Hukuman Para Pelaku Pesta Seks
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا
له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:
Ada lima orang melakukan pemerkosaan terhadap seorang gadis yang
menjadi kembang desa (cantik, montok bahenol plus semok). Hakim memutuskan:
@ Orang pertama divonis mendapat hukuman mati dengan dipenggal
kepalanya.
@ Orang kedua diberikan hukuman rajam (dipendam di tanag seluruh
badannya kecuali leher dan kepalanya lalu dilemparkan baru secara masal sampai
mati).
@ Orang ketiga mendapat had (hukuman) dengan dicambuk seratus kali
kemudian diasingkan selama satu tahun ke tempat yang jaraknya jauh atau sekira-kira
sudah diperbolehkan shalat Qashar (90 Km terhitung dari batas kota).
@ Orang keempat hanya mendapat hukuman separo dari orang ketiga
(dicambuk 50 kali dan diasingkan selama 6 bulan).
@ Orang kelima tidak mendapat hukuman apa-apa?
Pertanyaannya: Siapa kelima orang yang melakukan pesta seks
tersebut?
Jawaban:
@ Orang pertama adalah orang yang saat ditanya oleh hakim: “Mengapa
kamu memperkosa atau berzina” lalu orang tersebut menjawab: “Zina itu halal dan
tidak ada yang bisa melarang saya berzina” Lalu hakim memerintahkan orang itu berkali-kali
untuk bertaubat tetapi ia tidak mau. Karena orang tersebut telah menghalalkan sesuatu
yang Allah Taala haramkan, maka ia telah murtad. Disuruh taubat tidak mau, maka
diwajib dipenggal.
@ Orang kedua adalah Pelaku zina yang sudah pernah merasakan jima’ pada
pernikahan yang sah (zina Muhshan). Pezina yang pernah menikah (al-Muhshân)
dihukum rajam (dilempar dengan batu) sampai mati. Hukuman ini berdasarkan
al-Qur`an, hadits mutawatir dan ijma’ kaum muslimin. Ayat yang menjelaskan
tentang hukuman rajam dalam al-Qur`an meski telah dihapus lafadznya namun
hukumnya masih tetap diberlakukan. Sayidina Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘anh
menjelaskan dalam khuthbahnya :
إِنَّ
اللهَ أَنْزَلَ عَلَى نَبِيِّهِ الْقُرْآنَ وَكَانَ فِيْمَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ
آيَةُ الرَّجْمِ فَقَرَأْنَاهَا وَوَعَيْنَاهَا وَعَقَلْنَاهَا وَرَجَمَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم وَرَجَمْنَا بَعْدَهُ وَ أَخْشَى إِنْ طَالَ بِالنَّاسِ
زَمَانٌ أَنْ يَقُوْلُوْا : لاَ نَجِدُ الرَّجْمَ فِيْ كِتَابِ الله فَيَضِلُّوْا
بِتَرْكِ فَرِيْضَةٍ أَنْزَلَهَا اللهُ وَ ِإِنَّ الرَّجْمَ حَقٌّ ثَابِتٌ فِيْ
كِتَابِ اللهِ عَلَى مَنْ زَنَا إِذَا أَحْصَنَ إِذَا قَامَتِ الْبَيِّنَةُ أَوْ
كَانَ الْحَبَل أَوْ الإِعْتِرَاف.
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Qur`an kepada NabiNya
dan diantara yang diturunkan kepada beliau adalah ayat Rajam. Kami telah
membaca, memahami dan mengetahui ayat itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melaksanakan hukuman rajam dan kamipun telah melaksanakannya setelah
beliau. Aku khawatir apabila zaman telah berlalu lama, akan ada orang-orang
yang mengatakan: “Kami tidak mendapatkan hukuman rajam dalam kitab Allah!”
sehingga mereka sesat lantaran meninggalkan kewajiban yang Allah Azza wa Jalla
telah turunkan. Sungguh (hukuman) rajam adalah benar dan ada dalam kitab Allah
untuk orang yang berzina apabila telah pernah menikah (al-Muhshân), bila telah
terbukti dengan pesaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri”. (Shahih al-Bukhâri
dalam kitab al-Hudûd, Bab al-I’tirâf biz-Zinâ 1829 dan Muslim dalam kitab
al-Hudûd no. 1691).
Sedangkan lafadz ayat rajam tersebut diriwayatkan dalam Sunan Ibnu
Mâjah :
وَالشَّيْخُ
وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوْهُمَا الْبَتَهْ نَكَلاً مِنَ اللهِ وَ
اللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Lelaki dan perempuan yang sudah tua (sudah menikah) apabila
keduanya berzina maka rajamlah keduanya sebagai balasan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.
Sedangkan dasar hukuman rajam yang berasal dari sunnah, maka ada
riwayat mutawatir dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik perkataan
maupun perbuatan yang menerangkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah merajam pezina yang al-Muhshân (ats-Tsaib al-Zâni).
Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan: Para ulama telah berijma’
(sepakat) bahwa orang yang dihukum rajam, terus menerus dilempari batu sampai
mati.
Ibnu Qudâmah rahimahullah menyatakan: Kewajiban merajam pezina
al-muhshân baik lelaki atau perempuan adalah pendapat seluruh para ulama dari
kalangan sahabat, tabi’in dan ulama-ulama setelah mereka diseluruh negeri islam
dan kami tidak mengetahui ada khilaf (perbedaan pendapat diantara para ulama)
kecuali kaum Khawarij.
Meski demikian, hukuman rajam ini masih saja diingkari oleh
orang-orang Khawarij dan sebagian cendikiawan modern padahal mereka tidak
memiliki hujjah dan hanya mengikuti hawa nafsu serta nekat menyelisihi
dalil-dalil syar’i dan ijma’ kaum muslimin.
@ Orang ketiga adalah Pelaku zina yang belum pernah merasakan jima’
pada pernikahan yang sah (zina Ghair Muhshan). Dasar hukum didera atau cambuk
adalah firman Allah dalam surah An-Nur ayat 2.
الزَّانِيَةُ
وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا
تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ
"Perempuan yang berzina dan laki-laki
yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera,
dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman."
Selain dicambuk seratus kali, pelaku zina Ghair Muhshan mendapat
hukuman tambahan berupa taghrib (diasingkan) hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خُذُوْا
عَنِّيْ ، خُذُوْا عَنِّيْ ، قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيْلاً ، الْبِكْرُ
بِالْبِكْرِ جِلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيْبُ عَامٍ .
“Ambillah dariku! ambillah dariku! Sungguh Allah telah menjadikan
bagi mereka jalan, yang belum al-muhshaan dikenakan seratus dera dan diasingkan
setahun.” [Shahih Imam Muslim].
@ Orang keempat adalah seorang budak. Budak mendapat separuh
hukuman dari orang merdeka.
@ Orang kelima adalah orang gila. Orang gila dianggap shohibul ma’lum
tidak kena hukum.
NB: Hukum penggal, rajam dan had dilakukan apabila di negri tersebut memakai undang-undang syariat hukum Islam. Dan yang berhak memutuskan hukuman tersebut adalah hakim yang sah dalam negara yang berlandaskan syariat Islma, bukan ormas atau sekelompok orang
NB: Hukum penggal, rajam dan had dilakukan apabila di negri tersebut memakai undang-undang syariat hukum Islam. Dan yang berhak memutuskan hukuman tersebut adalah hakim yang sah dalam negara yang berlandaskan syariat Islma, bukan ormas atau sekelompok orang
Dikutip ulang dari kitab ittihaful
amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy
jilid 2 halaman 253.
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy
instagram.com/rizkialbatawi
instagram.com/Zulqornain_Muafiy
********* ******** ********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل
شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة
لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO:
5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910
26 komentar:
Berarti orang yg memperkosa harus gila dulu baginda hehehe
itu orang gila.. betemen ama ente .. jadi terjerumus pergaulan negatif.. tau tuh orang gila.. sering ente ajak maen disawah ngeliat kambing belaki kali ya ... kekekke
hhhh...postingan yang bagus
Semoga bermanfaat
Alhamdulillah bertambah pemahaman ana
Gokil nte bang chaerul...
Hadeeh
Gokil nte bang chaerul...
Hadeeh
Alhamdulillah bertambah pemahaman ana
Ngaku nya bujangan punya ini punya itu wkwkwkwk kelaut aja
Barokallahu fikum
Nah kena ente bang Chaerul, pelaku nomer 5😬😬😬😬
Syukron kyai penambahan ilmu terkait hukuman orang berzina..
Aamiin ya Robb
Manfaat ...pelaku pertama provokator
Manfaat ...pelaku pertama provokator
Parah nih bang mau dipraktekkin nih kayanya
Parah nih bang mau dipraktekkin nih kayanya
Syukron...baginda atas pelajarannya,tambah lagi pemahaman saya.
Makan hukumannya lebih tragis
Jangan bosen ya..
Semoga kita dalam lindungan Allah
Robbi zidna ilman wa fahman wa 'amalan wa fathan wa nuron
Buju busut...
Mantaabbb
فتح الله لكم ونفع بكم العباد والبلاد
InsyAllah jadi ilmu
Posting Komentar