Selasa, 15 Agustus 2017

Membasuh Tengkuk Dalam Berwudhu

Membasuh Tengkuk Dalam Berwudhu

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Pertanyaan Saudara Sa’ban Said at-Tijaniy dari Kampung Baru Cakung Barat Jakarta Timur:

Saya pernah mendengar satu kajian rutin di sebuah masjid, seorang ustadz yang menyampaikan materi tentang wudhu. Ia berkata bahwa salah satu kesalahan yang kerap dilakukan orang saat berwudhu adalah membasuh tengkuk (leher belakang).

Pertanyaan saya apakah benar yang disebutkan ustadz tersebut, dan banyak orang tua dahulu yang hidupnya rajin beribadah ketika berwudhu saya perhatikan mereka membasuh tengkuk. Adakah doa khusus saat membasuh tengkok. Tolong berikan referensi masalah ini?

JAWABAN:

Membasuh tengkok (bagian belakang leher) dalam berwudhu terdapat perbedaan pendapat para ulama: Mazhab Imam Malik dan Imam Syafiiy membasuh tengkok tidak disunnahkan. Adapun mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad Bin Hambal dan sebagian mazhab Imam Syafiiy membasuh tengkok hukumnya disunnahkan. Qaul (pendapat) yang menolak membasuh tengkok beralasan bahwa tidak ada hadis yang valid menetapkan hal tersebut. Sedangkan qaul yang mengamalkan membasuh tengkok berpijak pada sebuah hadis riwayat imam ad-Dailamiy:

مَسْحُ الرَّقَبَةِ أَمَانٌ مِنْ الْغُلِّ

Artinya: “Membasuh tengkok pelindung dari belenggu di hari kiamat”.

Para ahli tasawuf telah mengujicoba sesungguhnya membasuh tengkok memiliki fadhilah dapat menghilangkan galau dan BT (Boring Today). Walaupun hadis riwayat imam ad-Dailamiy di atas dhaif (lemah), ketika melalui proses Tajribah (eksperimen) mendatangkan hikmah maka para ahli tasawuf mengamalkannya.

Sayyid al-Bakriy Bin Muhammad Syatha dalam kitab Ianatut Thalibin Jilid 1 halaman: 49 menyebutkan ( الغل ) bila dibaca dhammah huruf Ghain menjadi al-Ghulli artinya adalah rantai yang membelenggu di hari kiamat. Jika dibaca dengan kasrah huruf Ghain menjadi al-Ghill artinya adalah dengki.”

Imam al-Qadhi al-Husain menyebutkan khilafiyah seputar perkara tersebut dalam kitab Ta’liqatnya halaman 279:

وأما مسح العنق لم ترد فيه سنة، وقد قيل: فيه وجهان: إن قلنا: يسن ذلك: يمسح بالماء الذي يمسح به الأذنان تبعًا لهما، لقوله عليه السلام: (مسح العنق أمان من الغل)

Masalah membasuh tengkuk, tidak ditemukan hadis yang shahih menganjurkannya. Pada masalah tersebut ada dua pendapat: Bila kita mengatakan itu sebuah kesunnahan wudhu, maka pembasuhan tengkuk dilakukan bersamaan dengan air yang dijadikan untuk menyapukan air di dua telinga karena ada hadis yang menyebutkan basuhan tengkuk dalam wudhu dapat membentengi seseorang dari sifat dengki.

Imam Ibn ar-Rif’ah dalam kitab Kifayatun Nabih Syarh at-Tanbih jilid 1 halaman 315 berkomentar: “Adapun imam ar-Ruyaniy condong pembasuhan tengkuk dilakukan setelah membasuh telinga dengan air yang baru, bukan dijadikan satu dengan air yang digunakan menyapu telinga sebagaimana pendapat imam al-Qadhi Husain.”

Imam Abdul Karim ar-Rafiiy dalam kitab Fathul Aziz Syarh al-Wajiz jilid 1 halaman 130: Jika membasuh tengkuk disebut perbuatan sunnah wudhu, maka membasuhnya dengan menggunakan air yang baru. Jika hanya dikatakan sebuah adab wudhu, maka membasuhnya cukup sekalian membasuhnya dengan air yang digunakan menyapu kedua telinga. Walaupun mayoritas ulama mengukuhkan pembasuhan tengkuk dengan air sisa basahan membasuh telinga. Imam Al-Mas’udiy dan Imam al-Baghawiy menambahkan bahwa membasuh tengkuk itu sebagai bentuk ithalah ghurrah (memanjangkan cahaya anggota wudhu di hari kiamat) dengan melebihkan basuhan anggota wudhu dari basuhan yang semestinya.

Imam al-Haramain Abdul Malik al-Juwainiy dalam kitab Nihayatul Mathlab Fi Dirayatil Mazhab jilid 1 halaman 84 menyebutkan: Para elite ahli hadis tidak ridho mengenai sanad hadis tersebut dan mereka memperkarakannya karena membasuh tengkuk diberikan label sunnah, sedangkan dalilnya tidak kuat.

Imam Muhyiddin an-Nawawi ad-Dimasyqiy dalam kita al-Majmu Syarh al-Muhazzab jilid 1 halaman 465 mengatakan:

وَأَمَّا قَوْلُ الْغَزَالِيِّ إنَّ مَسْحَ الرَّقَبَةِ سُنَّةٌ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسْحُ الرَّقَبَةِ أَمَانٌ مِنْ الْغُلِّ فَغَلَطٌ لِأَنَّ هَذَا مَوْضُوعٌ لَيْسَ مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَجَبٌ قَوْلُهُ لِقَوْلِهِ بِصِيغَةِ الْجَزْمِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ

Pendapat imam al-Ghazali terkait membasuh tengkuk sebagai perbuatan sunnah berdasarkan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Membasuh tengkuk melindungi jeratan rantai di hari kiamat” itu merupakan kekeliruan. Karena hadis tersebut palsu bukan perkataan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Sangat aneh al-Ghazaliy, menyebut hadis palsu dengan menggunakan kelugasan (terlalu pede). Allah Maha mengetahui.”

Mengenai Doa yang dibaca ketika membasuh tengkuk disebutkan oleh Imam al-Ghazaliy dalam kitab Ihya Ulumiddin jilid 1 halaman 34:

اللهم فك رقبتي من النار وأعوذ بك من السلاسل والأغلال

Allahumma Fukka Roqobati Minan Nar, Wa Audzubika Minas Salasili Wal Aghlal

Artinya: Ya Allah, selamatkan tengkukku dari neraka api neraka dan aku berlindung kepadaMu dari jeratan rantai dan belenggu di hari kiamat."

Kesimpulannya: Bagi yang mengamalkan membasuh tengkuk dalam berwudhu mengikuti para ahli ma’rifah dan yang menolak berpegang kepada ahli hadis. Semuanya punya dalil dalam mengamalkan ibadah. Boleh jadi Syekh Abdul Hamid as-Syarawani dalam Hasyiyah Tuhfatuh Muhtaj jilid 1 halaman 241, nandak mengutip pendapat Syekh Sulaiman al-Kurdiy:

وَخَبَرُ «مَسْحُ الرَّقَبَةِ أَمَانٌ مِنْ الْغِلِّ» مَوْضُوعٌ لَكِنَّهُ مُتَعَقَّبٌ بِأَنَّ الْخَبَرَ لَيْسَ بِمَوْضُوعٍ  . وَقَالَ الْكُرْدِيُّ عَلَيْهِ وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْمُتَأَخِّرِينَ مِنْ أَئِمَّتِنَا قَدْ قَلَّدُوا الْإِمَامَ النَّوَوِيَّ فِي كَوْنِ الْحَدِيثِ لَا أَصْلَ لَهُ وَلَكِنْ كَلَامُ الْمُحَدِّثِينَ يُشِيرُ إلَى أَنَّ الْحَدِيثَ لَهُ طُرُقٌ وَشَوَاهِدُ يَرْتَقِي بِهَا إلَى دَرَجَةِ الْحَسَنِ فَاَلَّذِي يَظْهَرُ لِلْفَقِيرِ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِمَسْحِهِ

Artinya: “Pernyataan hadis membasuh tengkuk melindungi dari belenggu di hari kiamat adalah hadis palsu, itu dikritik oleh para ulama setelah dikaji ulang ternyata bukan hadis palsu. Syekh Sulaiman al-Kurdiy menyimpulkan sesesungguhnya ulama mutaakhir (terkemudian) bermakmum kepada imam Nawawiy yang memberikan vonis hadis tentang membasuh tengkuk sebagai hadis bajakan (odong-odong). Akan tetapi pendapat ahli hadis memberikan pernyataan bahwa hadis tersebut memiliki banyak jalur periwayatan yang masing-masing menguatkan sehingga hadis yang lemah naik pangkat menjadi hadis hasan. Dan pendapat inilah yang saya pegang bahwa membasuh tengkuk boleh saja dilakukan.

Imam Abdul Qadir al-Fakihiy (wafat tahub 998 Hijriyah) dalam kitab al-Kifayah Syarh Bidayatil Hidayah halaman 133 berkata: "Mengenai hadis membasuh tengkuk, imam nawawiy memberikan bandrol palsu tetapi ulama hadis papan atas Imam Zainuddin al-Iraqiy mengatakan hadis Dhaif. Imam Ali Bin Muhammad al-Bakriy berkata walaupun dhaif tetapi boleh diamalkan

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 250.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy


instagram.com/rizkialbatawi


instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910


31 komentar:

Ali fikri mengatakan...

Alhamdulillah bertambah lgi ilmu ana..

Syukron baginda

Ali fikri mengatakan...

Alhamdulillah bertambah lgi ilmu ana..

Syukron baginda

Yayasan Almuafah mengatakan...

dengan wawasan cakrawala pengetahuan yang luas kita tidak mudah menyalahkan orang yang berbeda praktek ibadahnya dengan kita

Syaeful bahar mengatakan...

Pantesan nenek nenek banyak yang ngamalin.alhamdulillah terjawab

Syaeful bahar mengatakan...

Pantesan nenek nenek banyak yang ngamalin.alhamdulillah terjawab

Ali fikri mengatakan...

Setujuuu baginda

Unknown mengatakan...

Betul Baginda kita kudu punya wawasan pengetahuan yg luas

Ali fikri mengatakan...

Setujuuu baginda

Yayasan Almuafah mengatakan...

sekarang banyak muncul ustadz yang ngaku paling sunnah tetapi kaga khatam mengkaji induk kitabkitab hadis dan menguasai fiqh secara mendalam

Abdul Kodir mengatakan...

Itulah ilmu, bainas samaawaati wal ardh...
Tidak akan pernah habis untuk digali....


Gentaaaaqqq.....

Yayasan Almuafah mengatakan...

kalo ilmu nambah banyak manfaat, tapi kalo bini nambah bisa bikin puyeng.. shoheh apa kaga?

Yayasan Almuafah mengatakan...

ilmu adalah warisan para nabi sedangkan ulama para pewarisnya

Unknown mengatakan...

Belajar dgn guru yg sanadnya sampai kepada rosulullah itu lebih baik dari pada guru yg sanadnya sampai kepada goegle...syukron katsiron baginda ilmunya semoga bermanmanfaat dunia dab akhirat aamiin

Muh.Awaluddin mengatakan...

Alhamdulillah...Ilmu n pewaris dunia akhirat..

Yayasan Almuafah mengatakan...

belajar tanpa guru bisa sesat.. ketahuilah belajar dengan guru yang tidak memiliki sanad ilmu maka dipastikan akan lebih sesat ... ingat itu , waspadalah waspadalah

Unknown mengatakan...

Aku berlindung dari belenggu dihari kiamat.

Unknown mengatakan...

Aku berlindung dari belenggu dihari kiamat.

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah.... Berkah tuk baginda, serta kt semua instiqomah tuk mengali ilmu ya baginda


Yayasan Almuafah mengatakan...

aaaminn...

belenggu asmara bini muda boleh..

Yayasan Almuafah mengatakan...

semoga kita diberikan kekuatan mengamalkannya, bukan sekedar rajin ngaji nya

Yayasan Almuafah mengatakan...

mencari ilmu itu mulia, lebih mulia lagi adalah mengamalkan dan memasyarakatkan ilmu (mensyiarkannya)

Abdul khodir - al betawie mengatakan...

Syukron baginda ilmunye insyalloh d amalkan.

Muh.Awaluddin mengatakan...

Aamiin Yaa Baginda..

Unknown mengatakan...

Syukron pak kyai

Abdul azis mengatakan...

Subhanallah....

Abdul azis mengatakan...

Subhanallah....

Syaeful bahar mengatakan...

Ane juga mau belenggu asmara bini muda

Syaeful bahar mengatakan...

Ane juga mau belenggu asmara bini muda

Unknown mengatakan...

Robbi dzidnii 'ilman naafi'ah wa'amalam mutaqobbala

Samarinda Hills mengatakan...

Alhamdulillah bertambah ilmu

Rahadian 'Abdurrohman mengatakan...

alhamdulillah..tinggal amalkan saja skarang...jazakallohu khoir kyai..(ian-lombok)