Selasa, 15 September 2015

Penghapal Al-Qur'an Tapi Bodoh Ilmu Nahwu

Kisah Penghapal al-Qur'an Yang Egois

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Ilmu Nahwu dan sharaf (gramatika bahasa Arab) memiliki posisi yang sangat penting dalam mempelajari Bahasa Arab. Nahwu merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa jabatan kata dalam kalimat Bahasa Arab. Sedangkan sharaf adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata untuk mendapatkan ma’na yang dikehendaki.

Dalam kedudukannya, ilmu agama merupakan anak dari ilmu nahwu dan sharaf. Nahwu memiliki peran sebagai ayahnya dan sharaf sebagai ibunya, oleh karena itu, tidak mungkin ada seorang anak tanpa adanya ayah dan ibu. Dapat dikatakan nahwu dan sharaf merupakangerbang dari segala pintu agama.

Orang yang tidak menguasai ilmu Nahwu dan Sharaf, maka dipastikan bahasa arabnya rusak secara mutlak. Berapa banyak orang yang coba-coba berani menjelaskan al-Qur'an padahal tidak menguasai prangkat ilmu Bahasa Arab. Bagi orang seperti ini wajib baginya tawaqquf (berdiam diri) lantaran dikhawatirkan orang tersebut memperkosa al-Qur'an dan hadist.

Dalam sebuah syair dikatakan:

النحو زين للفتى ** يكرمه حيث اتى
من لم يكن يحسنه ** فحقه ان يسكت

Artinya: ilmu Nahwu menjadi perhiasan bagi seseorang, ilmu itu akan menjadikan seseorang mulia. Siapa saja yang tidak pandai menguasainya, alangkah baiknya dia diam (jangan banyak bacot).

Berkenaan dengan ini, Al-Faqir ingat sebuah cerita yang al-Faqir dengar dari ulama Thoriqoh Tijaniyah asal kota Syinqit (Maurotania), beliau menuturkan: Ada seorang hafizh al-Qur'an yang juga menjadi imam sebuah masjid agung di sebuah desa. Sang hafizh al-Qur'an tersebut hanya pandai menghapal saja tanpa mengusai perangkat ilmu bahasa Arab (Nahwu & Sharaf). Menurut dia cukup dengan belajar al-Qur'an (tajwid dan qiroah) dan membaca kitab-kitab tafsir lantaran semua ilmu ada di dalam al-Qur'an. Alasan inilah yang menyebabkan dia konsentrasi dengan al-Qur'an saja tidak mau mempelajari ilmu-ilmu lainnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa al-Qur'an kitab Hidayah dan ilmu. Bahkan sahabat Rasulullah shalllallahu Alaihi wa sallam bernama Sayyidina Abdullah Bin Mas'ud mengatakan: "Pelajari al-Qur'an karena di dalamnya terdapat gudang ilmu orang terdahulu dan kemudian." Akan tetapi, dalam memahami al-Qur'an yang nota benenya berbahasa Arab, maka menjadi keniscayaan bagi orang yang ingin memahami al-Qur'an secara komprehensif untuk mempelajari perangkat-perangkat ilmu Bahasa Arab.

Pada suatu hari hafizh al-Qur'an tersebut mengimami shalat jamaah dengan membaca surat an-Nur ayat; 36.

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (٣٦)

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.

Si hafizh al-Qur'an membacanya lafazh "Fi Buyutin" pada ayat di atas dengan bacaan rafa' (dhommah) hingga dia baca "Fi Buyutun" tiba-tiba ada makmum yang memberikan tambih (pembetulan bacaan) mengucapkan "Fi Buyutin" dengan keras.

Sang imam kekeh dengan bacaannya sampai dia ulang lagi "Fi Buyutun". Setelah selesai shalat dan doa, banyak para jamaah bertanya kepada imam kenapa dibaca Fi Buyutun dengan merafa'kannya padahal lafaz Buyut di depannta terdapat huruf jar, dalam ilmu Nahwu duaebutkan kaedah bahwa setiap isim yang kemasukan huruf jar wajib di jarkan [dibaca kasroh] "Fi Buyutin" bukan di rafa'kan (didhommahkan) Fi Buyutun?

Sang imam menjawab: Emang kalian tidak memperhatikan secara keseluruhan dari ayat tersebut, kalian jangan menyimpulkan ayat sepotong-sepotong melainkan dipahami secara keseluruhan, bisa sesat ente-ente pada.  Coba perhatikan lanjutan kalimat ayat itu;


أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ

Artinya: Allah Taala izinkan bahwa Buyut itu dibaca Rafa (dhommah).

Siapa di antara kalian yang mau protes bahkan menyalahi Allah, ketika Allah sendiri sebagai pemilik kalam mulia yang mengizinkannya.

Mendengar jawaban sang imam, para jamaah langsung bubar, ada yang nyaut "Aduh biung" "bule kepet" begini nich kalau orang cuma mau menghapal al-Qur'an tanpa mau belajar ilmu pendukungnya secara sempurna. Sudah bodoh kaga mau menerima nasehat orang malah membela kesalahannya. Naudzu Billah ...


Kisah ini dikutip dari kitab Ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid karya Abu Munyah as-Syakunjiy al-Batawiy jilid 2 halaman 79.



Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy



 ********* ******** ********


اللهم صل على سيدنا محمد الفاتح لما أغلق والخاتم لما سبق ناصر الحق بالحق والهادي إلى صراطك المستقيم وعلى آله حق قدره ومقداره العظيم

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ الله صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ الله.

صلاة تهب لنا نفوسا راضية، وصدورا من الهم خالية، وقلوبا بحبه صافية، وان تتم علينا بالصحة والعافية، وخير الذرية .


صلاة تحدقنا ببركاتها سرادقات الطافك الخفية وتحرسنا بسيوفك القهرية وتتحفنا بسوابغ نعمك الحسية والمعنوية في جميع الحركات والسكنات وتجري الطافك في سائر امورنا وامور المسلمين والمسلمات .




Khadimul Ma'had al-Muafah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

HP: 08164856876 / 082122549831
PIN: 22580F48


Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat Jakarta Timur 13910



Tidak ada komentar: