Imam Abul Faraj Ibn al Jauziy menceritakan pada suatu hari raja Kisra mendatangi seorang ahli nujum untuk menanyakan bagaimana cara mati dirinya. Ahli nujum meramal bahwa cari mati raja Kisra dengan dibunuh. Ketika mendengar itu raja Kisra berkata: Demi Tuhan, walaupun aku akan mati dibunuh oleh seseorang, maka dapat dipastikan pembunuh tersebut akan mati juga di tanganku.
Akhirnya raja Kisra membuat siasat diam-diam beliau mencari racun yang paling mematikan kemudian beliau membuat racikan yang simpan di botol besar dan beliau tempelkan tulisan di botol tersebut kalimat " ini obat kuat yang sangat manjur, apabila rutin diminum seukuran satu sendok akan memperbesarkan dzakar (alat vital) dan akan mampu melakukan hubungan seksual dengan puluhan wanita".
Konon raja kisra memiliki istri sebanyak 3000 wanita sehingga tersohor beliau memiliki kekuatan dan keperkasaan dalam melakukan hubungan seksual.
Ternyata yang membunuh raja Kisra adalah putra beliau sendiri. Ketika telah membunuh ayahnya sang anak langsung membuka brangkas milik ayahnya dan menemukan di dalamnya sebuah botol yang bertuliskan obat kuat ML dan membesarkan alat vital. Siapa yang tidak ingin memiliki alat vital besar dan keperkasaaan menggagahi wanita. Langsung saja putra Kisra mencoba obat tersebut. Dalam waktu beberapa menit putra Kisra mati kejang-kejang.
Dalam sejarah tercatat bahwa raja Kisra bukan saja terkenal sebagai orang yang memiliki kekuatan seksual luar biasa tetapi juga beken dengan orang yang jenius. Sampai beliau disebut orang yang pertama kali membunuh pembunuhnya dengan tipu muslihat.
Kisah ini memberikan hikmah buat kita jangan mudah tertipu oleh tampilan zhohir. Menilai buku tidak cukup dari sampulnya. Banyak golongan yang menyatakan dirinya benar tapi sesat. Racun berlabelkan obat.
Apapun yang kita lakukan atas dasar nafsu, maka akan menjerumuskan dan membinasakan diri kita.
Disarikan dari kitab ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه
Senin 6 April 2015
Khadimul Ma'had al-Muafah
Abu Mun'yah H. Rizqi Dzulqornain
1 komentar:
Qobiltu yai
Posting Komentar