Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata dalam sabdanya:
لَا تَبْكُوْا عَلَى
الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنْ ابْكُوْا عَلَيْهِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ
أَهْلِهِ .
Artinya:" Janganlah
kau tangisi agama apabila agama itu ditangani oleh ahlinya (orang berilmu).
Tetapi tangisilah agama apabila agama itu ditangani oleh orang-orang yang bukan
ahlinya."[1]
Imam Malik bercerita: Pada suatu hari Imam Rabi'ah menangis tersedu-sedu.
Beliau ditanya: "Apakah anda sedang tertimpa mushibah? Beliau
menjawab:"Tidak, tetapi barusan saya melihat orang bodoh memberikan fatwa."
Kita harus kritis terhadap Ustadz-Ustadzah yang menyampaikan dakwahnya yang
tidak bermanhaj Nabawiyah Salafus Salih. Di samping itu, kita perlu mengetahui
latar belakang pendidikan, Sanad ilmu dan misi-misi dakwah yang diembannya.
Sehingga kita tidak mudah terkecoh oleh orang yang disebut ustadz-ustadzah atau
orang yang mengaku-ngaku ulama. Semua ini untuk mencegah agar tidak ada Umat
yang tersesat dan disesatkan. Karena sebaik-baik petunjuk adalah yang selaras
dengan al-Qur'an dan Hadis, serta contoh dari para sahabat dan para Tabiin,
sebagai potret generasi terbaik Umat ini. Sebagaimana pujian yang diberikan
oleh Rasulullah.
Sayyid Alawiy Ibn Ahmad Ibn Abdurrahman al-Saqqaf dalam kitab al-Fawaid
al-Makiyyah menyebutkan 4 kriteria sukses untuk Tahshilul ilm
(mendapatkan ilmu) yang dapat dipercaya nilai ilmunya:[2]
v شَيْخٌ فَتَّاحٌ ( Guru yang memilki Futuh)
Keilmuan yang dimiliki seseorang, ini tidak bisa terlepaskan dari peran
guru. Tak dapat disangkal, bahwa para guru memainkan peranan
yang sangat penting dalam mengantarkan murid-muridnya meraih cita-cita yang
dikehendaki. Memang, guru bukanlah satu-satunya faktor penentu. Semakin
berkualitas seorang guru yang dimiliki seseorang, maka semakin besar kemungkinan untuk
mendapatkan ilmu-ilmu yang bermutu. Guru yang memiliki Futuh
(keterbukaan) mampu memberikan pemahaman ilmu yang benar dan dapat membuka
cakrawala pengetahuan sang murid. Dengan beberapa kata atau kalimat yang
disampaikan, murid itu langsung memahaminya. Sehingga seluk beluk ilmu yang
sulit dipahami, dapat terbuka kesulitan-kesulitannya dengan penjelasan sang
guru. Ilmu bagaikan harta zakat, nishab (batas kewajiban) adalah kemampuan
memiliki pengetahuan dam paham yang benar. Bagi yang tidak memiliki nishab,
bagaimana ia akan mengeluarkan zakat?. Laksana orang yang kehilangan cahaya,
bagaimana bisa ia menyinari orang lain dengan cahaya yang hilang? Kapan
bayangan bisa menjadi lurus, jika tongkatnya bengkok. Jika seorang guru tidak
memahami ilmu dengan benar, Apabila seorang guru gemar memfitnah dan mencela
orang, maka ilmu apa yang didapat oleh muridnya. Si murid bagaikan orang yang
bertanya kepada orang keder (bingung). Bagaimana bisa, orang keder menunjukkan
orang lain ketempat yang benar, sedangkan dirinya kebingungan. Hendak kemana
Umat mau dihantar? Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita semua dari
Ustadz-ustadzah yang masih pada keder yang membikin Umat pada bingung. Amin.
v عَقْلٌ رَجَّاحٌ (Akal yang cerdas)
Orang yang memiliki kecerdasan dalam memperoleh ilmu akan cepat dan dapat
mengembangkan ilmu yang ia dapat, karena kemampuannya untuk mengkritisi dan
mengelaborasi (meneliti) tidak hanya hadir di majlis ilmu, duduk, mendengarkan
tetapi aktif mengkaji apa yang ia dapatkan.
v كُتُبٌ صِحَاحٌ (Kitab-kitab yang benar)
- Kitab Tauhid: Sifat Dua puluh karya Habib Usman Ibn Yahya Mufti
Betawi, Aqidah al-Awam karya Sayyid Ahmad al-Marzuqiy al-Makkiy, al-Aqaid
al-Diniyyah karya Habib Abdurrahman Ibn Saqqaf al-Saqqaf, Tijan al-Durariy
karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantaniy, Tahqiq al-Maqam Ala Kifayah al-Awam
karya Syaikh Ibrahim al-Bayjuriy, Fath al-Majid Syarh Durr al-Farid karya
Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantaniy, al-Hushun al-Hamidiyyah karya Sayyid Husen
Afandiy, al-Jawahir al-Kalamiyyah karya Syaikh Thahir Ibn Shalih al-Jazairiy,
al-Shirath al-Mustaqim karya Syaikh Abdullah al-Harariy, al-Jauharah al-Tauhid
karya Syaikh Ibrahim al-Laqqaniy, Umdah Ahli al-Tahqiq dan Ummul Barahin karya
Imam al-Sanusiy dan lain-lain.
- Kitab matan Fiqh mazhab Syafiiy: al-Risalah al-Jamiah Karya
Sayyid Ahmad Ibn Zen al-Habsyiy, Safinah al-Najah karya Syaikh Salim Ibn Sumayr
al-Hadhramiy, Muqaddimah al-Hadhramiyyah karya Syaikh Abdullah Ibn Abdurrahman
Bafadhal, Ghayah al-Taqrib karya Imam Abu Syuja', Riyadh al-Badi'ah karya
Syaikh Muhammad Hasabullah, Yaqut al-Nafis karya Sayyid Ahmad Ibn Umar
al-Syathiriy, Nazham al-Zubad karya Syaikh Ahmad Ibn Ruslan, Umdah al-Salik
karya Ibn al-Naqib, al-Tanbih dan al-Muhadzzab karya Imam Abu Ishaq
al-Syiraziy, Minhaj al-Thalibin karya Imam Nawawiy al-Dimasyqiy, al-Irsyad
karya Imam Ibn Muqriy.
- Kitab Syarh fiqh Mazhab Syafiiy: Kasyifah al-Saja karya
Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantaniy, Busyra al-Karim karya Syaikh Said Ibn Muhammad
Ba'syin, Fath al-Qarib karya Syaikh Ibn Qasim, al-Iqna' dan Mughni al-Muhtaj
karya Syaikh Muhammad al-Syarbiniy, Kifayah al-Akhyar karya Syaikh Taqyuddin
al-Hashaniy, Imta' al-Asma' karya Syifa Hasan Hito, Anwar al-Masalik karya
Syaikh Muhammad Zuhriy al-Ghamrawiy, Faidh al-Ilah al-Malik karya Sayyid Umar
Barakat, Fath al-Allam karya Syaikh Muhammad al-Jurdaniy, Fath al-Mu'in karya
Syaikh Zainuddin al-Malibariy, Fath al-Wahhab dan Asna al-Mathalib karya Syaikh
Zakariya al-Anshariy, Mawahib al-Shamad Syaikh Ahmad al-Fusyniy, Fath al-Aziz
Syarh al-Wajiz karya Imam Abdul Karim al-Rafiiy, al-Majmu' Syarah al-Muhadzzab
dan Raudhah al-Thalibin karya Imam Nawawi al-Dimasyqiy, Kanz al-Raghibin Syaikh
Jalaluddin al-Mahalliy, Nihayah al-Muhtaj dan Ghayah al-Bayan karya Syaikh
Muhammad al-Ramliy, Tuhfah al-Muhtaj, Fath al-Jawad dan al-Minhaj al-Qawim
karya Syaikh Ibn Hajar al-Haitamiy dan lain-lain.
- Kitab Hasyiyah Fiqh: Hasyiyah Futuhat al-Wahhab, Hasyiyah
al-Syarawaniy Ala Tuhfah, Hasyiyah al-Syabramallasiy Ala Nihayah, Hasyiyah
al-Syarqawiy Ala al-Tahrir, Hawasyi al-Madaniyah, Hasyiyah al-Bajuriy Ala Ibn
Qasim, al-Tajrid Li Naf'i al-Abid dan Tuhfah al-Habib karya Syaikh Sulayman
al-Bujayramiy, Ia'nah al-Thalibin karya Sayyid Bakri Syatha, Mauhabah Dzi
al-Fadhl karya Syaikh Muhammad Mahfuz al-Termasiy dan lain-lain.
- Kitab Tashawwuf: al-Nashaih al-Diniyyah, al-Risalah
al-Mu'awanah dan al-Da'wah al-Tammah karya al-Habib Abdullah al-Haddad, Tatsbit
al-Fu'ad karya Syaikh Ahmad Ibn Abdul Karim al-Syajjar, Tadzkir al-Nas karya
Habib Abu Bakar al-Atthas, al-Manhaj al-Sawiy karya Habib Zein Ibn Ibrahim
Sumayth, Kunuz al-Saadah al-Abadiyyah karya Ali Ibn Muhammad al-Habsiy,
Hujjatullah al-Balighah karya Syaikh Ahmad Waliyullah al-Dahlawiy, Kifayah
al-Atqiya karya Syaikh Bakri Syatha, Bidayah al-Hidayah dan Ihya Ulumiddin
Karya Imam Muhammad al-Ghazaliy, Qut al-Qulub karya Syaikh Abu Thalib
al-Makkiy, Tanbih al-Mughtarrin, Lawaqih al-Anwar dan al-Yawakit Wa al-Jawahir
karya Syaikh Abdul Wahhab al-Sya'raniy, al-Fath al-Rabbani dan al-Ghunyah karya
Syaikh Imam Abdul Qadir al-Jilaniy, al-Ta'arruf Li Mazhab al-Tashawwuf karya
Syaikh Muhammad Ibn Ibrahim al-Kalabadziy, al-Risalah al-Qusyairiyyah karya
Syaikh Abdul Karim al-Qusyairiy, Futuhat al-Makiyyah karya Imam Ibn al-Arabiy. al-Jawahirul Maaniy Syekh Ali Harazim al-Fasiy, Suqul asrar karya Syaikh Ahsan al-Ba'qiliy, al-Lama' karya syekh Abu Nasr as-Sarraj dan lain-lain.
v مُدَاوَمَةٌ وَاِلْحَاحٌ (Ketekunan dan semangat)
Seorang penuntut ilmu sudah pasti
akan menghadapi macam-macam rintangan. Selain berusaha maka ia harus bersabar
untuk menghadapi semua itu. Bagi mereka yang sukses, memiliki semboyan pantang
mundur tidak putus asa, konsisten, menggunakan waktu dengan baik dan bersabar. Ingat sabar itu
tidak ada batasannya. Sabar yang ada batasannya adalah sabarnya seorang wanita
hamil, yang apabila ia telah melahirkan habislah kesabarannya dalam membawa apa
yang selama ini ia kandung. Tidak ada waktu lapang yang tersia-siakan melainkan
digunakan dengan baik oleh penuntut ilmu. Imam Ibn Abi Hubayrah mengatakan:
اَلْوَقْتُ أَنْفَسُ مَا عُنِيْتَ بِحِفْظِهِ * وَأَرَاهُ أَسْهَلَ مَا عَلَيْكَ يَضِيْعُ
Artinya: "Waktu adalah sesuatu yang paling berharga jika engkau
gunakan dengan sebaik-baiknya. Dan aku melihat waktu itu bagi engkau menjadi
sesuatu yang paling gampang tersia-siakan."
Hilangnya harta masih bisa diusahakan mencari gantinya, kesehatan badan
yang terganggu masih bisa dicarikan obatnya, tetapi hilangnya waktu
(kesempatan) itu tidak bisa digantikan oleh apapun. Karena setiap sesuatu yang
hilang itu masih bisa diharapkan untuk kembali kecuali waktu. Imam Muhammad
al-Ghazali dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah mengatakan:
وَأَوْقَاتُكَ عُمْرُكَ وَعُمْرُكَ رَأْسُ مَالِكَ وَعَلَيْهِ
تِجَارَتُكَ وَبِهِ وُصُوْلُكَ إِلَى نَعِيْمِ دَارِ اْلأَبَدِ فِي جِوَارِ اللهِ تَعَالَى
فَكُلُّ نَفْسٍ مِنْ أَنْفَاسِكَ جَوْهَرَةٌ لاَ قِيْمَةَ لَهَا إِذْ لاَ بُدَّ لَهُ
فَإِذَا فَاتَ فَلاَ عَوْدَ لَهُ .
Artinya:"Waktu
adalah umurmu, umurmu adalah modal hidup dan usahamu. Dengannya engkau dapat
meraih ni'mat Allah yang kekal (surga). Setiap hembusan nafasmu merupakan
mutiara yang tidak ada tandingannya. Karena menjadi kepastian, bahwa seseorang
sangat butuh kepadanya apabila dia luput dari dirimu, maka ia tak akan bisa
kembali."[3]
Seorang penyair
mengatakan:
ثَلاَثَةٌ
لَيْسَ لَهَا اْلإِيَابُ * اَلْوَقْتُ وَالْجَمَالُ وَالشَّبَابُ
Artinya: Ada tiga hal
yang tidak bisa kembali manakala telah luput, yakni: Waktu, fisik yang bagus
dan masa muda."
Jika seseorang
penuntut ilmu tidak istiqamah, bermalas-malasan, sampai menyia-nyiakan waktu
sehingga tidak fokus untuk menuntut ilmu dan tidak bergairah mempelajarinya,
terlebih lagi ia fokuskan dirinya pada kegiatan yang tidak ada munasabah
(hubungan) dengan ilmu yang akan melalaikan dirinya dari belajar, muthala'ah,
mudzakarah dan sebagainya. Dalam kondisi demikian, maka ilmu yang didapat bukan
ilmu yang menyeluruh tetapi ilmu yang sepotong-sepotong atau ilmu samar-samar
serta dengung. Laksana orang mancing, orang yang kaga konsisten nuntut ilmu,
dirinya bagaikan orang memancing ikan yang asal ada tenggakan dia pindahkan
pancingannya. Padahal yang nenggak belum tentu ikan gabus atau ikan betok yang
ukurannya kaya sendal lili yang langsung nyamber umpannya, bisa jadi yang
barusan nenggak itu ikan sapu-sapu. Saban ada tenggakan dipindain itu tegegnya.
Dia mancing dari abis shubuh ape mau maghrib kaga dapet apa-apa. Begitu juga
orang yang menuntut ilmu kaga istiqamah bisa kaga dapet apa-apa. Saya teringat dengan
sebuah pantun Betawi yang mengatakan:
Baju Genggang, Celana Genggang.
Beli Sepatu Ujungnya Nirus.
Yang Ini Dipengang, Yang Itu
Dipegang.
Akhirnya Satu Kaga Ada yang Urus.
Konsisten dan semangat dalam menuntut
ilmu sangat diperlukan untuk mewujudkan kesuksesan. Semangat tersebut akan
memaksimalkan kecerdasan yang dimiliki seseorang yang sudah menjadi modal
dasarnya berupa cerdas. Apabila seseorang hanya cerdas, namun semangatnya
melempem, maka cerdas yang dimiliki akan mandul.
Dengan terpenuhuinya 4 kriteria
di atas, seseorang penuntut ilmu akan selamat dari kesalahan-kesalahan ketika
memahami teks Syariat yang terkandung dalam al-Qur'an dan Hadis.
Ada pepatah yang
bekata:
مَنْ قَلَّ عِلْمُهُ ضَاقَ صَدْرُهُ , وَمَنْ
ضَاقَ صَدْرُهُ كَثُرَ لَعْنَتُهُ , وَمَنْ كَثُرَ لَعْنَتُهُ بَعُدَ صَدِيْقُهُ ,
وَمَنْ بَعُدَ صَدِيْقُهُ عَسُرَ عَيْشُهُ .
Artinya:"Siapa saja yang
sedikit ilmunya, maka sempitlah dadanya. Siapa saja yang sempit dadanya, maka sering melaknat orang lain. Siapa saja
yang melaknat orang lain, maka ia akan dijahui teman-temannya. Siapa yang
dijauhi temannya, maka akan susah hidupnya."
Akibat penguasaan ilmu yang tidak memadai, menjadikan dada seseorang
sempit. Yang di maksud sempit dadanya adalah hatinya. Hatinya berbulu dan
selalu gatel seperti orang keremian sehingga gampang tersinggung, penuh emosi,
dendam, hasud, sombong, ujub (membanggakan dirinya) dan tipu muslihat.
Tindakannya tergesa-gesa untuk mencela dan menjatuhkan orang lain dengan kata-kata
hujatan. Dia senang sekali melihat orang dalam kesusahan dan ia merasa
kesusahan bila melihat orang senang. Seseorang yang sering mengeluarkan
kata-kata hujatan menjadi indikasi (tanda) hatinya telah rusak. Hati menjadi
bejana bagi sesuatu yang ada di dalamnya. Sebagaimana bejana yang berisi susu
ketika tumpah atau memercik, maka yang keluar dari bejana tersebut adalah susu.
Kalau bejana tersebut berisi air comberan maka yang keluar adalah comberan
bukan susu. Begitu juga hati manusia yang busuk selalu mengeluarkan kebusukan
bukan kelembutan dan kebaikan. Pepatah mengatakan:
اَلاِْنَاءُ بِمَا فِيْهِ يَمْضَحُ .
Artinya:"Bejana
akan selalu mengeluarkan sesuatu yang ada di dalamnya."
Kendatipun hanya memiliki sedikit
ilmu, banyak orang sudah berani mengobral fatwa, menulis buku, mengarang kitab
dan menjadi ahli komentar. Mereka adalah ibarat orang-orang yang membuat
tongkat dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka gunakan untuk memukul umat.
Mereka membikin keruh agama dan ilmu ulama yang jernih. Padahal agama dan ilmu
adalah sepasang mutiara di dalam kerang yang tidak mudah dibuka oleh sembarang
orang.
Hanya kepada Allah kita mohon
perlindungan dari kejahatan orang-orang jahil yang memberi fatwa.
[1] Riwayat Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya, hadis no:
22482 dan 23585.
[2] Alawiy Ibn Ahmad al-Saqqâf, al-Fawâid
al-Makkiyyah Fi Ma Yahtajuhu Thalabah al-Syafiiyyah, (Jeddah:
al-Haramayn 1996) h. 25.
[3] Muhammad Nawawi al-Bantaniy, Maraqi
al-Ubudiyyah Syarh Bidayah al-Hidayah (Jeddah: al-haramayn 1996)
h. 38.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar