Senin, 09 Maret 2015

Pelajari Sesuatu Dengan Danta

Ada seorang wanita ingin sekali belajar memasak kepada kawannya yang ahli memasak ikan dengan berbagai olahan. Konon menurut cerita ikan masakkannya sangat lezat seandainya pak bondan wisata kuliner yang mencicipinya akan berkata maknyosss. Wanita tersebut ingin tau rahasia memasak ikan dari kawannya itu, kebetulan suaminya penggemar kelas berat makan ikan.  Si wanita memang sudah nawaitu ingin belajar bagaimana cara memasak ikan karenanya dia membeli ikan segar di pasar. Sesampainya di rumah ahli masak, dia menceritakan tujuan kedatangannya. Akhirnya si ahli masak langsung mengajarkannya tehnik memasak berawal dari cara menyiangi (membersihkan) dari sisik hingga angsan dan kotoran ikan. Wanita itu memperhatikan dengan khusyu dan ada sesuatu yang menarik campur aneh, si ahli masak tiba-tiba memotong kepala dan buntut ikan dan membuangnya. Kemudian ahli masak mencuci ikan dan membuat bumbu racikannya. Setelah ikan itu matang dan siap saji, wanita itu bertanya kepada ahli masak kenapa bagian kepala dan buntut ikan itu kudu dibuang. Si ahli masak itu menjawab: "itu memang dari sononya sejak aku belajar masak dari ibuku, mungkin ini rahasia yang bikin gurih olahan ikannya." Wanita itu bertanya lagi coba kau tanya ibumu. Si ahli masak langsung menelpon ibunya dan menanyakan hal tersebut. Sang ibu menjawab; "Lah tau dach, waktu saya belajar sama nenekmu juga kudu begitu caranya." Masih penasaran, Selanjutnya si ahli masak menelpon neneknya dan menanyakan hal yang sama. Sang nenek menjawab: " Oh, masalah masak ikan buntut ama kepalanya kudu dipotong. Lah boleh jadi dipotong sebab kuali yang nenek punya ukurannya kecil, sedangkan ikannya besat. jadi kepala dan buntutnya kudu dipotong kalo tidak, bakalan tidak muat di kuali. Kaga pantes banget ngeliat ikan baplang di kuali udah kaya orang goreng kayu kaso."

*****
Pelajaran dari kisah di atas: Jangan ikut-ikutan mengerjakan sesuatu yang belum jelas. Jika ingin mencontoh sesuatu kudu benar-benar danta (jelas) sumbernya. Terutama jika ingin belajar agama kudu jelas sanad keguruan orang yang kita ambil ilmunya. Ingin mencangkok ilmu benar-benar kudu jelas refrensinya agar bisa dipertanggungjawabkan.
Berapa banyak hal-hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang tua kita dahulu sampai kita jadikan petuah dan menyalahinya merupakan pantangan sekaligus kehinaan yang padahal kita sendiri tidak mengetahui secara jelas bagaimana kronologi mereka orang-orang terdahulu melakukannya.

Disarikan dari kitab ittihaful Amajid bi nafaisil Fawaid karya Haji Rizqi Zulqornain al-Batawiy halaman: 275.

pentingnya sanad keguruan, kisah unik mengenai belajar secara talaqqi (langsung) dengan guru yang kredibel


Khadim Ma'had al-Muafah 
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy



2 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap ustadz,
ikan baplang

Unknown mengatakan...

sip sekali hehe