Mengenal Para Wali Lebih sulit Dari Mengenal Allah
Dihikayatkan imam Malik Bin Dinar Radhiyallahu Anhu berjalan di
sebuah pasar kota Bashrah, beliau melihat ada penjual buah Tin hingga beliau
berselera dan ingin sekali membelinya. Tetapi apa mau dikata beliau tidak punya
uang sama sekali maklum dompet lagi bapet alias keuangan cekak. Beliau berpikir
empel-empel alus-alus untuk melakukan barter dengan sandal beliau agar mendapatkan buah Tin dari penjualnya. Beliau berkata: Wahai penjual buah Tin,
aku ingin sekali membeli buah Tin, tetapi aku tak punya uang kira-kira boleh
tidak aku membelinya dengan sepasang sendalku ini? Si penjual langsung
melemparkan sandal beliau sambil berkata: “Sendal model begini sih kaga ada
harganya, ente tinggal di masjid 2 bulan juga kaga ada yang mau ngambil !!!
tanpa respon apa-apa Imam Malik Bin Dinar mengambil sandal beliau yang dilempar
oleh si tukang buah Tin dan meninggalkan pasar. Kemudian salah seorang di pasar
itu ada yang mengenal Imam Malik Bin Dinar berkata kepada penjual buah Tin: “Tahukah
engkau siapa orang yang barusan kau cela? Penjual menjawab: Aku tidak kenal. Dia
adalah seorang ulama besar, wali Allah yang sangat disegani beliau adalah Malik
Bin Dinar, seru salah seorang tadi. Langsung saja si penjual salah tingkah
merasa bersalah besar ia menyuruh salah seorang budaknya untuk memberikan
hadiah kepada Malik Bin Dinar satu baskom besar berisi buah Tin dan ia berkata
kepada budaknya; Jika Malik Bin Dinar menerima hadiah tersebut engkau akan aku
merdekakan.” Sang budakpun berlari dengan penuh semangat mengejar Malik Bin
Dinar untuk menjalankan perintah tuannya. Ketika si budak mendapati Malik Bin
Dinar ia berkata: “Wahai Malik, terimalah hadiah dari tuanku penjual buah Tin
karena dengan engkau menerima ini aku akan dibebaskan dari perbudakkan!! Malik Bin
Dinar menjawab: “Jika menerimanya menjadi penyebab kebahagianmu, maka dengan
menerima itu akan menjadi siksaan pedih buatku.” Sang budak nga ngasoh-ngasoh
memaksa agar Malik Bin Dinar menerimanya, Malik Bin Dinar menolaknya. Seribu
kali budak itu memaksa seribu kali pula beliau menolak. Hingga Malik bin Dinar
berkata berkata; “Aku tidak akan pernah menjual agama dengan buah Tin dan mulai
sekarang sampai hari qiyamat aku tak akan lagi pernah memakannya.”
Kisah di atas dikutip dari kitab “ Ittihaful Amajid Bi
Nafaisil Fawaid “ karya H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy, halaman 225.
Menyakiti dan mencela para wali Allah menjadi salah satu penyebab
datangnya petaka dunia akherat. Jika menyakiti seorang muslim saja di larang
tentunya terlebih lagi menghina para kekasih Allah. Bukan hanya keberkahan yang
akan Allah cabut tetapi juga musibah yang akan mengenai fisik, harta, bahkan
iman seseorang yang menghina para wali Allah. Karna pada hakekatnya orang-orang
yang menghina para wali adalah musuh Allah dan musuh Rasulullah shallallahu
alaihi wa ala alihi wa sallam.
Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:
(من عادي لي وليا فقد اذنته بالحرب)
Siapa saja yang memusuhi waliku sungguh telah Ku umumkan peperangan
dengannya".
Inilah derajat para wali wali Allah yang bila ia disakiti oleh
ummat tidak akan meminta pembalasan kepada Allah, tapi Allah sendiri yang akan
menjadi penolongnya, maka kita berlindung kepada Allah dari memusuhi wali
wali'Nya.
Berkata Imam Abu Abas Ahmad al-Mursiy Radhiyallahu Anhu: " Aku mengamati keadaan suatu kaum, dan tidaklah aku melihat seorangpun dari mereka yang mengingkari kewalian kecuali meninggal dalam Suul Khatimah (keadaan yang buruk).
Berkata Imam Abu Abas Ahmad al-Mursiy Radhiyallahu Anhu: " Aku mengamati keadaan suatu kaum, dan tidaklah aku melihat seorangpun dari mereka yang mengingkari kewalian kecuali meninggal dalam Suul Khatimah (keadaan yang buruk).
Sebagai pedagang kudu memiliki dan mengamalkan akhlaq karimah,
lantaran mengamalkan akhlaq karimah merupakan kewajiban umat Islam. Dengan mengamalkan
akhlaq karimah pada hakikatnya kita sedang berdakwah. Berdakwah dengan akhlaq
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tersebarnya Islam di alam ini. Bobot
terbesar tema-tema agama adalah berkisar tentang akhlaq. Ingin mengetahui orang
itu baik atau tidak barometernya adalah akhlaq. Boleh jadi Rasulullah sampai
memberikan doa buat para pedagang, pembeli dan siapa saja yang memiliki sifat
toleransi yang merupakan bagian dari akhlaq karimah:
Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah bersabda:
رَحِمَ
اللهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى
“Semoga Allah mencurahkan rahmatNya kepada seorang yang memiliki
sikap toleransi ketika menjual, membeli dan menagih hutang” (HR Bukhari no
1970).
KHADIMUL MA'HAD AL-MUAFAH
H. RIZQI ZULQORNAIN AL-BATAWIY
1 komentar:
Alhamdulillah makin pintar ilmu agama
Posting Komentar