Rabu, 01 November 2017

Karamah Imam al-Biqa'i (Ijazah Langsung Dari Rasulullah)

Karamah Imam al-Biqa'i (Ijazah Langsung Dari Rasulullah)

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Ada seorang pakar Tafsir yang terkenal dengan sebutan Imam al-Biqa’i rahimahullah yang mendapat ijazah langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam membaca al-Qur’an. Dikisahkan bahwa beliau bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan beliau membaca awal-awal ayat dari surat an-Nahl. (Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 78).

Adapun biografi Imam al-Biqa’i rahimahullah telah ditulis oleh: (http://bintuqaryah.blogspot.co.id/2016/12/biografi-imam-burhanuddin-al-biqai_25.html)

Nama lengkap beliau adalah Abu al-Hasan Ibrahim Ibnu Umar Ibnu Hasan ar-Rubath al-Biqa’i ad-Dimasyqi asy-Syafi’i. Beliau lahir di desa Khirbat Rûhah di sebuah daerah bernama Biqa’ pada tahun 809 H. Dan wafat di Damaskus tahun 885 H. Pada usia 76 tahun.[1]

Nama al-Biqa’i diambil dari daerah asalnya yaitu lembah Biqa’ yang terletak di Libanon yang dulunya termasuk negara Suriah sebelum adanya pembagian Syam menjadi beberapa negara.[2]

Beliau lahir dari orang tua fakir yang hidup serba pas-pasan. Mereka tidak punya kekayaan dunia sama sekali. Dari asuhan kedua orang tuanya inilah al-biqa’i belajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis.[3]

Burhanuddin al-Biqa’i hidup pada masa daulah al-Mamâlîk yaitu masa yang dimulai dari berakhirnya daulah al-Ayyûbiyyîn (648H) dan berakhir pada awal kemenangan Turki ‘Utsmaniyah (923H).[4]

Pada masa itu sistem sosial masyarakat daulah al-Mamâlîk terbagi menjadi dua. Pertama, kelompok pemimpin yang terdiri dari para Sultan, pemimpin dan prajurit[5].Kedua, kelompok masyarakat. Kelompok ini terdiri dari enam komponen yaitu:
1.      Orang kaya dari para pedagang (pengusaha).
2.      golongan menengah, yaitu para pedagang di pasar dan orang-orang yang mempunyai profesi.
3.      Para petani yang berada di pedesaan.
4.      Para kuli dan pekerja ringan.
5.      Orang-orang fakir yaitu kebanyakan para ahli fikih dan penuntut ilmu.
6.      Orang miskin dan berkebutuhan. Yaitu para peminta yang menggantungkan hidupnya pada pemberian orang lain.[6]

Di antara enam golongan di atas, yang paling dekat dengan penguasa adalah para ulama. Akan tetapi kedekatan itu hanya sebatas qadha’ (memutuskan perkara), penulisan buku dan syair-syair, dan mengajar di perguruan tinggi dan masjid.

a.  Latar Belakang Pendidikan
Kecerdasan imam al-Biqa’i sudah muncul sejak beliau masih kecil. Terbukti dengan beliau bisa selesai menyetorkan hafalan al-Qur’an kepada pamannya sejak usia sepuluh tahun.[7]Pada saat berusia 12 tahun, yaitu pada tahun 821 H. keluarganya diserang oleh sekelompok kabilah yang disebut banu mazâhimyang mengakibatkan Ayah dan pamannya terbunuh sedangkan al-Biqa’i kecil mendapatkan tiga luka pukulan pedang di badannya, salah satunya di bagian kepala[8]. Hampir saja beliau meninggal karena luka yang mengenainya. Imam al-Biqa’i kemudian diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama ‘Ali Ibnu Muhammad as-Salmi kemudian dibawa ke Damaskus untuk tinggal bersamanya.[9]

Al-Biqa’i mulai belajar di Damaskus dan bertalaqqi[10]berbagai ilmu kepada para ulama Syam dalam ilmu qiro’ah, tafsir, hadits, fikih, dan bahasa. Salah satu ulama besar yang menjadi gurunya adalah imam Syamsuddin Ibnu al-Jazari pada tahun 827 H[11]. Akan tetapi imam al-Biqa’i tidak lama tinggal di damaskus. Beliau meninggalkan Damaskus kemudian pergi ke al-Quds. Disana, beliau bertemu dengan para ulama dan belajar kepada mereka. Pada usia 18 tahun, beliau belajar dan menghafal duamundzumah ibnu al-Ha’im tentang al-jabar dan perhitungan. Beliau juga mengarang sebuah mandzumah[12] dalam bidang yang sama yang diberi nama al-Bâhah.[13]

Beliau kembali ke damaskus Setelah mendengar kabar tentang kematian ibunya pada tahun 828 H. dan lama tinggal disana. Beliau menghafal setengah pertama dari kitab al-Bahjahkarya ibn al-Wardi dan mengarang kitab Kifâyat al-Qâri’ Wa Ghaniyyat al-Muqri’ dalam riwayat Abu Amru. Beliau juga menghadiri pelajaran syekh Taqiyuddin Ibnu Qodli danbermulazamah kepada syekh Tajuddin Ibnu Bahar sampai syekhnya meninggal pada tahun 831 H.[14]

Pada tahun 832 imam al-Biqa’i meninggalkan Damaskus untuk pergi ke al-Quds dan menetap di sana selama dua tahun. Di al-Quds beliau menghafal kitab at-Tuhfah karya Ibnu Hajar dan belajar kitab Kâfiyah karya ibnu al-Hajib dalam ilmu sharaf.[15]

Tidak lama kemudian, beliau tinggal di Kairo dalam beberapa waktu untuk belajar kepada para ulama besar. Di Mesir, al-Biqa’i bertemu dengan beberapa ulama setempat terutama al-Hafizh[16] Ibnu Hajar al-‘Asqolani yang selanjutnya al-Biqa’i bermulazamah[17] dan banyak berguru kepada beliau. Ibnu Hajar sangat mengagumi perannya, beliau banyak memuji al-Biqa’i dan sangat memperhitungkannya diantara murid-murid yang lain. Beliau memberinya gelar “al-‘allâmah[18]” dan banyak memuji karya-karya al-Biqa’i.[19]

Pada tahun 841 H. Beliau pergi ke Hijaz untuk menunaikan ibadah haji. Beliau thawaf di Hijaz dan pergi ke Madina untuk berkunjung ke masjid nabawi dan shalat di sana.[20] Setelah selesai menunaikan haji, beliau kembali ke Mesir.[21]

Akan tetapi al-Biqa’i tidak tinggal di Kairo selamanya lantaran ada beberapa orang yang hasad ketika beliau menulis kitab Nazhm ad-Duror Fî Tanâsub al-Âyât Wa as-Suwar yang kemudian mereka membujuk para hakim dan menyebarkan fitnah antara beliau dan para sultan,[22] bahkan beliau nyaris dijatuhi hukuman mati karena banyak uraiannya yang belum populer di kalangan masyarakat,[23] sehingga membuat beliau terpaksa kembali ke Damaskus sampai beliau wafat pada malam Sabtu 18 Rajab 885 H.[24]

Burhanuddin al-Biqa’i mempunyai tulisan yang bagus, dan khat yang indah. Dari keahlian inilah beliau mencari nafkah.Beliau hidup zuhud, qona’ah, dan punya harga diri. Al-Biqa’i tidak pernah mendatangi penguasa untuk meminta pertolongan.[25]

Karena pada masa itu Damaskus dijajah oleh para tentara salib, maka beliau termasuk ulama’ yang turut serta berjihad melawan mereka. Al-Biqa’i adalah tentara yang pemberani, tidak takut pada musuh, serta tidak pernah takut pada banyaknya jumlah tentara musuh meskipun jumlah tentara muslimin sedikit.[26]

Selama hidupnya, beliau tinggal di masjid untuk menjauhkan diri dari kesenangan duniawi dan mencari ketenangan, kedamaian, dan tempat yang nyaman untuk menulis karya-karyanya serta menjauhkan diri dari orang-orang hasad yang membencinya.[27]

b.   Guru Imam al-Biqa’i
Pengenalannya terhadap ilmu-ilmu al-Qur’an diawali dengan belajar ilmu qira’ah di bawah bimbingan Ibn al-Jazari (w. 833 H) ahli qira’ah dari Suriah. Selanjutnya al-Biqa’i mendalami berbagai ilmu agama dari berbagai ulama ahli pada masanya. Diantara ulama yang menjadi gurunya adalah:
1.      Ibnu Hajar al-‘Asqolani ahli Hadits (w. 852 H).
2.      at-Taj bin Bahadir dalam bidang fikih dan nahwu (w. 877 H/1473 M).
3.      at-Taqi al-Hushani ahli hadist dan fikih (w. 835 H/1431 M).
4.      at-Taj al-Garabili ahli hadist sekaligus sejarawan (w. 835 H/ 1431 M).
5.      Abu al-Fadil al-Magrabi ahli fikih (w. 866 H/1465 M).
6.      al-Qayani sastrawan dan ahli ushul fikih (lahir 782 H/1380 M).
7.       al-‘Imad Ibnu Syaraf.[28]

c.    Karya-Karya Imam Burhanuddin al-Biqa’i
Burhanuddin al-Biqa’i adalah seorang ulama yang produktif. Disamping menulis tentang tafsir, beliau juga menulis tentang berbagi macam bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqih, qira’ah, bahasa dan sebagainya. Diantara karya beliau adalah:

1.      Nazhm ad-Duror Fî Tanâsub al-Âyât Wa as-Suwar. Kitab ini diterbitkan oleh tiga penerbit; Dairât al-Ma’ârif al-UtsmâniyahIndia sebanyak 22 jilid, Dâr al-Kitâb al-Islâmi kairo sebanyak 22 jilid dan Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah libanon sebanyak 8 jilid.
2.      Mashâid an-Nazhar li al-Asyrâf ‘Alâ Maqâshid as-Suwarditerbitkan oleh Maktabah Dâr al-Ma’ârif di Riyadh.
3.      ‘Unwân al-Zamân Fî Tarâjum al-Syuyûkh wa al-Aqrân. Kitab ini masih berupa manuskrip di salah satu perpustakaan di turki.
4.      Aswâq al-Asywâq. Karya ini beliau tulis sebanyak 280 halaman dan masih berupa manuskrip di perpustakaan umum Rubbaht.
5.      Al-Ibâhah fî Syarh al-Bâhah. Yaitu nazham (bait) dalam bidang perhitungan sebanyak 200 halaman. Beliau menulisnya pada tahun 827 H. ketika berusia 18 tahun dan sekarang masih menjadi menuskrip di perpustakaan mesir.
6.      Jawâhir al-Bihâr fi Nazhm sîrot al-Mukhtâr. Berupa manuskrip di Dâr al-Mishriyyah sebanyak 38 halaman.
7.      Badzl an-Nushh Wa asy-Syafaqah li at-Ta’rîf Bi Shahbah yang masih menjadi manuskrip.
8.      Al-Qaul al-Mufîd Fi Ilmi at-Tajwîd. Tersimpan sebagai manuskrip di sebuah perpustakaan di Riyadh.[29]





[1]Sholah Abdul Fattah, tt, Ta’rîf ad-Dârisîn Bimanâhij al-Mufassirîn: Asyhur al-MufassirînBi ar-ra’yi al-Mahmud, (Damaskus: Dar al-Qalam), Hlm. 448
[2] Burhanuddin Al-Biqa’i,  1987, Mashâ’id an-Nazhar Lil Isyrâf ‘Alâ Maqâshid as-Suwar, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif), cet-1, jld 1, hlm. 32
[3] Ibid.., hlm. 34
[4] Ibid.., hlm. 13
[5] Ibid., hlm 19
[6] Ibid.., hlm 20
[7] Ibid.., hlm 34
[8] Ibnu al-‘Imad, 1998, Syadzarât adz-Dzahab Fî Akhbâri Man Dzahab, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah) cet-1, jilid 9, Hlm. 486
[9] Burhanuddin Al-Biqa’i,  1987, Mashâ’id an-Nazhar ......., hlm. 34
[10] Talaqqi secara bahasa berarti bertemu, yaitu belajar secara berhadapan dengan guru. Sedangkan secara istilah talaqqi adalah belajar ilmu agama secara langsung kepada guru yang mempunyai kompetensi ilmu, terpercaya (tsiqah), kuat hafalannya (dhabith) dan mempunyai sanad yang bersambung dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
[11] Ibnu al-‘Imad, Syadzarât adz-Dzahab ........, hlm. 486
[12] Manzhumah adalah bait syair yang berisi tentang ilmu tertentu.
[13] Burhanuddin Al-Biqa’i,  1987, Mashâ’id an-Nazhar ......., hlm. 35
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Al-hafizh adalah gelar untuk ahli hadits yang sudah menghafal 100.000 hadits.
[17] sistem belajar dimana murid belajar langsung kepada syaikh pada setiap cabang ilmu, mulai dari kitab terkecil sampai kitab besar, dan tidak boleh naik ke kitab selanjutnya melainkan kitab sebelumnya sudah dikuasai.
[18] Orang yang pakar dalam ilmu syariat, gelar keilmuan yang menunjukkan penyandangnya adalah seorang ulama yang ilmunya seperti lautan.
[19] Ibid., hlm. 36
[20] Ibid.
[21] Ibid., hlm. 37
[22] Ibid.
[23] M. Quraish Shihab, 2012, Tafsîr al-Misbâh, (Ciputat: Lentera Hati), cet. 5, volume 1, hlm. xxix
[24]Sholah Abdul Fattah, Ta’rîf ad-Dârisîn..., hlm. 449
[25] Ibid.
[26]Burhanuddin Al-Biqa’i, Mashâ’id an-Nadzar..., hlm. 38
[27] Ibid., hlm. 38
[28]‘Ali asy-Syaukani, tt, al-Badr ath-Thâli’ Bi Mahâsin Man Ba’da al-Qarn as-Sâbi’ (Kairo: Dar al-Ma’rifah), cet-, jilid 1, Hlm. 20
[29] Khairuddin az-Zirikli, 2002, al-A’lâm Qâmûs Tarâjim, (Beirut: Dâr al-‘Ilm al-Malâyîn), cet-13, jilid 1, hlm. 56



Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy M.A

Ikuti Kajian Islam:

instagram.com/rizkialbatawi


@rizkialbatawi


 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah


Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910

10 komentar:

Ali fikri mengatakan...

Robbi fanfa'na bibarokatihi wahdinal husna bi hurmatihi

Ali fikri mengatakan...

Robbi fanfa'na bibarokatihi wahdinal husna bi hurmatihi

Unknown mengatakan...

بارك الله فيكم ونفع بكم

Faisal Amri mengatakan...

Subhanallah...

Unknown mengatakan...

والحمد لله

Sulay mengatakan...

Alhamdulillah trima kash ilmunya kyai..moga berkah

Sulay mengatakan...

Alhamdulillah trima kash ilmunya kyai..moga berkah

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah Syukron baginda ilmunya.

Abdul khodir - al betawie mengatakan...

Ajiiib ini ilmu syukron kyai..

Unknown mengatakan...

فتح الله لكم