Biografi Imam Abdus Salam Ibn Masyisy
Nama lengkap Syaikh Ibnu Masyisy adalah Abdussalam Ibn
Masyisy Ibn Abi Bakar Ibn Ali Ibn Hurmah Ibn Isa Ibn Salam Ibn Mizwar Ibn Ali
Ibn Haidarah Ibn Muhammad Ibn Idris al-Azhar Ibn Idris al-Akbar Ibn Abdullah
al-Kamil Ibn al-Hasan al-Mutsanna Ibn al-Hasan Ibn Ali bin Abi Thalib suami
Fatimah az-Zahra putri Rasulullah. Syaikh Ibnu Masyisy lahir pada tahun 559 H.
Wafat pada tahun 662 H. Menurut keterangan Ibn Khaldun, beliau pada tahun 625 H.
Beliau merupakan maha guru dari 3 wali
Qutub; Sayyid Ibrahim al-Dusuqiy, Sayyid Ahmad al-Badawiy dan Syaikh Abul Hasan
al-Syadzilliy.[1]
Dhabit
(catatan) lafaz Masyisy, ada yang membacanya dengan huruf Ba menggantikan Mim,
menjadi Basyisy yang dalam bahasa Maziniyah berarti seorang pelayan yang
memiliki kecerdesan luar biasa.[2]
Ibnu Masyisy belajar membaca, menulis dan
menghafal al-Qur’an di Kuttab (tempat yang digunakan untuk mengajarkan
anak-anak kecil membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an) dan dia telah hafal
al-Qur’an sejak berumur kurang dari 12 tahun kemudian pergi menuntut ilmu.
Syaikh Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga memiliki kezuhudan yang
tinggi, Allah menyatukan dalam dirinya dua kemulian, dunia dan Agama, serta
menjaga keutamaan keyakinan yang haqiqi. Dan Ibnu Masyisy mendapatkan
keberhasilan atas kesungguhan kemauan dan cita-citanya, seorang yang tidak
pernah menyimpang dari jalan syari’at sehelai rambut pun, berpegang teguh pada
Agama dan menyampaikan keutamaan-keutamaannya.
Pada hari beliau dilahirkan,
syaikh Abdul Qadir al-Jilaniy mendengar suara hatif (bisikan ruhani); “Ya syaikh
Abdul Qadir, cermatilah keadaanmu kepada penduduk kota maroko, sesungguhnya
yang akan menjadi wali Qutub di kota tersebut telah dilahirkan.[3]
Syaikh Ibnu Masyisy memiliki kesungguhan
dan kemauan yang keras dalam menuntut ilmu serta menjaga aurad (bacaan-bacaan dzikir dan do’a) sehingga dia
sampai kepada jalan menuju ma’rifah kepada Allah, maka Ibnu Masyisy mumpuni
dalam bidang ilmu juga mendapatkan puncak kezuhudan. Di antara guru-gurunya
dalam bidang ilmu pengetahuan adalah Syaikh Ahmad yang di juluki (aqtharaan),
dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Di antara para gurunya dalam
bidang tasawwuf Syaikh Abdurrahman al-Madaniy yang terkenal dengan az-Zayyaat,
dari beliau Ibnu Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah dengan masyarakat yang
sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak Rasulullah sehingga dari ilmu tersebut
Ibnu Masyisy mendapatkan yang lebih banyak.
Barang kali, penyebab tidak terlalu
banyak warisan peningalan Abdussalam Ibn Masyisy, meskipun kedududakannya
tinggi. Salah satu murid beliau adalah Imam Abu al-Hasan as-Syaziliy,
mengatakan: “Bahwa Syaikh Ibn Masyisy ulama yang masturul Hal (sangat tertutup)
dan tidak ingin di kenal oleh manusia, di antara do’anya “Ya Allah aku mohon
kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat kembali
bagiku selain kepada-Mu“. Allah mengabulkan permohonan Syaikh Ibnu Masyisy
tersebut karena sangat ketertutupannya itu sampai tidak ada yang mengenal
beliau kecuali Syaikh Abu al-Hasan as-Syaziliy yang sebuah thariqah dinisbahkan
kepadanya. Adapun beberapa peninggalan ilmiyah Syaikh Ibnu Masyisy yang sampai kepada
kita melalui muridnya Syaikh Abu al-Hasan as-Syaziliy adalah sekumpulan nasehat
yang mengagumkan dengan ungkapan yang bersih, jernih selaras dengan al-Qur’an
dan as-Sunnah, di antaranya adalah: “Syaikh Abu al-Hasan as-Syaziliy berkata:
“Guruku mewasiatkan kepadaku dan dia berkata:” Jangan kamu langkahkan kedua kakimu
kecuali kamu hanya mengharap balasan dari Allah, janganlah kamu duduk kecuali
kamu merasa aman dari maksiat kepada Allah dan jangan kamu berteman kecuali dia
dapat menolongmu untuk ta’at kepada Allah“.
Dan Ibnu Masyisy berkata secara langsung
kepada Abu al-Hasan as-Syaziliy: Senantiasalah kamu suci dari rasa ragu dan
dari kotoran dunia, ketika kamu dalam keadaan kotor maka bersucilah, ketika
kamu mulai cenderung kepada syahwat dunia maka perbaikilah dengan bertaubat,
jangan sampai kamu dirusak dan ditipu hawa nafsu, maka dari itu senantiasalah
kamu merasa dekat kepada Allah dengan penuh ketundukan dan ketulusan hati.
Salah satu teks penting yang sampai
kepada kita dari Syaikh Abdussalam Ibn Masyisy adalah teks “shalawat
Masyisyiah”, yaitu sebuah teks shalawat yang unik jika kata-katanya itu berbaur
atau diucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut terasa melayang
di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut. Dan teks tersebut merupakan
titik perhatian para pensyarah (komentator).
Banyak ulama yang ambil bagian dalam
memberikan syarh (komentar) atas shalawat Masyisyiyah di antaranya: Imam Ahmad
Ibn Ajibah, Syaikh Ahmad al-Shawiy al-Malikiy dan Syaikh Abdullah Ibn Muhammad
al-Ghumariy.
Penyebab Imam Ibnu Masyisy
keluar dari khalwatnya menentang Ibnu Abi al-Thawaajin al-Kattamiy seorang
penyihir yang mengaku nabi, beliau telah mempengaruhi sebagian orang pada
masanya, dan melakukan perlawanan atas dia dan para pengikutnya dengan logika dan
dalil-dalil syar’i baik ucapan dan perbuatan dengan serangan atau perlawanan
yang keras, mereka memotivasi untuk melakukan tipu daya dan persekutuan untuk
membunuhnya, maka ia mengutus sebuah kelompok kepada Syaikh itu untuk menjebak
beliau sehingga beliau turun dari khalwatnya untuk berwudhu dan shalat subuh
dan di sanalah mereka membunuhnya pada tahun 622 H, semoga Allah merahmati
dengan rahmat yang luas, dan mengumpulkan kami bersama dengan beliau ditempat
yang diridhai Allah.[4]
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مَنْ مِنْهُ انْشَقَّتِ اْلاَسْرَارُ. وَانْفَلَقَتِ اْلاَنْوَارُ . وَفِيْهِ
ارْتَقَتِ الْحَقَائِقُ . وَتَنَزَلَتْ عُلُومُ سَيِّدِنَا اٰدَمَ عَلَيْهِ السّلاَمُ
فَاَعْجَزَالْخَلاَئِقُ . وَلَهُ تَضَاءَلَتِ الْفُهُومُ فَلَمْ يُدْرِكْهُ مِنَّا
سَابِقٌ وَلاَ لاَحِقٌ . فَرِيَاضُ الْمَلَكُوْتِ بِزَهْرِ جَمَالِهِ مُوْنِقَةٌ .
وَحِيَاضُ الْجَبَرُوْتِ بِفَيْضِ اَنْوَارِهِ مُتَدَفِّقَةٌ . وَلاَ شَيْئَ
اِلاَّهُوَ مَنُوْط اِذْ لَوْلاَ الْوَاسِطَةٌ لَذَهَبَ كَمَا قِيْلَ الْمَوْسُوْط
. صَلاَةً تَلِيْقُ بِكَ مِنْكَ اِلَيْهِ كَمَا هُوَ اَهْلُهُ . اَللَّهُمَّ
اِنَّهُ سِرُّكَ الْجَامِعُ الدَّالُّ عَلَيْكَ وَحِجَابُكَ اْلاَعْظَمُ اْلقَائِمُ
لَكَ بَيْنَ يَدَيْكَ . اَللَّهُمَّ أَلْحِقْنِى بِنَسَبِهِ . وَحَقِّقْنِىْ
بِحَسَبِهِ . وَعَرِّفْنِىْ اِيَّاهُ مَعْرِفَةً اَسْلَمُ بِهَا مِن مَوَارِدِ
الْجَهْلِ . وَاَكْرَعُ بِهَا مِنْ مَوَارِدِ
الْفَضْلِ . وَاحْمِلْنِىْ عَلَى سَبِيْلِهِ إِلَى حَضْرَتِكَ حَمْلاً مَحْفُوْفًا
بِنُصْرَتِكَ . وَاقْذِفْ بِىْ عَلَى الْبَاطِلِ فَأَدْمَغَهُ . وَزُجَّ بِىْ فِيْ
بِحَارِ اْلاَحَدِيَّة . وَنْشُلْنِيْ مِنْ اَوْحَالِِ التَّوْحِيْدِ . وَأَغْرِقْنِيْ
فِيْ عَيْنِ بَحْرِ الْوَحْدَةِ حَتَّى لاَأَرَى وَلاَ اَسْمَعَ وَلاَ اَجِدَ
وَلاَ اُحِسَّ اِلاَّ بِهَا . وَاجْعَلْ حِجَابَ اْلاَعْظَمَ حَيَاةَ رُوْحِىْ
وَرُوْحَهُ سِرَّ حَقِيْقَتِىْ وَحَقِيْقَتَهُ جَامِعَ عَوَالِمِيْ بِتَحْقِيْقِ
الْحَقِّ اْلاَوَّلِ . يَا اَوَّلُ يَاآخِرُ يَاظَاهِرُ يَا باَطِنُ . اِسْمَعْ
نِدَائِى بِمَا سَمِعْتَ بِهِ نِدَاءَ عَبْدِكَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السّلاَمُ . وَانْصُرْنِيْ
بِكَ لَكَ . وَاَيِّدْنِيِْ بِكَ لَكَ . وَاجْمَعْ بَيْنِىْ وَبَيْنَكَ وَحُلْ
بَيْنِىْ وَبَيْنَ غَيْرِكَ . اَللهُ اللهُ اللهُ . إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ
الْقُرْآَنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ . رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً . إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ وَتَحِيَّاتُهُ
وَرَحْمَاتُهُ وَبرَكَاتُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ
النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الْمُبَارَكَاتِ سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy
[1]
Syaikh Hasan Ibn Muhammad Ibn Qasim al-Taziy, al-Thabaat al-Syadzilliyyah
al-Kubra (Dimasyq: Dar al-Bairutiy 2000) h. 73.
[2]
Syaikh Ahmad Ibn Ajibah, Syarh Shalawat Ibn Masyisy (Maghrib: Dar
al-Rasyad 2005) h. 10-11.
[3]
Syaikh Hasan Ibn Muhammad Ibn Qasim al-Taziy, al-Thabaat al-Syadzilliyyah
al-Kubra (Dimasyq: Dar al-Bairutiy 2000) h. 73.
[4]
Syaikh Ahmad Ibn Ajibah, Syarh Shalawat Ibn Masyisy (Maghrib: Dar
al-Rasyad 2005) h. 11.
1 komentar:
trimakasih aritkelnya
Posting Komentar