Rabu, 03 September 2014

Shalawat Munjiyah Beserta Sanad Muttashil Kepada Syekh Musa ad-Dharir



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ . وَتَقْضِىْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ . وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ . وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ . وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
Artinya:“Ya Allah, limpahkanlah shalawat (rahmat) atas penghulu kami Nabi Muhammad, semoga dengan berkah shalawat itu Engkau lepaskan kami dari segala bencana dan musibah, Engkau tunaikan segala hajat kami, Engkau bersihkan kami dari segala kejahatan dan Engkau tingkatkan derajat kami di sisi Engkau, Engkau sampaikan tujuan maksimal kami dari semua kebaikan kehidupan kami baik di dunia maupun sesudah wafat. Dan limpahkanlah shalawat kepada keluarga dan para sahabat beliau. Dan limpahkan juga sebenar-benar salam kepada mereka.
Diantara shalawat yang mujarrab untuk mendatangkan manfaat dan menolak mushibah adalah shalawat al-Munjiyah. Shalawat ini dinisbahkan kepada seorang ulama besar yang bernama Syaikh al-Shalih Musa al-Dharir. Imam al-Samhudiy mengatakan dalam kitabnya Jawahir al-Iqdain Fi Fadhl al-Sarafain, “Siapa saja yang menginginkan selamat dari Thaun (wabah), maka hendaknya ia memperbanyak membaca shalawat al-Munjiyah.[1]
          Syaikh Ahmad al-Shawiy al-Malikiy menamakan shalawat ini dengan nama shalawat al-Munajah (permohonan) dan shalawat Tafrij al-Kurub (menghempas kesulitan).

Biografi Syaikh Musa al-Dharir
Dari berbagai sumber yang penulis miliki tidak ditemukan catatan mengenai tahun kelahiran dan wafat beliau, meski diketahui qurun (masa) beliau hidup. Syaikh Musa al-Dharir adalah seorang ulama besar yang menjadi salah satu maha guru dari Syaikh Umar Ibn Ali Ibn Salim al-Lakhamiy al-Malikiy yang terkenal dengan julukan Tajuddin al-Fakihaniy. Diantara para raksasa ilmu yang menjadi guru Syaikh Umar Ibn Ali Ibn al-Fakihaniy adalah:
1.    Syaikh Nashiruddin Ibn al-Munayyir al-Malikiy (W. 683 H)
2.    Syaikh Ahmad Ibn Idris al-Shanhajiy al-Qarafiy (W. 684 H)
3.    Syaikh Taqyuddin Ibn Daqiq al-I’d (W. 702 H)
4.    Syaikh Syarafuddin al-Dimyathiy (W. 705 H)[2]

Keistimewaan dan keutamaan shalawat al-Munjiyat adalah:
1. Imam Dinawariy meriwayatkan; pada suatu ketika masyarakat muslim ditimpa kesusahan atau penyakit menular. Maka mereka kemudian membaca shalawat al-Munjiyah ini secara bersama-sama dan tidak berapa lama, masyarakat bebas dari penyakit. Shalawat ini diakui oleh banyak ulama, mendatangkan sangat banyak manfaat.

2. Syaikh Ali al-Buniy dan Imam al-Jazuliy mengatakan bahwa; “Siapa saja yang mempunyai hajat, baik hajat dunia, maupun hajat akhirat, bacalah shalawat ini sebanyak 1.000 kali, sebaiknya di waktu tengah malam, insya Allah akan dikabulkan hajatnya dengan segera. Shalawat al-Munjiyah lebih cepat dalam mendatangkan ijabah dari kilat yang menyambar, ia merupakan eklisir (bahan untuk mengubah logam murah menjadi emas) dan anti oksin yang mujarrab.”[3]

Imam Umar Ibn Ali al-Lakhamiy al-Fakihaniy al-Malikiy dalam kitabnya al-Fajrul Munir Fi Shalawat Ala al-Nabiy al-Basyir al-Nadzir meriwayatkan bahwa: Syaikh Musa al-Dharir, seorang yang shaleh suatu ketika bercerita: “Aku sedang belayar menggunakan sebuah perahu besar yang terbuat dari kayu namun tiba-tiba ada angin besar yang disebut angin al-Iqlabiyyah, jarang sekali orang bisa selamat dari angin tersebut, sehingga menyebabkan perahu yang aku tumpangi menabrak karang dan hendak karam. Pada saat itu entah kenapa saya tidak panik seperti kebanyakan penumpang kapal. Saya malah dikuasai rasa kantuk yang berat. Antara sadar dan tidak, Rasulullah datang mengajarkan aku shalawat al-Munjiyah dan beliau berkata: ”Hendaknya orang-orang yang ada di perahu ini membaca sebanyak 1000 kali. Saya pun terbangun dan membaca di dalam hati. Saat saya sudah membaca sebanyak 300 kali, maka perahu yang awalnya mulai oleng hampir tenggelam itu perlahan kembali tegak seperti biasa dan pelayaran dilanjutkan seperti tidak terjadi bencana apapun.[4]

Imam Muhammad Ibn Ya’qub Fairuz al-Abadiy mengatakan:” Telah mengabarkan kepadaku Syaikh Hasan Ibn Ali al-Aswaniy bahwa siapa saja yang membaca shalawat al-Munjiyah sebanyak 1000 kali, maka Allah akan mengabulkan segala hajatya dan Allah akan hilangkan kesusahan hidupnya.”[5]

          Sebagian ulama menyatakan “siapa saja yang membaca shalawat al-Munjiyah ketika naik kapal laut, maka akan selamat dari bahaya tenggelam. Siapa saja yang membacanya saat terjadi thaun (wabah), maka ia akan diberikan perlindungan dan rasa aman. Siapa saja yang membaca sebanyak 500 kali, maka ia akan mendapat manfaat besar dan hidup dalam kecukupan.[6]

          Habib Salim Ibn Hafizh Ibn Syaikh Abi Bakr Ibn Salim mengatakan: “Para ulama salaf telah mengamalkan amalan yang teruji coba khasiatnya sebagai mediasi menggapai cita-cita dan menolak segala mushibah diantaranya: membaca shalawat al-Munjiyah 1000 kali, melakukan ziarah Nabi Hud, membaca surat Yasin 40 kali, membaca kitab Shahih al-Bukhariy dan membaca 16.000 kali “Ya Lathif”.[7]

          Sebagian orang membaca shalawat al-Munjiyat menggunakan lafaz (صَلاَةً تُنَجِّيْنَا ), lafaz (تُنَجِّيْنَا) adalah bentuk fiil Mudhari’ dari kata dasar fiil Madhi Mudha’af ( نَجَّى ), sedangkan lafaz ( تُنْجِيْنَا ) fiil Mudhari’ bentukan kata dasar fiil Madhi ( أَنْجَى ) dengan tambahan Hamzah. Lafaz Tunajjina ataupun Tunjina keduanya merupakan bentuk fiil Mudhari’ dari fiil Madhi Mutaaddiy (butuh kepada objek) yang memiliki arti menyelamatkan. Jadi bacaan Tunajjina atau Tunjina jangan diributkan karena keduanya memiliki arti yang sama. Hanya saja dari berbagai Naskah kumpulan kitab-kitab shalawat yang penulis miliki, seluruh kitab-kitab tersebut menggunakan lafaz Tunjina. Imam Muhammad Mahdi al-Fasiy dalam kitab Syarh Dalail al-Khairat dan Sayyid Muhammad Ibn Alawiy al-Malikiy dalam kitab beliau Syawariq al-Anwar Min Ad’iyyah al-Sadah al-Akhyar pun mencatatkan shalawat al-Munjiyah dengan redaksi “Tunjiina”. Inilah yang menjadi alasan, kenapa penulis dalam buku ini memilih untuk menyebutkan redaksi (تُنْجِيْنَا) ketimbang redaksi (تُنَجِّيْنَا ). 

Sanad
Adapun sanad yang penulis dapatkan sebagai berikut:


الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة السيد أحمد بن أبي بكر بن أحمد الحبشي عن العلامة محدث الحرمين أبو حفص عمر بن حمدان المحرسي التونسي المالكي عن أحمد بن اسماعيل البرزنجي المدني عن السيد أحمد بن زيني دحلان المكي عن الشيخ عثمان بن حسن الدمياطي عن الشيخ عبد المنعم بن أحمد العمادي الأزهري عن الشيخ محمد بن عيسى الدفري عن الشيخ سالم بن عبد الله بن سالم البصري المكي عن والده عن المسند محمد بن سليمان الرداني والشيخ محمد بن علاء الدين البابلي عن العلامة شمس الدين محمد السخاوي عن ابن ظهيرة عن جمال الدين ابن عتيق بن حديدة الانصاري عن ابن الفاكهاني اللخمي عن الصالح موسى الضرير رضي الله تعالى عنه ..[8]





Sayyid Shalahuddin at-Tijani al-Hasaniy

[1] Syaikh Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy, al-Asrar al-Rabbaniyyah Wa al-Fuyudh al-Rahmaniyyah Ala Shalawat al-Dardiriyyah (Surabaya: Bungkul Indah) h. 39.
[2]
[3] Syaikh Muhammad Haqqiy al-Naziliy, Khazinah al-Asrar Jaliyah al-Azkar h. 179; Syaikh Muhammad al-Mahdi Ibn Ahmad al-Fasiy, Mathali’ al-Masarrat Bi Jala Dalail al-Khairat (Jedah: al-Haramain) h. 257.
[4] Syaikh Abdurrahman al-Shafuriy, Nuzhah al-Majalis Wa Muntakhab al-Nafais (Jakarta: Dinamika Berkah Utama 1990) h. 295; Syaikh Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy, al-Asrar al-Rabbaniyyah Wa al-Fuyudh al-Rahmaniyyah Ala Shalawat al-Dardiriyyah (Surabaya: Bungkul Indah) h. 39; Sayyid Muhammad al-Tijaniy, al-Fauz Wa al-Najah (Beirut: Dar al-Fikr 1990) h. 238.
[5] Imam Muhammad Ibn Ya’qub al-Fairuz al-Abadiy, al-Shilat Wa al-Bisyr Fi Shalat Ala Khair al-Basyr (Beirut: Dar al-Kutub 1985) h. 162.
[6] Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy, Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat (Beirut: Dar al-Fikr  2004) h. 76.
[7] Habib Ali Ibn Hasan Baharun, Fawaid al-Mukhtarah Li Salik Thariq al-Akhirah (Pasuruan: Ma’had Darul Lughah 2009) h. 221.
[8] Al-Haj Rizqi Zulqornain al-Batawi, Dzakhiratul Muhtaj Fi Shalawat Ala Shahib al-Liwa Wa at-Taj, vol. 1 (Jakarta: Maktabah al-Muafah 2013) h. 356.

33 komentar:

Unknown mengatakan...

Subha nallah..

fajar sidik mengatakan...

Tuan kiayi fajar mohon ijazahnya qolbitu

Muhammad Shulfi Al 'Aydrus mengatakan...

Qobiltu ijazah dan sanad sholawatnya.

Muhammad Shulfi Al 'Aydrus mengatakan...

Qobiltu ijazah dan sanad sholawatnya.

Umar faruq mengatakan...

Qobiltu ijazah beserta sanadnya

Anonim mengatakan...

Qobiltu

WAFA Alvani mengatakan...

Qobiltu

Unknown mengatakan...

qobiltu

Unknown mengatakan...

Qobiltu

Pemdes Pasirkaliki mengatakan...

Qobiltu

TB Nurfadhil mengatakan...

Qobiltu ijazah dan sanadnya

Unknown mengatakan...

Qobiltu ijazataka...barakallahu. jazakallahu khairan katsiiro.

TB Nurfadhil mengatakan...

Qobiltu ijazah dan sanadnya

Mujiyo mengatakan...

Qobiltu

Unknown mengatakan...

Mohon izin kyai

Ahmad GZ mengatakan...

Mohon izin amalkan, qobiltu.

Ahmad Kholiluddin mengatakan...

Qobiltu Ya Sayyidi

Ahmad Kholiluddin mengatakan...

Qobiltu Ya Sayyidi

Ahmad Kholiluddin mengatakan...

Qobiltu Ya Sayyidi

bariswahyu mengatakan...

Qobiltu

Fauzy mengatakan...

قبلت يا شيخي

Fauzy mengatakan...

قبلت يا شيخي

Cahaya Hati mengatakan...

Qobiltu yai, ijin mengamalkannya semoga bermanfaat dunia ahirat yai.

Mohamad rashdan mengatakan...

qobiltu pak ustaz

novendra mengatakan...

Assalamualaikum izin copy

novendra mengatakan...

Assalamualaikum izin copy

Fazli.h mengatakan...

Qobiltu ijazah

Dhare Fauzana mengatakan...

Alhamdulillah...Qobiltu, semoga Alloh Ta'ala menyampaikan kepada Beliau mohon ridho dan ijazah secara bathiniah kepada saya. Amin Ya Robbal'alamin

Anonim mengatakan...

Qobiltu

Anonim mengatakan...

qobiltu

Anonim mengatakan...

قبلت تجازتكم ياشيخ. شكرا

Anonim mengatakan...

QOBILTU

Anonim mengatakan...

Syukron KATSIRO