Karamah Imam al-Biqa'i (Ijazah Langsung Dari Rasulullah)
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا
له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:
Ada seorang pakar Tafsir yang terkenal dengan sebutan Imam al-Biqa’i
rahimahullah yang mendapat ijazah langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dalam membaca al-Qur’an. Dikisahkan bahwa beliau bermimpi bertemu
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan beliau membaca awal-awal ayat dari
surat an-Nahl. ( Dikutip ulang dari kitab ittihaful
amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy
jilid 2 halaman 78).
Adapun biografi Imam al-Biqa’i rahimahullah telah ditulis oleh: (http://bintuqaryah.blogspot.co.id/2016/12/biografi-imam-burhanuddin-al-biqai_25.html)
Nama lengkap beliau adalah Abu al-Hasan Ibrahim Ibnu Umar Ibnu
Hasan ar-Rubath al-Biqa’i ad-Dimasyqi asy-Syafi’i. Beliau lahir di desa Khirbat
Rûhah di sebuah daerah bernama Biqa’ pada tahun 809 H. Dan wafat di
Damaskus tahun 885 H. Pada usia 76 tahun.[1]
Nama al-Biqa’i diambil dari daerah asalnya yaitu lembah Biqa’ yang
terletak di Libanon yang dulunya termasuk negara Suriah sebelum adanya
pembagian Syam menjadi beberapa negara.[2]
Beliau lahir dari orang tua fakir yang hidup serba pas-pasan.
Mereka tidak punya kekayaan dunia sama sekali. Dari asuhan kedua orang tuanya
inilah al-biqa’i belajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis.[3]
Burhanuddin al-Biqa’i hidup pada masa daulah al-Mamâlîk yaitu masa
yang dimulai dari berakhirnya daulah al-Ayyûbiyyîn (648H) dan berakhir pada
awal kemenangan Turki ‘Utsmaniyah (923H).[4]
Pada masa itu sistem sosial
masyarakat daulah al-Mamâlîk terbagi menjadi dua. Pertama, kelompok
pemimpin yang terdiri dari para Sultan, pemimpin dan prajurit[5].Kedua, kelompok masyarakat. Kelompok ini
terdiri dari enam komponen yaitu:
1. Orang kaya dari para pedagang
(pengusaha).
2. golongan menengah, yaitu para
pedagang di pasar dan orang-orang yang mempunyai profesi.
3. Para petani yang berada di
pedesaan.
4. Para kuli dan pekerja ringan.
5. Orang-orang fakir yaitu
kebanyakan para ahli fikih dan penuntut ilmu.
6. Orang miskin dan
berkebutuhan. Yaitu para peminta yang menggantungkan hidupnya pada pemberian
orang lain.[6]
Di antara enam golongan di atas, yang paling dekat dengan penguasa
adalah para ulama. Akan tetapi kedekatan itu hanya sebatas qadha’ (memutuskan
perkara), penulisan buku dan syair-syair, dan mengajar di perguruan tinggi dan
masjid.
a. Latar Belakang Pendidikan
Kecerdasan imam al-Biqa’i sudah muncul sejak beliau masih kecil.
Terbukti dengan beliau bisa selesai menyetorkan hafalan al-Qur’an kepada
pamannya sejak usia sepuluh tahun.[7]Pada saat berusia 12 tahun, yaitu pada
tahun 821 H. keluarganya diserang oleh sekelompok kabilah yang disebut banu
mazâhimyang mengakibatkan Ayah dan pamannya terbunuh sedangkan al-Biqa’i kecil
mendapatkan tiga luka pukulan pedang di badannya, salah satunya di bagian
kepala[8]. Hampir saja beliau meninggal karena luka
yang mengenainya. Imam al-Biqa’i kemudian diasuh oleh kakek dari ibunya yang
bernama ‘Ali Ibnu Muhammad as-Salmi kemudian dibawa ke Damaskus untuk tinggal
bersamanya.[9]
Al-Biqa’i mulai belajar di Damaskus dan bertalaqqi[10]berbagai ilmu kepada para ulama Syam
dalam ilmu qiro’ah, tafsir, hadits, fikih, dan bahasa. Salah satu ulama besar
yang menjadi gurunya adalah imam Syamsuddin Ibnu al-Jazari pada tahun 827 H[11]. Akan tetapi imam al-Biqa’i tidak lama
tinggal di damaskus. Beliau meninggalkan Damaskus kemudian pergi ke al-Quds.
Disana, beliau bertemu dengan para ulama dan belajar kepada mereka. Pada usia
18 tahun, beliau belajar dan menghafal duamundzumah ibnu al-Ha’im tentang
al-jabar dan perhitungan. Beliau juga mengarang sebuah mandzumah[12] dalam bidang yang sama yang diberi
nama al-Bâhah.[13]
Beliau kembali ke damaskus Setelah mendengar kabar tentang
kematian ibunya pada tahun 828 H. dan lama tinggal disana. Beliau menghafal
setengah pertama dari kitab al-Bahjahkarya ibn al-Wardi dan mengarang
kitab Kifâyat al-Qâri’ Wa Ghaniyyat al-Muqri’ dalam
riwayat Abu Amru. Beliau juga menghadiri pelajaran
syekh Taqiyuddin Ibnu Qodli danbermulazamah kepada
syekh Tajuddin Ibnu Bahar sampai syekhnya meninggal pada tahun
831 H.[14]
Pada tahun 832 imam al-Biqa’i meninggalkan Damaskus untuk
pergi ke al-Quds dan menetap di sana selama dua tahun. Di al-Quds beliau
menghafal kitab at-Tuhfah karya Ibnu Hajar dan belajar kitab Kâfiyah karya
ibnu al-Hajib dalam ilmu sharaf.[15]
Tidak lama kemudian, beliau tinggal di Kairo dalam beberapa waktu
untuk belajar kepada para ulama besar. Di Mesir, al-Biqa’i bertemu dengan
beberapa ulama setempat terutama al-Hafizh[16] Ibnu Hajar al-‘Asqolani yang
selanjutnya al-Biqa’i bermulazamah[17] dan banyak berguru kepada beliau.
Ibnu Hajar sangat mengagumi perannya, beliau banyak memuji al-Biqa’i dan sangat
memperhitungkannya diantara murid-murid yang lain. Beliau memberinya
gelar “al-‘allâmah[18]” dan banyak memuji karya-karya al-Biqa’i.[19]
Pada tahun 841 H. Beliau pergi ke Hijaz untuk menunaikan ibadah
haji. Beliau thawaf di Hijaz dan pergi ke Madina untuk berkunjung ke masjid
nabawi dan shalat di sana.[20] Setelah selesai menunaikan haji,
beliau kembali ke Mesir.[21]
Akan tetapi al-Biqa’i tidak tinggal di Kairo selamanya lantaran ada
beberapa orang yang hasad ketika beliau menulis kitab Nazhm ad-Duror Fî
Tanâsub al-Âyât Wa as-Suwar yang kemudian mereka membujuk para hakim dan
menyebarkan fitnah antara beliau dan para sultan,[22] bahkan beliau nyaris dijatuhi
hukuman mati karena banyak uraiannya yang belum populer di kalangan masyarakat,[23] sehingga membuat beliau terpaksa
kembali ke Damaskus sampai beliau wafat pada malam Sabtu 18 Rajab
885 H.[24]
Burhanuddin al-Biqa’i mempunyai tulisan yang bagus,
dan khat yang indah. Dari
keahlian inilah beliau mencari nafkah.Beliau hidup zuhud,
qona’ah, dan punya harga diri. Al-Biqa’i tidak pernah
mendatangi penguasa untuk meminta pertolongan.[25]
Karena pada masa itu Damaskus dijajah oleh para tentara salib, maka
beliau termasuk ulama’ yang turut serta berjihad melawan mereka. Al-Biqa’i
adalah tentara yang pemberani, tidak takut pada musuh, serta tidak pernah takut
pada banyaknya jumlah tentara musuh meskipun jumlah tentara muslimin sedikit.[26]
Selama hidupnya, beliau tinggal di masjid untuk menjauhkan diri
dari kesenangan duniawi dan mencari ketenangan, kedamaian, dan tempat yang
nyaman untuk menulis karya-karyanya serta menjauhkan diri dari orang-orang
hasad yang membencinya.[27]
b. Guru Imam al-Biqa’i
Pengenalannya terhadap ilmu-ilmu al-Qur’an diawali dengan belajar
ilmu qira’ah di bawah bimbingan Ibn al-Jazari (w. 833 H) ahli qira’ah dari
Suriah. Selanjutnya al-Biqa’i mendalami berbagai ilmu agama dari
berbagai ulama ahli pada masanya. Diantara ulama yang menjadi gurunya adalah:
1. Ibnu Hajar al-‘Asqolani ahli
Hadits (w. 852 H).
2. at-Taj bin Bahadir dalam
bidang fikih dan nahwu (w. 877 H/1473 M).
3. at-Taqi al-Hushani ahli
hadist dan fikih (w. 835 H/1431 M).
4. at-Taj al-Garabili ahli
hadist sekaligus sejarawan (w. 835 H/ 1431 M).
5. Abu al-Fadil al-Magrabi ahli
fikih (w. 866 H/1465 M).
6. al-Qayani sastrawan dan ahli
ushul fikih (lahir 782 H/1380 M).
7. al-‘Imad Ibnu Syaraf.[28]
c. Karya-Karya Imam Burhanuddin al-Biqa’i
Burhanuddin al-Biqa’i adalah seorang ulama yang produktif.
Disamping menulis tentang tafsir, beliau juga menulis tentang berbagi macam
bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqih, qira’ah, bahasa dan
sebagainya. Diantara karya beliau adalah:
1. Nazhm ad-Duror
Fî Tanâsub al-Âyât Wa as-Suwar. Kitab ini diterbitkan oleh tiga
penerbit; Dairât al-Ma’ârif al-UtsmâniyahIndia sebanyak 22 jilid, Dâr
al-Kitâb al-Islâmi kairo sebanyak 22 jilid dan Dâr al-Kutub
al-‘Ilmiyyah libanon sebanyak 8 jilid.
2. Mashâid an-Nazhar li
al-Asyrâf ‘Alâ Maqâshid as-Suwarditerbitkan oleh Maktabah Dâr al-Ma’ârif di
Riyadh.
3. ‘Unwân al-Zamân Fî Tarâjum
al-Syuyûkh wa al-Aqrân. Kitab ini masih berupa manuskrip di salah satu
perpustakaan di turki.
4. Aswâq al-Asywâq. Karya
ini beliau tulis sebanyak 280 halaman dan masih berupa manuskrip di
perpustakaan umum Rubbaht.
5. Al-Ibâhah fî Syarh
al-Bâhah. Yaitu nazham (bait) dalam bidang perhitungan sebanyak
200 halaman. Beliau menulisnya pada tahun 827 H. ketika berusia 18 tahun
dan sekarang masih menjadi menuskrip di perpustakaan mesir.
6. Jawâhir al-Bihâr fi Nazhm
sîrot al-Mukhtâr. Berupa manuskrip di Dâr al-Mishriyyah sebanyak 38
halaman.
7. Badzl an-Nushh Wa
asy-Syafaqah li at-Ta’rîf Bi Shahbah yang masih menjadi manuskrip.
8. Al-Qaul al-Mufîd Fi Ilmi
at-Tajwîd. Tersimpan sebagai manuskrip di sebuah perpustakaan di Riyadh.[29]
[1]Sholah Abdul Fattah, tt, Ta’rîf ad-Dârisîn Bimanâhij al-Mufassirîn:
Asyhur al-MufassirînBi ar-ra’yi al-Mahmud, (Damaskus:
Dar al-Qalam), Hlm. 448
[2] Burhanuddin Al-Biqa’i, 1987, Mashâ’id an-Nazhar Lil Isyrâf ‘Alâ Maqâshid as-Suwar,
(Riyadh: Maktabah al-Ma’arif), cet-1, jld 1, hlm. 32
[8] Ibnu al-‘Imad, 1998, Syadzarât adz-Dzahab Fî Akhbâri Man
Dzahab, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah) cet-1, jilid 9, Hlm. 486
[10] Talaqqi secara bahasa berarti bertemu, yaitu belajar
secara berhadapan dengan guru. Sedangkan secara istilah talaqqi adalah
belajar ilmu agama secara langsung kepada guru yang mempunyai kompetensi ilmu,
terpercaya (tsiqah), kuat hafalannya (dhabith) dan mempunyai sanad yang
bersambung dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
[17] sistem belajar dimana murid belajar langsung kepada syaikh
pada setiap cabang ilmu, mulai dari kitab terkecil sampai kitab besar, dan
tidak boleh naik ke kitab selanjutnya melainkan kitab sebelumnya sudah
dikuasai.
[18] Orang yang pakar dalam ilmu syariat, gelar keilmuan yang menunjukkan
penyandangnya adalah seorang ulama yang ilmunya seperti lautan.
[23] M. Quraish Shihab, 2012, Tafsîr al-Misbâh, (Ciputat:
Lentera Hati), cet. 5, volume 1, hlm. xxix
[28]‘Ali asy-Syaukani, tt, al-Badr ath-Thâli’ Bi Mahâsin Man Ba’da
al-Qarn as-Sâbi’ (Kairo: Dar al-Ma’rifah), cet-, jilid 1, Hlm. 20
[29] Khairuddin az-Zirikli, 2002, al-A’lâm Qâmûs Tarâjim, (Beirut:
Dâr al-‘Ilm al-Malâyîn), cet-13, jilid 1, hlm. 56
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy M.A
Ikuti Kajian Islam:
instagram.com/rizkialbatawi
@rizkialbatawi
********* ******** ********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل
شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة
لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO:
5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910
10 komentar:
Robbi fanfa'na bibarokatihi wahdinal husna bi hurmatihi
Robbi fanfa'na bibarokatihi wahdinal husna bi hurmatihi
بارك الله فيكم ونفع بكم
Subhanallah...
والحمد لله
Alhamdulillah trima kash ilmunya kyai..moga berkah
Alhamdulillah trima kash ilmunya kyai..moga berkah
Alhamdulillah Syukron baginda ilmunya.
Ajiiib ini ilmu syukron kyai..
فتح الله لكم
Posting Komentar