Ada seorang wanita ingin sekali
belajar memasak kepada kawannya yang ahli memasak ikan dengan berbagai olahan. Konon menurut
cerita ikan masakkannya sangat lezat seandainya pak bondan wisata kuliner yang
mencicipinya akan berkata maknyosss. Wanita tersebut ingin tau rahasia memasak ikan dari kawannya itu, kebetulan suaminya penggemar kelas berat makan ikan. Si wanita memang sudah nawaitu ingin belajar bagaimana
cara memasak ikan karenanya dia membeli ikan segar di pasar. Sesampainya di
rumah ahli masak, dia menceritakan tujuan kedatangannya. Akhirnya si ahli masak
langsung mengajarkannya tehnik memasak berawal dari cara menyiangi
(membersihkan) dari sisik hingga angsan dan kotoran ikan. Wanita itu
memperhatikan dengan khusyu dan ada sesuatu yang menarik campur aneh, si ahli
masak tiba-tiba memotong kepala dan buntut ikan dan membuangnya. Kemudian ahli
masak mencuci ikan dan membuat bumbu racikannya. Setelah ikan itu matang dan
siap saji, wanita itu bertanya kepada ahli masak kenapa bagian kepala dan
buntut ikan itu kudu dibuang. Si ahli masak itu menjawab: "itu memang dari
sononya sejak aku belajar masak dari ibuku, mungkin ini rahasia yang bikin
gurih olahan ikannya." Wanita itu bertanya lagi coba kau tanya ibumu. Si
ahli masak langsung menelpon ibunya dan menanyakan hal tersebut. Sang ibu
menjawab; "Lah tau dach, waktu saya belajar sama nenekmu juga kudu begitu
caranya." Masih penasaran, Selanjutnya si ahli masak menelpon neneknya dan
menanyakan hal yang sama. Sang nenek menjawab: " Oh, masalah masak ikan
buntut ama kepalanya kudu dipotong. Lah boleh jadi dipotong sebab kuali yang
nenek punya ukurannya kecil, sedangkan ikannya besat. jadi kepala dan buntutnya
kudu dipotong kalo tidak, bakalan tidak muat di kuali. Kaga pantes banget
ngeliat ikan baplang di kuali udah kaya orang goreng kayu kaso."
*****
Pelajaran dari kisah di atas: Jangan
ikut-ikutan mengerjakan sesuatu yang belum jelas. Jika ingin mencontoh sesuatu
kudu benar-benar danta (jelas) sumbernya. Terutama jika ingin belajar agama
kudu jelas sanad keguruan orang yang kita ambil ilmunya. Ingin mencangkok ilmu
benar-benar kudu jelas refrensinya agar bisa dipertanggungjawabkan.
Berapa banyak hal-hal yang kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang tua kita dahulu sampai
kita jadikan petuah dan menyalahinya merupakan pantangan sekaligus kehinaan
yang padahal kita sendiri tidak mengetahui secara jelas bagaimana kronologi
mereka orang-orang terdahulu melakukannya.
Disarikan dari kitab ittihaful Amajid
bi nafaisil Fawaid karya Haji Rizqi Zulqornain al-Batawiy halaman: 275.
pentingnya sanad keguruan, kisah unik mengenai belajar secara talaqqi (langsung) dengan guru yang kredibel
Khadim Ma'had al-Muafah
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy
2 komentar:
Mantap ustadz,
ikan baplang
sip sekali hehe
Posting Komentar