Imam Muhammad Fakhruddin ar-Raziy (Wafat
604 Hijriyah) dalam kitab tafsirnya Mafatihul Ghaib jilid pertama halaman 259, beliau menceritakan kisah ahli
sufi kenamaan dari kota Balkh, Khurasan yakni Imam Abu ishaq Ibrahim Bin Adham
Bin manshur (wafat 161 Hijriyah), dalam literatur sufi beliau dikenal dengan
nama Ibrahim Bin Adham, pada suatu hari Ibrahim Bin Adham radhiyallahu anhu
melakukan perjalanan dengan berjalan kaki menuju kota Makkah untuk megerjakan
ibadah haji, dalam perjalanannya beliau kepapagan dengan seorang arab dusun yang
sedang mengendari unta.
Orang arab dusun bertanya: "Wahai tuan Syekh, hendak kemana kamu
pergi"?
Ibrahim Bin Adham menjawab: Aku ingin ke Makkah.
Orang arab dusun
berkata: Apakah pikiran kamu sudah kaga jangkep, pergi ke Makkah tidak
menggunakan kendaraan dan tidak membawa bekal, sedangkan perjalanan ke Makkah
sangat jauh?
Ibrahim Bin Adham menjawab: Ketahuilah olehmu, bahwa aku pergi
dengan menggunakan kendaraan dan membawa bekal yang kamu tidak bisa lihat.
Mendengar jawaban
itu orang arab dusun sampai tekelap terheran-heran, seraya berkata: mana Kendaraan
dan bekalnya? Apaan tuh?
Ibrahim Bin Adham menjawab: Apabila aku temukan
mushibah dalam perjalanan ini, maka sabar yang menjadi kendaraanku. Jika aku
yang aku dapati ni'mat, maka rasa syukur yang menjadi kendaraanku. Seandainya apapun
yang terjadi, maka ridho yang menjadi kendaraanku. Jikalau hawa nafsu
mengajakku untuk melakukan sesuatu, maka aku yaqin umurku yang tersisisa lebih
sedikit dari yang telah aku lalui.
Mendengar hal itu orang arab dusun berkata:
Teruskan perjalananmu ya Syekh dengan izin Allah taala, kalau begitu adanya walaupun
nyatanya engkau berjalan kaki, pada hakekatnya dalam perjalanan ini engkau yang
telah naik berkendaraan, walaupun aku telah naik kendaraan pada hakikatnya aku
sedang berjalan kaki dan tidak membawa bekal apa-apa.
Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar