Rabu, 04 Maret 2015

Mengenal Para Wali Lebih sulit Dari Mengenal Allah

Mengenal Para Wali Lebih sulit Dari Mengenal Allah
Dihikayatkan imam Malik Bin Dinar Radhiyallahu Anhu berjalan di sebuah pasar kota Bashrah, beliau melihat ada penjual buah Tin hingga beliau berselera dan ingin sekali membelinya. Tetapi apa mau dikata beliau tidak punya uang sama sekali maklum dompet lagi bapet alias keuangan cekak. Beliau berpikir empel-empel alus-alus untuk melakukan barter dengan sandal beliau agar mendapatkan buah Tin dari penjualnya. Beliau berkata: Wahai penjual buah Tin, aku ingin sekali membeli buah Tin, tetapi aku tak punya uang kira-kira boleh tidak aku membelinya dengan sepasang sendalku ini? Si penjual langsung melemparkan sandal beliau sambil berkata: “Sendal model begini sih kaga ada harganya, ente tinggal di masjid 2 bulan juga kaga ada yang mau ngambil !!! tanpa respon apa-apa Imam Malik Bin Dinar mengambil sandal beliau yang dilempar oleh si tukang buah Tin dan meninggalkan pasar. Kemudian salah seorang di pasar itu ada yang mengenal Imam Malik Bin Dinar berkata kepada penjual buah Tin: “Tahukah engkau siapa orang yang barusan kau cela? Penjual menjawab: Aku tidak kenal. Dia adalah seorang ulama besar, wali Allah yang sangat disegani beliau adalah Malik Bin Dinar, seru salah seorang tadi. Langsung saja si penjual salah tingkah merasa bersalah besar ia menyuruh salah seorang budaknya untuk memberikan hadiah kepada Malik Bin Dinar satu baskom besar berisi buah Tin dan ia berkata kepada budaknya; Jika Malik Bin Dinar menerima hadiah tersebut engkau akan aku merdekakan.” Sang budakpun berlari dengan penuh semangat mengejar Malik Bin Dinar untuk menjalankan perintah tuannya. Ketika si budak mendapati Malik Bin Dinar ia berkata: “Wahai Malik, terimalah hadiah dari tuanku penjual buah Tin karena dengan engkau menerima ini aku akan dibebaskan dari perbudakkan!! Malik Bin Dinar menjawab: “Jika menerimanya menjadi penyebab kebahagianmu, maka dengan menerima itu akan menjadi siksaan pedih buatku.” Sang budak nga ngasoh-ngasoh memaksa agar Malik Bin Dinar menerimanya, Malik Bin Dinar menolaknya. Seribu kali budak itu memaksa seribu kali pula beliau menolak. Hingga Malik bin Dinar berkata berkata; “Aku tidak akan pernah menjual agama dengan buah Tin dan mulai sekarang sampai hari qiyamat aku tak akan lagi pernah memakannya.”
Kisah di atas dikutip dari kitab “ Ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid “ karya H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy, halaman 225.
Menyakiti dan mencela para wali Allah menjadi salah satu penyebab datangnya petaka dunia akherat. Jika menyakiti seorang muslim saja di larang tentunya terlebih lagi menghina para kekasih Allah. Bukan hanya keberkahan yang akan Allah cabut tetapi juga musibah yang akan mengenai fisik, harta, bahkan iman seseorang yang menghina para wali Allah. Karna pada hakekatnya orang-orang yang menghina para wali adalah musuh Allah dan musuh Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wa sallam.
Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:
(من عادي لي وليا فقد اذنته بالحرب)
Siapa saja yang memusuhi waliku sungguh telah Ku umumkan peperangan dengannya".
Inilah derajat para wali wali Allah yang bila ia disakiti oleh ummat tidak akan meminta pembalasan kepada Allah, tapi Allah sendiri yang akan menjadi penolongnya, maka kita berlindung kepada Allah dari memusuhi wali wali'Nya.

Berkata Imam Abu Abas Ahmad al-Mursiy Radhiyallahu Anhu: " Aku mengamati keadaan suatu kaum, dan tidaklah aku melihat seorangpun dari mereka yang mengingkari kewalian kecuali meninggal dalam Suul Khatimah (keadaan yang buruk).
Sebagai pedagang kudu memiliki dan mengamalkan akhlaq karimah, lantaran mengamalkan akhlaq karimah merupakan kewajiban umat Islam. Dengan mengamalkan akhlaq karimah pada hakikatnya kita sedang berdakwah. Berdakwah dengan akhlaq memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tersebarnya Islam di alam ini. Bobot terbesar tema-tema agama adalah berkisar tentang akhlaq. Ingin mengetahui orang itu baik atau tidak barometernya adalah akhlaq. Boleh jadi Rasulullah sampai memberikan doa buat para pedagang, pembeli dan siapa saja yang memiliki sifat toleransi yang merupakan bagian dari akhlaq karimah:
Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى
Semoga Allah mencurahkan rahmatNya kepada seorang yang memiliki sikap toleransi ketika menjual, membeli dan menagih hutang” (HR Bukhari no 1970).



KHADIMUL MA'HAD AL-MUAFAH
H. RIZQI ZULQORNAIN AL-BATAWIY

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah makin pintar ilmu agama