Minggu, 30 Desember 2012

Mars Asyirah Qur'aniyah Abuya Saifuddin Amsir

MARS ASYIRAH QUR'ANIYAH

عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّة * فَخْرُ الْإِسْلَامْ فِىْ إِنْدُوْنِسِيَا
عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّةْ * بِهُدَى النَّبِيّ نَبْلُغُ الْمُنَى
عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّةْ *لَتَحْيَى أَبَدًا طُوْلَ الْمَدَى
جَاهِدُوْا صَابِرُوْا رَابِطُوْا لَا تَمَلُّوْا لِلْإِسْلَامِ نَحْيَا
قُوْمُوْا عَشِيْرَتَنَا لِرِضَاءِ رَبِّنَا
أَظْهِرُوْا نُوْرَ الْقُرْآنِ لِلْمَلَا
جَاهِدُوْا لَا تَنَامُوْا تَنْجَحُوْا لَا تَفْشَلُوْا
بِجُهْدِكُمْ يُحْيِى الْإسْلَامْ بِاْلَهنَا 

Karya : ABUYA KH. Saifuddin Amsir



Shalawat Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Hanafiy


Shalawat Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Hanafiy

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلهِ صَلاَةً اَنْتَ لَهَا أَهْلٌ وَهُوَ لَهَا أَهْلٌ . 
Artinya: "Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad dan keluarganya, shalawat yang benar-benar Engkau pantas memberikan kepadanya dan beliaupun sangat layak menerimanya."

Penjelasan:
Menurut informasi yang diberikan oleh Syaikh Abdullah al-Khayyath Bin Muhammad al-Harusyiy dalam kitab al-Fath al-Mubin bahwa: Shalawat ini dinisbahkan kepada seorang wali besar Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Madaniy al-Hanafiy, seorang ulama beken yang mendapat julukan "Maqbulu Rasulillah (orang yang diterima oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salllam).

Imam al-Qusthullaniy menyebutkan dalam kitab beliau yang bernama Masalik al-Hunafa Fi Masyari' al-Shalat Ala Annabiy al-Mushthafa sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Madaniy al-Hanafiy selalu dan melulu membaca redaksi shalawat tersebut.

Imam Jalaluddiin al-Khajandiy pernah menetap di kota Madinah,  menurut informasi berkembang diceritakan Ketika beliau ingin berencana meninggalkan kota Madinah, banyak para ulama besar di kota Madinah di malam harinya bermimpi berjumpa dengan Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, Rasulullah kirim salam kepada para ulama Madinah agar disampaikan kepada Imam Jalaluddin al-Khajandiy, Rasulullah berkata: "Hendaknya Syaikh Jalaluddin al-Khajandiy jangan meninggalkan dan jauh-jauh dari kota Madinah, lantaran Allah Taala, dan Aku beserta para penghuni langit dan bumi merasa sangat senang mendengar shalawat yang   Syaikh Jalaluddin al-Khajandiy baca".

Keutamaan:
Syaikh Abdullah al-Khayyath Bin Muhammad al-Harusyiy menyatakan: "Siapa saja membaca shalawat ini satu kali, maka ia akan mendapat pahala menyamai pahala membaca dua belas ribu kali shalawat kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.

By
Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawiy


Shalawat An-Nurudz Dzatiy (Imam Abul Hasan as-Sadzilliy)

Shalawat An-Nurudz Dzatiy

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الذَّاتِي وَالسِّرِّ السَّارِي فِي سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ.


Artinya: “Ya Allah limpahkan shalawat
salam, dan berkah, kepada pemimpin kami Nabi Muhammad cahaya zat dan rahasia yang berjalan di malam hari di dalam seluruh asma dan sifat.”

Penjelasan:

Shalawat di atas bersumber dari Seorang wali dari Negri Maroko dan wafat di negri Mesir, al-Imam Abul Hasan Al-Syadzilliy (571 - 656 Hijriyah) Radhiyallahu Anhu. Syaikh Ahmad Bin Muhammad al-shawi al-maliki berkata: “shalawat ini  sebanding dengan seribu shalawat lainnya. Sedangkan Imam Ahmad al-Malawwiy mengatakan sebanding dengan seratus ribu shalawat. 


Imam Ibn Abidin al-Hanafiy mengatakan: bahwa shalawat ini jika dibaca sebanyak lima ratus kali memiliki keutamaan untuk melepaskan segala kesulitan. (lihat: Afdhalus shalawat alas sayyidis sadat karya Imam yusuf Bin Ismail aNNabhaniy).



Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada imam Al-Quthb Abul Hasan as-Syadzilliy Radiyallahu Anhu al-Faqir riwayatkan sebagai berikut:



الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة كياهي محصن يونس اللومبوكي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط المكي عن العلامة عبد الله بن محمد غازي الهندي المكي عن العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسن بن عبد الله الحبشي العلوي عن الشريف محمد بن ناصر عن السيد عبد الرحمن بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الاهدال عن العلامة عبد القادر بن خليل كدك زاده المدني عن العلامة محمد حياة السندي عن العلامة عبد الله بن سالم البصري عن العلامة ابي عبد الله محمد بن علاء الدين البابلي عن العلامة سالم بن محمد السنهوري عن النجم الغيطي عن الامام زكريا الانصاري عن العز عبد الرحيم بن الفرات عن التاج عبد الوهاب بن علي السبكي عن والده علي بن عبد الكافي السبكي عن الامام ابن عطاء الله السكندري عن العارف بالله ابي العباس احمد المرسي عن الامام القطب ابي الحسن الشاذلي رضي الله عنه .



Sanad-sanad para Quthb auliya alfaqir kumpulkan dalam kitab Manba'ul Fuyudhi Wal Madad. Sanad yang lebih dekat lagi alfaqir riwayatkan dari KH Abdur Razaq Imam Lasem;



الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة كياهي الحاج عبد الرزاق امام خليل اللاسمي الجاوي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط المكي الى اخر السند






By
H. Rizki Zulqornain Asmat
Khadimut Thalabah Ma’had al-Muafah Cakung

http://yayasanalmuafah.wordpress.com/2012/09/26/shalawat-nur-al-dzatiy-imam-abul-hasan-assyadzilliy/


Sabtu, 29 Desember 2012

Cabang Iman Pertama: Iman Kepada Allah


Cabang Iman Pertama:  Iman Kepada Allah
Yang dimaksud beriman kepada Allah adalah bahwa kita meyakini sesungguhnya Allah Taala ada.  Keberadaan Allah tanpa ada sesuatu perantara yang menjadi penyebab adanya, keberadaanNya wajib ada tidak didahului oleh ketiadaan, Allah ada sebelum ada tempat dan waktu, Allah ada sebelum kata ada itu ada. Allah Maha Terdahulu tidak berpermulaan dan Maha Kekal tidak ada akhir bagi keabadiannya, Allah bersifat Maha Tunggal tidak ada sekutu baginya, Maha Esa tidak ada siapa dan apapun dari makhluq yang 
menyerupaiNya dan meyakini segala sifat-sifat sempurna bagi Allah Taala.

Soal Dan Jawaban
Ada seorang anak bertanya pada ayahnya:
Anak: “Ada berapa jumlah sifat-sifat yang sempurna bagi Allah Taala”?
Ayah: “Jumlah sifat-sifat sempurna bagi Allah Taala ada banyak tidak terhingga”.
Anak: “Wajibkah kita mengimani segala sifat sempurna bagi Allah Taala yang jumlahnya banyak dan tidak terhingga itu?.
Ayah: “Wajib, tetapi secara ijmal (global) yakni kita wajib meyakini bahwa seluruh sifat-sifat kesempurnaan itu milik Allah Taala.

الله متصف بجميع صفة الكمال ومنزه عن كل نقص وما خطر بالبال

Artinya: “Allah memiliki aneka sifat kesempurnaan dan jauh dari segala sifat kekurangan serta disucikan dari apa-apa yang terlintas dalam pikiran dan hati makhluqNya.

Anak: “Ada yang bilang Allah punya sifat cuma 20, apa maksudnya?
Ayah: “Dua puluh sifat itu adalah sifat-sifat yang Allah Taala sebutkan langsung dalam al-Qur’an. Dan kita wajib mengimani secata tafshil (rinci) dua puluh sifat tersebut. Secara ijmal (global) kita wajib mengimani seluruh sifat sempurna bagi Allah Taala. Secara tafshil (rinci) kita wajib mengimani sifat Allah Taala yang berjumlah dua puluh sifat. Kalau kita pelajari secara mendalam (bahasa betawinya dipikirin empel-empel alus-alus), maka akan kita temukan dalil-dalilnya dalam al-Qur’an.

Mudir Yayasan al-Muafah Jakarta
(H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawi)

Sifat Dua Puluh
Sifat-sifat Allah itu banyak tidak terhitung. Namun seandainya ditulis satu juta, satu milyar, atau satu trilyun, tentu kita tidak akan sanggup mempelajarinya bukan?
Para ulama menulis dua puluh sifat yang wajib (artinya wajib ada) pada Tuhan. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah yang Baik).
Sifat-sifat itu adalah:
1. Wujud (ada)
Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).

Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya!
Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
Artikel lengkap tentang Bukti Tuhan itu Ada dapat anda lihat dihttp://www.media-islam.or.id
Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah. Kalau orang tidak mempercayai Allah itu ada, maka dia adalah Atheist. Tidak mungkin bisa ikhlas dan khusyu’ menyembah Allah.

2. Qidam (Terdahulu)
Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).
“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia.

“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu'min:62]
Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.
Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu sebelum pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan. Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian 
baru muncul Tuhan.

3. Baqo’ (Kekal)
Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).

Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia?
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]
Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.
Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski kehilangan segala yang kita cintai.

4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)
Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan!
Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya.
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya. Allah itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). Setelah itu baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski sekilas sama, namun sifat “Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.
Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat dan kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena tsunami atau gempa apalagi kiamat, dia akan mati.

5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.
“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]
Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja pun butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat bangunan agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa makan. Dia butuh pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.
Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya. Seandainya seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah berkurang sedikitpun kemuliaanNya.
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir 15]

Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika lahir butuh bantuan. 
Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan berkuasa


6. Wahdaaniyah (Esa)
Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.
Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta.
”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]

Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]
Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah

7. Qudrat (Kuasa)
Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya bisa ditangkap, disiksa, dan disalib, maka itu bukan Tuhan yang sesungguhnya. Hanya manusia biasa.
”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” [Al Baqarah:20]
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” [Fathiir:16-17]
Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan tawakal kepada Allah.

8. Iroodah (Berkehendak)
Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan terpaksa).
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” [Huud:107]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” [Al Baqarah:117]
“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Fath:11]
Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu berdoa kepada Allah

9. Ilmu (Mengetahui)
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.

Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]

10. Hayaat (Hidup)
Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. Maha Suci Allah dari kematian/wafat.
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…” [Al Furqaan:58]

11. Sama’ (Mendengar)
Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli).
Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.
“… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]

12. Bashor (Melihat)
Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta).
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]
Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah selalu melihat kita
Lebih jauh tentang Sifat Bashor bisa anda lihat di:

13. Kalam
Allah bersifat Kalam (Berkata-kata). Mustahil Allah itu Bakam (Bisu)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [An Nisaa’ 164]

Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan menyembah berhala yang tidak bisa bicara sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]
Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui agar kita tahu mana Tuhan yang asli dan mana yang bukan.
Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan yakini, niscaya kita tidak akan menyembah 3 Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan yang Lemah, dan sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di atas dengan sempurna.
Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya merupakan bentuk Subyektif/Pelaku dari Sifat nomor 7-13 yaitu:
. 14. Qodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat

15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata

Insya Allah semua sifat-sifat Allah itu berdasarkan dalil Al Qur’an yang kuat jadi harus kita yakini kebenarannya. Ilmu Tauhid ini begitu penting. Sebab itu cetaklah dan sebarkanlah pada keluarga dan teman-teman anda untuk memperkuat aqidah mereka.
Sebagai manusia tentu tulisan ini tak lepas dari lupa dan salah. Insya Allah perbaikan dan penyempurnaan bisa anda dapatkan di http://www.media-islam.or.id
Diposkan oleh Muhammad Nuruddin

Selasa, 04 Desember 2012

Perbedaan Syakir ( الشاكر ) Dan Syakur ( الشكور )


Perbedaan Syakir ( الشاكر  ) dan Syakur ( الشكور  )
Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Kanzul Madfun Wal Fulkul Masyhun mengatakan:
Sebagian Ulama ditanya tentang perbedaan antara kata Syakir ( الشاكر  ) dan Syakur ( الشكور  ) ?

Jawaban:
Syakir ( الشاكر  ) adalah siapa saja yang punya kemampuan untuk mensyukuri sesuatu yang telah dia miliki. Sedangkan Syakur ( الشكور  ) adalah manusia yang sanggup memiliki rasa syukur sekalipun terhadap sesuatu yang belum dia miliki.

Allah Taala berfirman:
وقليل من عبادي الشكور
Artinya: “Sedikit di kalangan hamba-Ku yang menjadi orang yang Syakur.”

By
H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawiy
Khadimut Thalabah Yayasan al-Muafah Cakung





Jumat, 30 November 2012

Keutamaan Ayat al-Hirsh


لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم  

Artinya: “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(surat al-Taubah ayat: 129)

Penjelasan:
Para Ulama menamakan Ayat di atas dengan sebutan Ayat al-Hirsh terambil dari kata ( حريص ) dalam ayat tersebut.

Keutamaan:
Diceritakan pula bahwa ketika Syaikh Syibliy datang ke rumah Syaikh Abu Bakar Ibn Mujahid salah seorang ulama besar di masanya, beliau mendekati Syaikh Syibliy dan memeluknya serta mencium keningnya. Banyak orang bertanya-tanya. Seseorang berkata: ”Wahai Syaikh, kenapa kau istimewakan Syibliy? Sedangkan semua orang negeri ini mengetahui siapa Syibliy, dia adalah orang kelas recehan bahkan orang kampungnya sudah kaga umpamain dia.” Syaikh Abu Bakar Ibn Mujahid menjawab: ”Aku mencium kening Syaikh Syibliy dan memberikannya keistimewaan lantaran aku melihat dalam mimpi tidurku bahwa Rasulullah melakukan hal demikian kepadanya. Akupun bertanya kepada Rasulullah, dengan sebab apa beliau mencium dan mengistimewakan Syibliy. Kemudian Rasulullah menjawab: ”Syibliy lazim membaca:

 لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم   .
(surat al-Taubah ayat: 129) dan menambahkan dengan pembacaan shalawat kepadaku.”[1]

Keutamaan lain yang disebutkan oleh para ulama:

١- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة الصبح حفظ الله تعالى قلبه .

Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Shubuh, maka Allah akan memberikan penjagaan hati dari kekufuran dan sifat tercela.”

٢- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة الظهر أحيا الله تعالى قلبه وثبته الله تعالى بالقول الثابت .
Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Zhuhur, maka Allah akan menghidupkan hatinya dan memantapkannya dengan kalimat tauhid.”

٣- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة العصر لم يمت موت الفجاءة .

Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Ashar, maka dirinya tidak akan meninggal secara mendadak.”

٤- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة المغرب رزقه الله تعالى الاستقامة في الدين .

Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Maghrib, maka Allah akan memberikannya istiqamah dalam menjalankan perintah agama.”

٥- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة العشاء يحفظه الله تعالى من المعاصي والكبائر .

Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Isa, maka Allah senantiasa memberikan penjagaan diri dari perbuatan ma’shiat dan dosa besar.”

٦- من قرأها مرة واحدة بعد صلاة الوتر كفاه الله هم الرزق وخوف الخلق .

Artinya: “Siapa saja yang membacanya satu kali setelah shalat Witir, maka Allah akan memberikan kecukupan dari kegelisahan urusan rizqi dan Allah beikan perlindungan dari rasa takut terhadap kejahatan makhluq yang ada di alam.

Dikutip dari kitab Ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid karya Abu Mun'yah as-Syakunjiy at-Tijaniy jilid 1 halaman; 56.





[1] Habib Alawiy Ibn Ahmad Ibn Hasan Ibn Abdullah Ibn Alawiy al-Haddad, Syarh Ratib al-Haddad (Tarim: al-Hawiy 2005) h. 195.