Sabtu, 07 Februari 2015

Terminologi al-Hafizh Bagi Penghapal al-Qur'an Dan Hadis

Para ulama meyebut Istilah buat orang yang menghafal al-Qur’an adalah Hamil ( حامل ) bentuk jama’nya Hamalah ( حملة ). Sampai imam Muhyiddin an-Nawawiy ad-Dimasyqiy membuat satu kitab bernama: at-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an (penjelasan tuntas tentang etika para penghafal al-Qur’an). Adapun untuk para penghapal hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah Hafizh ( الحافظ ) jamaknya adalah Huffazh ( الحفاظ ). Sehingga banyak para ulama ahli sejarah di kalangan ahli hadis antara lain imam adz-Zahabiy (wafat 748 Hijriyah) dan imam Jalaluddin as-Suyuthiy (wafat 911 Hijriyah) serta para ulama lainnya mengarang kitab dengan judul “Thabaqat al-Huffazh” (kitab yang menginventarisir nama-nama para penghafal hadis).
Gelar al-Hafizh merupakan sebutan kehormatan bagi ulama ahli hadis. Sayyid Alawiy Bin Abbas al-Malikiy memberikan definisi al-Hafizh adalah ahli hadis yang memiliki hafalan seratus ribu hadis lengkap baik matan dan sanad-sanadnya.[1] Adapun menurut Sayyid Abdullah Bin Muhammad bin Shiddiq al-Ghumariy :” al-Hafizh adalah gelar kehormatan bagi pemerhati hadis yang mengkaji ushul dan bagian-bagian hadis serta mendalami ilmu ilalul hadis (penyakit hadis).”
Sedangkan penggunaan istilah al-Hafizh populer di masyarakat sebagai gelar yang disebutkan bagi penghafal al-Qur’an. Definisi ini secara lughawiy (bahasa) saja. Padahal sebenarnya kata “Hafazha” yang sering diterjemahkan menghafal, bukan sekedar menghafal tetapi orang-orang yang mampu mengaflikasikan al-Qur'an dalam kehidupannya.”
Seorang ulama dalam syairnya berkata:
يا حافظ القرآن لست بحافظ **** حتى تكون لما حفظتَ مطبقًا
ماذا يفيدُكَ أن تسمَّى حافظًا **** وكتابُ ربك في الفؤاد تمزَّقَا ؟
Wahai orang yang menghafal al-Qur’an, engkau tidak pantas disebut Hafizh sehingga engkau mengamalkan kandungan al-Qur’an. Manfaat apa yang engkau dapat untuk bangga disebut Hafizh padahal al-Qur’an telah engkau nodai di dalam hatimu.”


Khadimul Ma’had al-Muafah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy









[1] Sayyid Alawiy Bin Abbas al-Maliki, Ibanatul Ahkam, vol. 1 hal: 9.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah, ana makin faham

SUWARSIH mengatakan...

ulama yang menulis syairnya siapa ya?