhijjah, setara dengan orang yang melakukan kebaikan selama dua ratus tahun. Hari Tarwiyah, seimbang dengan pahala melakukan kebaika seribu tahun. Puasa Arafah sembabad dengan pahala kebaikan dua ribu tahun.”

Hadis di atas dikelompokan oleh imam as-Suyuthiy dalam kitab al-La’aliy al-Mashnu’ah jilid 1 halaman; 468 ke dalam deretan hadis palsu.

فاذا كَانَ يَوْم التَّرويَة؛ فلك عدل ألفي رَقَبَة، وَألْفي بَدَنَة، وَألْفي فرس، تحمل عَلَيْهَا فِي سَبِيل الله

Artinya: Siapa yang melakukan puasa Tarwiyah maka ia mendapat pahala membebaskan dua ribu budak, pahala menyembelih dua ribu unta, menshadaqahkan dua ribu kuda untuk berjihad di jalan Allah.”

Hadis di atas disebutkan oleh Imam Muhammad Bi Thahir al-Maqdisi dalam kitab Dzakhiratul Huffazah jilid 2 halaman 915. Dzakhiratul Huffazh sebuah kitab yang mengkoleksi hadis-hadis bermasalah dalam kitab al-Kamil karya Imam Ibn Adiy.

Adapun keistimewaan hari Tarwiyah disebutkan oleh Imam ad-Dailamiy dalam kitabnya Musnad al-Firdaus jilid 3 halaman 620, sebagai berikut:

من أحيى اللَّيَالِي الْأَرْبَع وَجَبت لَهُ الْجنَّة لَيْلَة التَّرويَة وَلَيْلَة عَرَفَة وَلَيْلَة النَّحْر وَلَيْلَة الْفطر

Imam Ibn al-Jauzi mengkategorikan hadis di atas ke dalam kelompok hadis palsu dalam kitab al-Ilalul Mutanahiyah jilid 2 halaman 77.

Kesimpulannya, tidak ada hadis yang shahih yang menjelaskan keutamaan puasa di hari Tarwiyah secara khusus. Keterangan para ulama dalam merespon hadis-hadis palsu terkait keutamaan puasa hari Tarwiyah di atas sama sekali bukan dijadikan dalil dilarangnya puasa Tarwiyah. Karena sejatinya melakukan puasa hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) dipayungi oleh hadis shahih yang menganjurkan puasa dari tanggal satu sampai 9 Dzulhijjah dan tanggal 8 Dzulhijjah hari Tarwiyah termasuk sebagian dari hari-hari istimewa yang memiliki keutamaan besar.

«مَا العَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ؟» قَالُوا: وَلاَ الجِهَادُ؟ قَالَ: «وَلاَ الجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ»

Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (Shahih al-Bukhari hadis no: 969).


Pada redaksi lain, Imam ad-Darimiy meriwayatkan:

مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَا أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ تَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الْأَضْحَى قِيلَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah”. Lalu ada yang bertanya, “Termasuk jihad di jalan Allah ?” Rasulullah bersabda,”Termasuk jihad di jalan Allah, kecuali seseorang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid)” (Sunan ad-Darimiy hadis no: 1815).

Mengenai hadits di atas, Ibnu Qudamah rahimahullah dalam kitab al-Mughniy jilid 1 halaman 139 berkata:

وَأَيَّامُ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ كُلُّهَا شَرِيفَةٌ مُفَضَّلَةٌ يُضَاعَفُ الْعَمَلُ فِيهَا، وَيُسْتَحَبُّ الِاجْتِهَادُ فِي الْعِبَادَةِ فِيهَا

“Sepuluh hari awal Dzulhijjah seluruhnya adalah hari yang mulia dan dimuliakan, di dalamnya dilipatgandakan (pahala) amalan dan disunnahkan bersungguh-sungguh ibadah pada waktu tersebut.”

Imam Ibn Rajab al-Hambali dalam kitab lathaif al-Maarif halaman 262 menyebutkan:

وممن كان يصوم العشر عبد الله بن عمر رضي الله عنهما وقد تقدم عن الحسن وابن سيرين وقتادة ذكر فضل صيامه وهو قول أكثر العلماء أو كثير منهم.

Bahwa di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut.

Para ulama menggolongkan puasa hari Tarwiyah dalam Shaumut Tathawwu’ (puasa Sunnah) di antaranya:

@ Imam Abul Mahasin Abdul Wahid Ar-Ruyaniy dalam kitab Bahr al-Mazhab jilid jilid 3 halaman 304 menyebutkan:

يستحب أن يصوم يوم التروية معه للاحتياط حتى لا يفوته فضيلة يوم عرفة

Artinya: Dianjurkan untuk melakukan puasa di hari Tarwiyah dan Puasa Arafah, karena kehati-hatian (jika terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan Dzulhijjah) supaya tidak luput keutamaan puasa Arafah.”

@ Imam Umar Bin Ali Ibn Mulaqqin menyebutkan macam-macam puasa sunnah dalam kitab at-Tadzkirah jilid 1 halaman 55:

وسن صوم الإثنين والخميس وعرفة إلا للحاج، ويوم التروية وعاشوراء، وتاسوعاء، وأيام البيض، وأيام السود وهي أواخر الشهر، وست من شوال

Artinya: Disunnahkan puasa hari senin, hari kamis, hari Arafah (kecuai bagi yang mengerjakan haji), hari Tarwiyah, Hari Asyura (10 Muharram), hari Tasu’a (9 Muharram), Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14 dan 15 setiap Bulan. Kecuali tanggal 13 Dzulhijjah. Bila bulan dzulhijjah mulai dari tanggal 14, 15 dan 16 Dzulhijjah), Ayyamus Suud yaitu puasa di setiap akhir bulan dan puasa 6 hari di bulan Syawwal.

Alasan apa yang dicangkok oleh si pemateri yang sudah berani mengatakan bahwa puasa hari Tarwiyah sebagai amaliyah Bid’ah. Si pemateri tersebut masuk dalam kelompok tim gegabah, lantaran terlalu ekstrim melarang orang yang berpuasa di hari Tarwiyah sedangkan banyak dalil shahih meskipun tidak secara khusus yang memayunginya. Di samping itu juga Keutamaan melakukan shaum sunnah memiliki fadhilah besar sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»

Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun. (shahih al-Bukhari hadis no: 2840. Shahih Muslim hadis no: 167).

Jangan karena banyak hadis maudhu' (palsu) terkait keutamaan puasa Tarwiyah, kita meninggalkan apalagi sampai melarang orang melakukan puasa Tarwiyah yang telah dicover perintahnya secara umum oleh dalil yang shahih.

Sangat tak bijak, bila kita membuang beras sekarung cuma lantaran ada beberapa butir gabah yang ada di luar karung. ....


والله أعلم بالصواب


Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910




Niat Puasa Tarwiyah


Senin, 03 Juli 2017

Puasa 6 Hari Di Bulan Syawwal

Puasa 6 hari Di Bulan Syawwal
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين


اللهم نسألك أن تصليا *** على حبيبك إمام الأنبيا

صل على الفاتح ما قد أغلق *** محمد الخاتم ما قد سبق

وناصر الحق العلي بالحق *** سيدنا الهادي لكل الخلق

الى صراطك القويم المستقيم *** والأل مقدر قدره العظيم


الحمد لله الذي شرح الصدور، وجعل شوال من مواسم السرور وأشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد ام سيدنا محمدا عبده ورسوله . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد بدر البدور وعلى اله وصجبه ومن تبعهم الى يوم البعث والنشور : أما بعد : فاوصيكم ونفسي أيها العباد بتقوى الله فانها خير زاد يتزود بها العبد الى دار المعاد . فقال تعالى .....

Di antara amalan yang berfadhilah besar setelah mengerjakan puasa wajib bulan Ramadhan adalah melakukan puasa enam hari di bulan Syawwal. Imam Ibn Rajab al-Hambaliy (wafat tahun 795 Hijriyah) dalam litab Lathaif al-Maarif Fi Ma Li Mawasim al-Am Wa al-Wazhaif halaman 219: menyebutkan lima fadhail (keutamaan) seputar puasa syawal:

1. Puasa syawal menyempurnakan puasa Ramadhan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Siapa saja berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh" [HR. Muslim]

2. Puasa syawal merupakan pengiring puasa Ramadhan.
Shalat rawatib qabliyah berfungsi sebagai persiapan untuk memasuki shalat fardhu sedangkan shalat rawatib ba`diyah berfungsi untuk menutupi kekurangan dalam shalat. Maka demikian juga dalam puasa syawal dan puasa bulan Sya’ban. Puasa sunat bulan sya’ban merupakan persiapan untuk memasuki puasa wajib di bulan Ramadhan. Sedangkan puasa sunat di di bulan Syawal untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam puasa Ramadhan.

3. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan.
Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya".
Sebagaimana dosa bisa mengantarkan seseorang berbuat dosa yang lain, Allah berfirman:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

"Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa" [Surat Ash-Syura: 40]
Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,
Allah berfirman:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." [Surat Ar-Rahman: 60]

4. puasa syawwal sebagai wujud syukur

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).

5. puasa Syawwal merupakan estafet Ibadah
 Ibadah tidak terhenti dengan habisnya bulan Ramadhan tetapi terus berkelanjutan selama kita masih hidup. Batasan beramal manusia hanyalah mati.  Allah berfirman :

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ...

 Sembahlah tuhanMu sehingga datanglah yakin(kematian) .Q.S al-Hijr ayat 99

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr semuanya dari Isma'il - Ibnu Ayyub berkata- Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sa'd bin Sa'id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." 

Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd Sa'id saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. (Shahih Imam Muslim hadist no: 1164).

Faidah dari hadist di atas:

@ Sebagai dalil kesunnahan puasa enam hari di bulan syawwal.
@ Puasa enam hari tersebut dikerjakan selama di bulan Syawwal.
@ Lebih utama dilakukan secara berturut-turut meskipun boleh dipisahkan
@Pahala puasa bulan Ramadhan seperti puasa 10 bulan. Dan Puasa 6 hari bulan Syawwal menjangkepkan setahun. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya:

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحَارِثِ الذِّمَارِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ، عَنْ ثَوْبَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ "

Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah bercerita kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari Yahya bin Al Harits Adz Dzimari dari Abu Asma` Ar Rahabi dari Tsauban dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Barangsiapa puasa Ramadhan maka itu sebulan dikali sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah romadhon itulah penggenap puasa setahun." (Musnad Ahmad hadist no: 22412).

Allah juga berfirman:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Siapa yang mengerjakan kebaikan maka baginya adalah sepuluh balasan kadarnya…(al-An`am 160)

Maka puasa sebulan Ramadhan 30 hari X 10= 300. Sedangkan puasa di bulan Syawal 6 hari X 10= 60. Total 360, hari dalam satu tahun. Bila bulan Ramadhan hanya 29 hari x 10= 290 + 60 = 350, dengan luasnya karunia dan rahmat Allah Taala, bilangan tersebut digenapkan walaupun kurang dari bilangan hari dalam setahun.

Siapa saja yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan, lalu ia berniat menggabung dua niat sekaligus niat qadha dan puasa syawwal, para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan sah, sebagian ulama lain mengatakan tidak sah keduanya, sebagian lagi menegaskan: yang sah hanya pahala puasa sunnahnya.

Bila seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan bulan Syawal maka secara otomatis ia kan mendapatkan pahala puasa sunnah di bulan Syawal. Jadi cara niatnya cukup niat puasa qadha saja dan disaat itu ia mendapatkan pahalanya puasa Syawal. Akan tetapi pahala tersebut berbeda dengan orang yang melakukan puasa qadha dan puasa enam hari di bulan syawwal secara terpisah.

Syeikh Abdullah as-Syarqawiy menyatakan dalam Hasyiyah at-Tahrir;

"ولو صام فيه - أي شوال - قضاء عن رمضان أو غيره نذرًا أو نفلًا آخر، حصل له ثواب تطوعها، إذ المدار على وجود الصوم في ستة أيام من شوال ... لكن لا يحصل له الثواب الكامل المترتب على المطلوب إلا بنية صومها عن خصوص الست من شوال، ولاسيما من فاته رمضان لأنه لم يصدق أنه صام رمضان وأتبعه ستًّا من شوال

Apa bila seseorang melakukan puasa qadha atau lainnnya seperti puasa nadzar dan puasa sunnah (senin dan kamis) di bulan syawwal, maka otomatis ia mendapat pahala puasa sunnah syawwal tersebut. karena yang menjadi patokan terjadinya puasa yang dilakukan itu pada enam hari bulan Syawwal. Akan tetapi ia tidak mendapat pahala sempurna sebagaimana yang diperintahkan kecuali dengan meniatkan puasa enam hari di bulan syawwal secara khusus. Terlebih lagi, bagi orang yang masih punya sangkutan hutang qadha puasa bulan Ramadhan, ia tidak termasuk bagian orang yang mengiringi puasa Ramadhan dengan puasa syawwal.

Mengenai kapan star melakukan puasa Syawwal para ulama berbeda pendapat. Imam Malik memakruhkan seseorang mengawali puasa Syawwal pada awal-awal bulan syawwal (langsung tangal 2 dan seterusnya). Dalam mazhab Imam Malik disunnahkan untuk menundanya sampai tengah-tengah bulan syawwal dan dilakukan selama enam hari dengan terpisah-pisah tidak berturut-turut serta dikerjakan dengan sir (tersembunyi). Pendapat Imam Malik tersebut didasarkan kepada Sad’ adz-Dzara’I (mencegah sesuatu agar tidak terjadi kerusakan), yakni agar orang awam tidak menyangka puasa enam hari di bulan syawwal sebagai ibadah wajib. Imam Malik bukan berpaling dari Nash agama, tetapi beliau justru menjaga keutuhan nash agama dari takwil yang merusak tujuan syariat. Dengan alasan yang sama, Sayiduna Abu Bakar dan sayiduna ‘Umar tidak menyembelih qurban untuk dirinya selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib. Begitu juga empat ulama mazhab memakruhkan seseorang lelaki menikahi wanita kitabiyah (ahli kitab Yahudi Dan Nashrani).


Dalam kitab alfiqh ala madzahib al-Arbaah disebutkan;

يكره تزوج الكتابية إذا كانت في دار الإسلام وتشتد الكراهية إذا كانت في دار الحرب كما هو رأي بعض المالكية.

Seorang muslim dimakruhkan menikahi wanita kitabiyah apabila ia tinggal di Negara islam. Dan kemakruhan semakin kuat mana kala ia berada di Negara harbi. Pendapat ini sama dengan pendapat sebagian ulama’ madzhab maliki.

Dalam Kitab Minhajut Tholibin, Imam Nawawi menjelaskan:

يحرم نكاح من لا كتاب لها كوثنية ومجويية وتحل كتابية لكن تكره حربية وكذا ذمية علي الصحيح.

Bagi seorang muslim haram menikahi wanita yang tidak memiliki kitab suci seperti penyembah berhala dan majusi. Dan boleh baginya menikahi wanita kitabiyah tetapi hukumnya makruh jika wanita itu termasuk harbiyah. Demikian juga dzimiyyah menurut pendapat yang shohih.

Lantaran selempang (adanya kekhawatiran) dampak negatif di masa datang. Boleh jadi status wanita kitabiyah itu belum jelas, apakah kitabiyah asli atau wanita muslimah tetapi murtad. Saddu adz-Dzari’ah juga dilakukan oleh Imam Hasan al-Bashriy ketika beliau ditanya orang: Ya Imam, apakah boleh pria muslim menikahi wanita Kitabiyah? Beliau menjawab: Tidak usah menikahi wanita kitabiyah, lah wong wanita muslimah sangat banyak.”

Pendapat yang memakruhkan puasa syawwal dilakukan di awal-awal bulan syawwal juga dikuatkan dengan riwayat Imam Abdurrazzaq (wafat tahun 211 Hijriyah) dalam kitab al-Mushannaf:

قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: وَسَأَلْتُ مَعْمَرًا عَنْ صِيَامِ السِّتِّ الَّتِي بَعْدَ يَوْمِ الْفِطْرِ، وَقَالُوا لَهُ: تُصَامُ بَعْدَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ، فَقَالَ: «مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّمَا هِيَ أَيَّامُ عِيدٍ وَأَكْلٍ وَشُرْبٍ، وَلَكِنْ تُصَامُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ قَبْلَ أَيَّامِ الْغُرِّ، أَوْ ثَلَاثَةُ أَيَّامِ الْغُرِّ أَوْ بَعْدَهَا، وَأَيَّامُ الْغُرِّ ثَلَاثَةَ عَشَرَ، وَأَرْبَعَةَ عَشَرَ، وَخَمْسَةَ عَشَرَ»، وَسَأَلْنَا عَبْدَ الرَّزَّاقِ: «عَمَّنْ يَصُومُ يَوْمَ الثَّانِي؟ فَكَرِهَ ذَلِكَ، وَأَبَاهُ إِبَاءً شَدِيدًا»

Imam Abdur razzaq berkata: “Aku bertanya kepada Ma’mar tentang puasa enam hari di bulan syawwal seteah Idul fitri. Banyak orang mengatakan dikerjakan setelah tanggal satu syawwal yakni hari kedua Syawwal.Ma’mar berkata: “Aku berlindung kepada Allah, hari kedua masih disebut juga hari raya, hari makan dan minum, lakukanlah puasa Syawwal selama 3 hari sebelum Ayyamul Ghurri dan 3 hari lagi setelah Ayyamul Ghurri. Yang dimaksud ayyamul ghurri adalah tanggal 13, 14 dan 15 Syawwal. Dan kami bertanya kepada Imam Abdurrazzaq mengenai orang yang memulai puasa syawwal tanggal dua? Beliau memakruhkannya dan menolak dengan keras.” (mushannaf Abdir razzaq hadist no: 7922).

Pendapat mayoritas ulama: puasa syawal bisa dimulai kapan saja selama dia bisa menyelesaikan 6 hari puasa itu di bulan syawal baik secara berurutan dan terpisah-pisah. Walaupun tidak diragukan bahwa menyegerakan pengerjaannya itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan dalil yang menganjurkan untuk tidak menunda amalan saleh.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ.

وَفِي البَابِ عَنْ جَابِرٍ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَثَوْبَانَ.حَدِيثُ أَبِي أَيُّوبَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ صِيَامَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ بِهَذَا الحَدِيثِ.قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ: هُوَ حَسَنٌ هُوَ مِثْلُ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ.قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ: وَيُرْوَى فِي بَعْضِ الحَدِيثِ وَيُلْحَقُ هَذَا الصِّيَامُ بِرَمَضَانَ، وَاخْتَارَ ابْنُالْمُبَارَكِ أَنْ تَكُونَ سِتَّةَ أَيَّامٍ فِي أَوَّلِ الشَّهْرِ.وَقَدْ رُوِيَ عَنِ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ: إِنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ مُتَفَرِّقًا فَهُوَ جَائِزٌ.وَقَدْ رَوَى عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، وَسَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا.وَرَوَى شُعْبَةُ، عَنْ وَرْقَاءَ بْنِ عُمَرَ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ هَذَا الحَدِيثَ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيِّ وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الحَدِيثِ فِي سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ.حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الجُعْفِيُّ، عَنْ إِسْرَائِيلَ أَبِي مُوسَى، عَنِ الحَسَنِ البَصْرِيِّ قَالَ: كَانَ إِذَا ذُكِرَ عِنْدَهُ صِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ، فَيَقُولُ: وَاللَّهِ لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ بِصِيَامِ هَذَا الشَّهْرِ عَنِ السَّنَةِ كُلِّهَا.

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Barang siapa yang berpuasa Ramadlan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka hal itu sama dengan puasa setahun penuh."

Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Jabir, Abu Hurairah dan Tsauban. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Ayyub adalah hadits hasan shahih. Sebagian ulama menyukai untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal berdasarkan hadits ini. Ibnu Al Mubarak berkata, pendapat itu baik seperti halnya berpuasa tiga hari di pertengahan tiap bulan, Ibnu Al Mubarak melanjutkan, telah diriwayatkan di sebagian hadits, bahwa puasa ini lanjutan dari puasa Ramadlan, Ibnu Mubarak memilih dan lebih menyukai berpuasa enam hari di awal bulan berturut-turut namun tidak mengapa jika ingin berpuasa enam hari tidak berurutan. (perawi) berkata, 'Abdul Aziz bin Muhammad telah meriwayatkan hadits ini dari Shafwan bin Sulaim, sedangkan Sa'ad bin Sa'id meriwayatkannya dari Umar bin Tsabit dari Abu 'Ayyub dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam. Begitu juga Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa' bin Umar dari Sa'ad bin Sa'id dan Sa'ad bin Sa'id ialah saudaranya Yahya bin Sa'id Al Anshari, para ahlul hadits mencela Sa'ad bin Sa'id dari segi hafalannya. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Ju'fi dari Isra'il Abu Musa dari Hasan Al Bashri beliau berkata, jika disebutkan padanya puasa enam hari di bulan Syawwal dia berkata, demi Allah, sungguh Allah telah ridla kepada puasa enam hari di bulan Syawwal sebanding dengan puasa setahun penuh. (sunan at-Tirmidzi hadis no: 759).

Adapun sanad muttashil kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari jalur Imam Muslim rahimahullah mengenai puasa syawwal sebagai berikut;

الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة الشيخ محمد بوخبزة التطواني المغربي عن الحافظ السيد احمد الغماري عن ابي العباس احمد بن نصر العدوي عن احمد بن محجوب الفيومي عن احمد منة الله الازهري عن محمد بن محمد الامير عن نور الدين ابي الحسن علي بن محمد العربي السقاط عن ابراهيم الفيومي عن احمد القرقاوي عن علي الاجهوري عن نور الدين ابي بكر القرافي عن الحافظ السيوطي عن علم الدين البلقيني عن برهان الدين ابي اسحاق التنوخي عن سليمان بن حمزة عن ابي الحسن علي بن الحسين المغير عن الحافظ ابي الفضل سليمان بن ناصر السلامي عن الحافظ ابي القاسم عبد الرحمن بن ابي عبد الله بن منده عن الحافظ ابي بكر محمد بن عبد الله بن محمد بن زكريا بن الحسن الجوزقي عن ابي الحسن مكي بن عبدان النيسابوري عن الامام مسلم قال:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ بْن سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 115.


Khadimul Majlis al-Mu'afah

H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

instagram.com/rizkialbatawi

instagram.com/Zulqornain_Muafiy


Alamat Yayasan al-Muafah: Jalan Tipar Cakung Rt 05 Rw 08 No; 5 Kampung Baru, Cakung Barat Jakarta Timur 13910