Tampilkan postingan dengan label Walimah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Walimah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Januari 2013

Hukum Mengadakan Walimah



Hukum Mengadakan Walimah
Landasan hukum mengadakan Walimah mengacu pada hadis yang diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik, Shafiyyah Binti Syaibah dan Buraidah sebagai berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَثَرَ صُفْرَةٍ فَقَالَ مَا هَذَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ فَبَارَكَ اللَّهُ لَكَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ .
Artinya:" Dari Anas Ibn Malik bahwa Nabi pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: "Apa ini?". Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing."[1]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : أَقَامَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ خَيْبَرَ وَالْمَدِينَةِ ثَلَاثَ لَيَالٍ يُبْنَى عَلَيْهِ بِصَفِيَّةَ فَدَعَوْتُ اَلْمُسْلِمِينَ إِلَى وَلِيمَتِهِ فَمَا كَانَ فِيهَا مِنْ خُبْزٍ وَلَا لَحْمٍ وَمَا كَانَ فِيهَا إِلَّا أَنْ أَمَرَ بِالْأَنْطَاعِ فَبُسِطَتْ فَأُلْقِيَ عَلَيْهَا اَلتَّمْرُ وَالْأَقِطُ وَالسَّمْنُ .
Artinya:" Anas berkata: Nabi pernah berdiam selama tiga malam di daerah antara Khaibar dan Madinah untuk bermalam bersama Shafiyyah (istri baru). Lalu aku mengundang kaum muslimin menghadiri walimahnya. Dalam walimah itu tak ada roti dan daging. Yang ada ialah beliau menyuruh membentangkan tikar kulit. Lalu ia dibentangkan dan di atasnya diletakkan buah kurma, susu kering, dan samin.[2]

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورِ بْنِ صَفِيَّةَ عَنْ أُمِّهِ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ أَوْلَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى بَعْضِ نِسَائِهِ بِمُدَّيْنِ مِنْ شَعِيرٍ .
Artinya:"Mengabarkan kepada kami Sufyan dari Manshur Ibn Shafiyyah dari Ibunya Shafiyyah Bint Syaibah berkata: Nabi mengadakan Walimah sebagian istrinya dengan 2 mud gandum."[3]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ دُعِيتُ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ .
Artinya:"Dari Abi Hurairah semoga Allah memberikan keridhaannya sesungguhnya Rasulullah bersabda: Seandainya aku diundang pada Walimah yang disediakan sebelah kaki kambing, niscaya aku akan datang. Seandainya aku diberikan hadiah sebelah kaki kambing, maka aku akan menerimanya."[4]

عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا خَطَبَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَا بُدَّ لِلْعُرْسِ مِنْ وَلِيمَةٍ قَالَ فَقَالَ سَعْدٌ عَلَيَّ كَبْشٌ وَقَالَ فُلَانٌ عَلَيَّ كَذَا وَكَذَا مِنْ ذُرَةٍ .
Artinya:"Dari Ibn Buraidah dari bapaknya berkata: Tatkala Sayidina Ali melamar Siti Fatimah semoga Allah memberikan keridhaan kepada keduanya. Rasulullah bersabda: Hal ini semestinya diadakan Walimah. Periwayat hadis berkata: salah satu sahabat yang bernama Saad berkata: Saya akan memberikan kambing, dan sahabat lainnya berkata: saya memberikan sesuatu dan ada yang memberikan gandum."[5]

Para ulama sepakat tentang anjuran mengadakan pesta perayaan nikah, meskipun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya. Hukum mengadakan berbagai Walimah yang disebutkan sebelumnya hukumnya sunnah. Adapun hukum mengadakan Walimatul Ursiy menempati posisi paling utama dalam kesunnahannya dari pada Walimah yang lainnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Imam Zakariyya al-Anshariy:
وَلِيمَةُ الْعُرْسِ آكَدُ الْوَلَائِمِ .
Artinya:"Mengadakan Walimatul Ursiy merupakan kesunnahan yang paling kuat diantara Walimah lainnya."[6]

          Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy lebih tegas mengatakan:
( وَلِيمَةُ الْعُرْسِ ) بِضَمِّ الْعَيْنِ مَعَ ضَمِّ الرَّاءِ وَإِسْكَانِهَا ( سُنَّةٌ ) مُؤَكَّدَةٌ بَلْ هِيَ آكَدُ الْوَلَائِمِ لِثُبُوتِهَا عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْلًا وَفِعْلًا .
Artinya:"Walimatul Ursiy dibaca dengan Dhammah Ain serta Dhammah atau Sukun huruf Ranya. Hukumnya sunnah muakkadah bahkan ia merupakan kesunnahan yang paling kuat diantara Walimah lainnya, karena adanya keterangan bahwa Rasulullah menetapkannya baik dengan perkataan dan perbuatannya."[7]

Imam Nawawiy al-Dimasyqiy mengatakan:
وَلِيمَةُ الْعُرْسِ سُنَّةٌ . وَفِي قَوْلٍ أَوْ وَجْهٍ وَاجِبَةٌ .


          Ada pendapat yang mengatakan bahwa mengadakan Walimah hukumnya adalah Fardhu Kifayah (kewajiban kolektif), pendapat ini dihikayatkan oleh Imam al-Shaimiriy:
وَحَكَى الصَّيْمِرِيُّ وَجْهًا ثَالِثًا : أَنَّ الْوَلِيْمَةَ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ فَاِذَا فَعَلَهَا وَاحِدٌ اَوِ اثْنَانِ فِي النَّاحِيَةِ اَوِ الْقَبِيْلَةِ وَشَاعَ فِي النَّاسِ وَظَهَرَ سَقَطَ الْفَرْضُ عَنِ الْبَاقِيْنَ .
Artinya:"Imam al-Shaimiriy menghikayatkan wajh yang ketiga: Bahwa mengadakan Walimah hukumnya Fardhu Kifayah, apabila satu orang atau dua orang mengadakan Walimah pada satu kampung atau Qabilah dan tersiar, maka gugurlah kewajiban bagi orang lainnya."[9]
          Mayoritas ulama mengatakan bahwa mengadakan Walimatul Ursiy hukumnya sunnah muakkadah (yang dikuatkan). Alasan mereka antara lain sabda Rasulullah kepada Abdurrahman Ibn Auf:
أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ .
Artinya: Adakanlah olehmu Walimah sekalipun dengan memotong seeokor kambing."
          Meskipun Rasulullah dalam sabdanya itu menggunakan Fiil Amr (kata yang mengandung perintah), namun perintah disini adalah sunah, karena tidak semua orang mampu mengadakan Walimah dalam satu pernikahan. Sebab perintah memotong kambing tersebut dianalogikan (diqiyaskan) dengan perintah melakukan Qurban dan Walimah lainnya.[10]
          Imam Ibn Thulun mengatakan:
وَأَمَّا سَائِرُ الْوَلاَئِمِ غَيْرُ وَلِيْمَةِ الْعُرْسِ، فَالْمَذْهَبُ الَّذِي قَطَعَ بِهِ الْجُمْهُوْرُ أَنَّهَا مُسْتَحَبَّةٌ وَلاَ يَتَأَكَّدُ تَأَكُّدَ وَلِيْمَةِ الْعُرْسِ ، وَطَرَدَ الْمُتَوَلِّي فِيْهَا الْوُجُوْبَ . وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ حنبل: لاَ تُسْتَحَبُّ ودليلنا قوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ دُعِيْتُ إِلَى ذِرَاعٌ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ لَقَبِلْتُ " وَلِأَنَّ فِيْهِ إِظْهَارَ نِعَمِ اللهِ تَعَالَى وَالشُّكْرَ عَلَيْهَا وَاِكْتِسَابَ اْلأَجْرِ وَالْمَحَبَّةِ فَكَانَ مُسْتَحَبّاً.
Artinya:"Adapun Walimah selain Walimatul Ursiy, menurut pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama hukumnya adalah sunnah. Tidak sama kekuatan kesunnahannya dengan Walimatul Ursiy.  Syaikh al-Mutawalliy mengatakan wajib. Imam Ahmad berkata: Walimah selain Walimatul Ursiy tidak disunnahkan. Dalil kami Rasulullah bersabda: Seandainya aku diundang pada Walimah yang disediakan sebelah kaki kambing, niscaya aku akan datang. Seandainya aku diberikan hadiah sebelah kaki kambing, maka aku akan menerimanya. mengadakan Walimah merupakan perbuatan menunjukan ni'mat-ni'mat Allah dan ungkapan syukur atas ni'mat serta mencari pahala dan kecintaan yang merupakan anjuran."[11]

Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy



اللَّهمَّ صَلِّوَاجْزِهِ عَنَّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَاجْزِهِ عَنَّا مَا هُوَ أَهْلُهُ حَبِيبِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ هُمَا هُوَ أَهْلُهُ حَبِيبِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَاجْزِهِ عَنَّا مَا هُوَ أَهْلُهُ حَبِيبِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَاجْزِهِ عَنَّا مَا هُوَ أَهْلُهُ خَلِيلِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَاجْزِهِ عَنَّا مَا هُوَ أَهْلُهُ خَلِيلِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَاجْزِهِ عَنَّا مَا هُوَ أَهْلُهُ خَلِيلِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَرَحِمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِى الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا صُلِّىَ عَلَيْهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَضْعافَ مَا صُلِّىَ عَلَيْهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا هُوَ أَهْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى لَهُ.






[1] Riwayat Imam Bukhariy dan Imam Muslim, Redaksi di atas riwayat Imam Muslim hadis no: 2556.
[2] Imam Ibn Hajar al-Asqallaniy dalam kitab Bulugh al-Maram hadis no: 1046.
[3] Riwayat Imam Bukhariy dalam kitab Shahihnya hadis no: 4774.
[4] Riwayat Imam al-Bukhariy, dalam kitab Shahihnya hadis no: 2380.
[5] Riwayat Imam Ahnad Ibn Hambal dalam kitab Musnad hadis no: 21957.
[6] Imam Zakariyya al-Anshariy, Asna al-Mathalib Syarh Rawdh al-Thalib vol. 6 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah 2001) 447; Imam Ahmad Ibn Umar al-Muzajjad, al-Ubab al-Muhith Bi Mu'zham Nushush al-Syafii Wa al-Ashhab vol. 2 (Dar al-Minhaj 2009) h. 675.
[7] Imam Muhammad al-Ramliy, Nihayah al-Muhtaj Syarh al-Minhaj vol. 6 (Beirut: Dar al-Fikr 2004) h. 396.  
[8] Imam Nawawiy al-Dimasyqiy, Minhaj al-Thalibin (Surabaya: Dar al-Ihya) h. 92.
[9] Imam Yahya Ibn Salim al-Imraniy, al-Bayan Fi Fiqh al-Syafiiy vol. 9 (Beirut: Dar al-Kutub 2002) h. 440.
[10] Syaikh Abu Bakr Syatha, I'anah al-Thalibin vol. 3 (Beirut: Dar al-Fikr 2002) h. 407.
[11] Imam Ibnu Thulun, Fassh al-Khawatim Fi Ma Qila Li al-Walaim (Maktabah Syamilah 2008) h. 2.

Macam-Macam Walimah



Macam-Macam Walimah
Bentuk macam-macam Walimah ada banyak. Sedangkan yang disebutkan oleh para ulama ada 11, terkumpul dalam Nazham:
إِنَّ الْوَلَائِمَ عَشْرَةٌ مَعْ وَاحِدٍ * مَنْ عَدَّهَا قَدْ عَزَّ في أَقْرَانِهِ
فَالْخُرْسُ إِنْ نُفِسَتْ كَذَاكَ عَقِيْقَةٌ * لِلطِّفْلِ وَاْلأَعْذَارُ عندَ خِتَانِهِ
وَلِحِفْظِ قُرْآنٍ وَآدَابٍ لَقْدْ*  قَالَ الْحِذَاقُ، لِحَذْقِهِ وَبَيَانِهِ
ثُمَّ الْمِلاَكُ لِعَقْدِهِ وَ وَلِيْمَةٌ * فِي عُرْسِهِ، فَاحْرُصْ عَلَى إِعْلاَنِهِ
وَ كَذَاكَ مَأْدُبَةٌ بِلاَ سَبَبٍ يُرَى * وَ وَكِيْرَةٌ لِبِنَائِهِ لِمَكَانِهِ
وَ نَقِيْعَةٌ لِقُدُوْمِِهِ وَ وَضِيْمَةٌ * مِنْ أَقْرِبَاءِ الْمَيِّتِ أَوْ جِيْرَانِهِ
وَ ِلأَوَّّلِ الشَّهْرِ الأَصَمِّ عَتِيْرَةٌ * جاءَتْ هُدِيْتَ كَذَا لِرِفْعَةِ شَأْنِهِ
Artinya:"Sesungguhnya macam-macam Walimah itu ada 10 ditambah satu. Siapa saja yang menghinggakannya, maka ia sungguh mulia di kalangan teman-temannya. 1.Walimah al-Khurs ketika wanita nifas, 2.Walimah Aqiqah bagi anak, 3.Walimah I'dzar waktu mengkhitannya, 4.Walimah hafal al-Qur'an, dan adab sungguh dikatakan oleh para ulama cerdik, 5. Walimah Hizaq untuk kecerdikan dan menjelaskan al-Qur'an, 6. Walimah Milak untuk akad nikah, 7. Walimah Ursi pada resepsinya bersemangatlah dirimu untuk mengumumkannya, seperti demikian yang ke-8 Walimah Ma'dubah walimah tanpa sebab yang diketahui, 9. Walimah Wakirah untuk bangunan rumah yang ditempati, 10. Walimah Naqi'ah yaitu untuk kedatangan dari seseorang yang berpergian jauh, 11. Walimah Wadhi'ah yaitu karena mendapatkan mushibah dan jamuannya dari tetangganya."

Imam Abu Manshur Ismail al-Sya'labiy al-Naisaburiy (W. 429 H) mengatakan:
طَعَامُ الضَّيْفِ القِرَى, طَعَامُ الدَعْوَةِ المَأْدُبَةُ, طَعَامُ الزَّائِرِ التُّحْفَةُ, طَعَامُ الإِمْلاك الشُّنْدخِيَّةُ عَنِ ابْنِ دُرَيْدٍ, طعامُ العُرْس الوَليمةُ, طعام الوِلادَةِ الخُرْسُ, وعندَ حَلْقِ شَعْرِ المولودِ العقيقةُ ,طَعَامُ الخِتَانِ العَذِيرَةُ عَنِ الفَرَّاءِ, طَعَامُ المَأْتَم الوَضِيمَةُ عَنِ ابْنِ الأعْرَابِيّ , طَعَامُ القَادِم مِنْ سَفَرٍ النَّقِيعَةُ, طَعَامُ البِنَاء الوَكِيرَةُ, طَعَامُ المُتَعَلِّلِ قبلَ الغَذَاءِ السُّلْفَةُ واللُّهْنَةً, طَعَامُ المُسْتَعجِلِ قَبْلَ إدْرَاكِ الغَذَاءِ العُجَالَة, طَعَامُ الْكَرَامَةِ القُفِيُّ وَالزَّلَّةُ .
Artinya:"Jamuan buat tamu disebut al-Qira, jamuan undangan disebut al-Ma'dubah, jamuan orang yang berziarah disebut al-Tuhfah, jamuan akad nikah disebut al-Syundakhiyyah dikatakan oleh Ibn Duraid, jamuan Dukhul sisebut al-Walimah, jamuan sebab kelahiran disebut al-Khursu, jamuan ketika menggunting rambut kepala bayi disebut al-Aqiqah, jamuan sebab khitanan disebut al-Adzirah dikatakan oleh Imam al-Farra, jamuan orang meninggal disebut al-Wadhimah dikatakan oleh Imam Ibn al-Arabiy, jamuan sebab musafir yang baru sampai disebut al-Naqiah, jamuan sebab bangun rumah disebut al-Wakirah, jamuan yang orang sibuk sebelum makan disebut al-Sulfah dan al-Luhnah, ,jamuan yang disegerakan sebelum makan makanan pokok disebut al-Ujalah, jamuan buat orang mulia disebut al-Qufiyy dan al-Zallah."[1]

Dari macam-macam Walimah yang disebutkan oleh para ulama di atas, tidak ditemukan adanya Walimah 7 bulanan dan Walimatus Safar (Haji). Untuk Walimah 7 bulanan dapatlah digolongkan kepada Walimah Ma'dubah atau Walimatul Ursiy. Sebab kesunnahan Walimatul Ursiy tidak luput waktunya sebab terlalu lama. Ada yang mengadakan Walimah pada saat usia kehamilan 4 bulan dengan alasan bahwa manusia dalam kandungan ibunya ditiupkan ruhnya saat usia 120 hari. Mengadakan Walimah saat usia kandungan 4 bulan atau 7 bulan keduanya dibolehkan, seandainya tidak diadakanpun tidak masalah. Yang terpenting adalah berdoa dan memberikan doa. Semakin berat kandungan atau semakin lama usia kandungan sang ibu, maka semakin banyak doa yang ia panjatkan, sebagaimana keterangan al-Qur'an:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّآ أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّآ ءَاتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلاَ لَهُ شُرَكَآءَ فِيمَآءَاتَاهُمَا فَتَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ  .
Artinya:“Dialah yang menciptakan kalian dari satu manusia dan menjadikan darinya pasangannya, agar dia merasa tentram dengannya. Maka setelah dia mengumpulinya, istrinya mengandung kandungan ringan, terus merasa ringan beberapa waktu. Tatkala dia merasa berat, maka keduanya berdoa kepada Rabbnya, seraya berkata: ‘Sesungguhnya jika engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang yang bersyukur.’ Tatkala Allah memberi anak yang sempurna kepada keduanya, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan kepada keduanya. Maha suci Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al A’raaf: 189-190)

Sedangkan Walimatus Safar dapat digolongkan kepada Walimah Naqi'ah yakni jamuan yang dibuat lantaran ada orang yang baru datang dari perjalan jauh, apabila orang yang telah datang dari perjalanan disunnahkan mengadakan Walimah, maka bagi orang yang ingin melakukan perjalanan juga dianjurkan mengadakan Walimah. Tujuan Walimah tersebut untuk meminta doa kebaikan, sebagaimana hal itu disebutkan dalam keterangan hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ إلَى سَفَرٍ فَلْيُوَدِّعْ إخْوَانَهُ فَإِنَّ اللَّهَ جَاعِلٌ فِي دُعَائِهِمْ خَيْرًا .
Artinya:"Dari Abu Hurairah semoga Allah memberikan keridhaan kepadanya dari Rasulullah bersabda: Apabila salah seorang kalian ingin melakukan perjalanan, maka hendaknya ia berpamitan kepada saudara-saudaranya karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan pada doa mereka."[2]

Dalam riwayat lain dikatakan:
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :"إذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ إلَى سَفَرٍ فَلْيُوَدِّعْ إخْوَانَهُ فَإِنَّ اللَّهَ جَاعِلٌ فِي لَدَى دُعَائِهِمْ الْبَرَكَةَ .
Artinya:"Dari Zaid Ibn Arqam berkata: Rasulullah bersabda: Apabila salah seorang kalian ingin melakukan perjalanan, maka hendaknya ia berpamitan kepada saudara-saudaranya karena sesungguhnya Allah menjadikan keberkahan pada doa mereka [3]

Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy



انى احب "محمدا" ** و الله خير شاهدا
يارب صل على المدى** ابدا عليه مجددا
صلى وسلم سيدى **ما جاء ذكر محمد
فى قلب كل موحد **ذاق المقام الاحمدى
فبسر نور "ابى الهدى"** إنى احب محمدا
والحب منك فإن بدا **ربـى ...فزده مؤيدا
وبسر انوار "النبى" ** وبنور سر " العربى"
و لآنت تعلم مأربى ** ماغير وجهك مطلبى
وبسر نور "المصطفى" ** اصل السماحة والوفا
يا خير غفار عفا ** اجعل فؤادى فى صفا
وبسر نور "الهاشمى" ** عجل بفتح منعم
واجعل نبيك بلسمى ** من كل داء مبهم
وبسر نور "المرتضى" ** وبسر اسرار القضا
إفتح لنا باب الرضا ** واغفر وسامح ما مضى
و بنور "يس " الجلى ** وبحق اسمك يا ""على "
احببته .. فاجعله لى *** يا رب مولاى الولى
و بنور من اسميته *** "طه" و قد ناديته
يا رب قد اهديته ** روحى و قد بايعته
وبسر نور حبيبنا ** اجعله رب شفيعنا
و ولينا وكفيلنا **فى كل حال شئوننا
و بســر نــص قاطــع **ســر حكيــم جامــع
كن لى نجيى سامعى ** ما من سواك بنافع


اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى الْحَبِيبِ الأَعْظَم* وَ الْمَلاذِ الأَفْخَم* طِبِّ قَلْبِي وَ الْبَلْسَم* سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْنَ عَبْدِ الله*صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ صحبه و سَلَّمَ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ الله* صَلاةً يُفَاضُ نُورُهَا عَلَى جَمِيعِ أَجْزَاءِ ذَاتِي فَيَجْعَلُنِي مُسْتَغْرِقًا بِالْكُلِّيَّةِ فِي شُهُودِ ذَاتِهِ الْعَلِيَّة* فَلا أَتَحَرَّكُ حَرَكَةً إِلاَّ وَ فِيهَا سِرُّحَرَكَاتِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّمَ) وَ لا أَتَنَفَّسُ نَفَسًا إِلاَّ وَ فِيهِ عَبِيرُ أَنْفَاسِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلِّمَ) وَ لا أَسْكُنُ سُكُونًا إِلاَّ وَ فِيهِ طِيبُ سَكَنَاتِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ) وَ لا أَقُولُ قَوْلاً إِلاَّ وَ فِيهِ نُورُ أَقْوَالِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ) وَ لا أَفْعَلُ فِعْلاً إِلاَّ وَ فِيهِ هَدْيُ أَفْعَالِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ) وَ لا يَكُونُ بِي حَالٌ إِلاَّمِنْ فَيْضِ أَحْوَالِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّمَ) وَ لا لِيَ مَقَامٌ إِلاَّ مِنْ بَرَكَةِ مَقَامَاتِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّم)*صَلِّ عَلَيْهِ رَبَّنَا عَدَدَ الْحَرَكَاتِ وَ السَّكَنَاتِ وَ الأَنْفَاسِ وَ الأَقْوَالِ وَ الأَفْعَالِ وَ الأَحْوَالِ وَ الْمَقَامَاتِ الَّتِي حَدَثَتْ فِي الْكَائِنَاتِ مِنْ قَبْلِ الْقَبْلِ إِلَى بَعْدِ الْبَعْدِ بِلا كَيْفٍ وَ لاكَمٍّ وَ لاحَصْرٍ وَ لاعَد وَ اجْعَلْ كُلَّ ذَلِكَ وَ أَضْعَافَ أَضْعَافَهُ إِلَى مَا لا نِهَايَةَ فِي صَحِيفَتِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّم)* هَدِيَّةً لَهُ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّم)* مِنْ أَجْلِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّم)* بِجَاهِهِ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّم)* صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ تَابِعِيهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّين* وَ سَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ* وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِين
 





[1] Imam Abu Manshur Ismail al-Sya'labiy, Fiqh al-Lughah Wa Sirr al-Arabiyyah (Beirut: Sar al-Kutub 1980) h. 266. 
[2] Disebutkan oleh Imam al-Nawawiy dalam kitab al-Adzkar hadis no: 610.
[3] Disebutkan oleh Imam Muhammad Ibn Ja'far al-Kharaithiy dalam kitab Makarim al-Akhlaq hadis no: 415.