Hukum Memberikan Daging Qurban Kepada Non Muslim
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا
له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:
Pertanyaan Saudara H. Nur Ali at-Tijaniy dari Pulogebang Jakarta
Timur:
Di kampung saya ada seorang Rt yang punya tetangga dan warga non
muslim. Sepertinya Hari raya qurban tahun ini masjid di lingkungan kami, hewan qurban akan lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
Pertanyaan saya, Bagaimana hukumnya memberikan daging qurban kepada non muslim?
Pertanyaan saya, Bagaimana hukumnya memberikan daging qurban kepada non muslim?
Jawaban:
Dalam permasalahan tersebut, terjadi khilafiyah (perbedaan
pendapat) di kalangan ulama:
@ Haram memberikan Qurban kepada non Muslim secara mutlak.
@ Boleh, dengan syarat Qurban Sunnah dan hanya diberikan kepada
kafir Dzimmi.
· ** Mengharamkan
Secara Mutlak
1)
Imam
Muhammad ar-Ramliy dalam kitab Nihayatul Muhtaj jilid 8 halaman 141 menyebutkan:
(وَلَهُ) أَيْ الْمُضَحِّي عَنْ نَفْسِهِ إنْ
لَمْ يَرْتَدَّ (الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَّةِ تَطَوُّعٍ) وَهَدْيِهِ بَلْ يُنْدَبُ
أَمَّا الْوَاجِبَةُ فَيُمْتَنَعُ أَكْلُهُ مِنْهَا سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ
الْمُعَيَّنَةُ ابْتِدَاءً أَوْ عَمَّا فِي الذِّمَّةِ، وَخَرَجَ بِمَا مَرَّ مَا
لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ أَوْ ارْتَدَّ فَلَا يَجُوزُ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا
كَمَا لَا يَجُوزُ إطْعَامُ كَافِرٍ مِنْهَا مُطْلَقًا، وَيُؤْخَذُ مِنْ ذَلِكَ
امْتِنَاعُ إعْطَاءِ الْفَقِيرِ وَالْمُهْدَى إلَيْهِ مِنْهَا شَيْئًا
لِلْكَافِرِ، إذْ الْقَصْدُ مِنْهَا إرْفَاقُ الْمُسْلِمِينَ بِالْأَكْلِ
لِأَنَّهَا ضِيَافَةُ اللَّهِ لَهُمْ فَلَمْ يَجُزْ لَهُمْ تَمْكِينُ غَيْرِهِمْ
مِنْهُ لَكِنْ فِي الْمَجْمُوعِ أَنَّ مُقْتَضَى الْمَذْهَبِ الْجَوَازُ .
Artinya, “Dibolehkan bahkan disunnahkan bagi orang yang berqurban selama
ia tidak murtad untuk makan dari hewan qurban dan sembelihannya atas nama
qurban dan sembelihan sunnah. Adapun qurban atau sembelihan wajib (nazar) ia
tidak dibolehkan memakannya baik qurban wajib itu dita’yinkan atau memang masih
dalam bentuk tanggungan (janji). Berbeda dari apa yang disebutkan jika ia
menyembelih qurban untuk orang yang telah meninggal atau ia murtad setelah
menyembelih, maka ia tidak dibolehkan memakan daging kurban tersebut
sebagaimana tidak boleh memberikan makan dengan daging kurban kepada orang
kafir secara mutlak. Dari sini dapat dipahami bahwa orang fakir atau kaya
diberi yang qurban tidak boleh memberikan sedikitpun kepada orang kafir. Sebab,
tujuan dari qurban adalah memberikan belas kasih kepada kaum Muslim dengan
memberi makan kepada mereka, karena qurban itu sendiri adalah jamuan Allah
untuk mereka. Maka tidak boleh bagi memberikan kepada selain kaum muslimin.
Akan tetapi menurut pendapat imam Nawawiy dalam kitab al-Majmu’ memboleh
memberi daging qurban ke non muslim.”
2)
Imam
Ali Syabramallasiy menjelaskan pendapat Imam Muhammad ar-Ramliy dalam Hasyiyah
Nihayah Muhtaj:
(قَوْلُهُ: كَمَا لَا يَجُوزُ إطْعَامُ كَافِرٍ)
دَخَلَ فِي الْإِطْعَامِ مَا لَوْ ضَيَّفَ الْفَقِيرُ أَوْ الْمُهْدَى إلَيْهِ
الْغَنِيُّ كَافِرًا فَلَا يَجُوزُ، نَعَمْ لَوْ اضْطَرَّ الْكَافِرُ وَلَمْ
يَجِدْ مَا يَدْفَعُ ضَرُورَتَهُ إلَّا لَحْمَ الْأُضْحِيَّةِ فَيَنْبَغِي أَنْ
يَدْفَعَ لَهُ مِنْهُ مَا يَدْفَعُ ضَرُورَتَهُ وَيَضْمَنُهُ الْكَافِرُ
بِبَدَلِهِ لِلْفُقَرَاءِ وَلَوْ كَانَ الدَّافِعُ لَهُ غَنِيًّا كَمَا لَوْ
أَكَلَ الْمُضْطَرُّ طَعَامَ غَيْرِهِ فَإِنَّهُ يَضْمَنُهُ بِالْبَدَلِ، وَلَا
تَكُونُ الضَّرُورَةُ مُبِيحَةً لَهُ إيَّاهُ مَجَّانًا (قَوْلُهُ: مُطْلَقًا)
أَيْ فَقِيرًا أَوْ غَنِيًّا مَنْدُوبَةٌ أَوْ وَاجِبَةٌ
Artinya:"Pendapat yang mengatakan non muslim tidak boleh diberikan qurban,
larangan tersebut termasuk juga ketika orang faqir atau orang muslim kaya yang
diberikan hadiah daging qurban kedatangan tamu orang kafir maka dilarang
memberikan jamuan qurban kepadanya. Tetapi bila orang kafir tersebut nenamu dan
ia kelaparan sampai tidak ada makanan untuk menolong nyawanya melainkan daging
qurban, maka boleh diberikan kepadanya seukuran yang dapat menolong ia agar
tidak mati. Dan si non muslim tersebut harus memberikan ganti rugi uang sebesar
harga daging yang ia makan, sekalipun yang memberikan makan kepadanya orang
kaya. Sebagaimana orang yang mengalami dharurat (terpaksa) mencuri atau makan
makanan orang lain tanpa izin, maka ia harus berikan ganti rugi (untuk
menghalalkannya). Kondisi darurat (terpakasa) yang dialami seseorang tidak
begitu saja menjadikan gratis barang yang ia makan. Perkataan kafir dilarang
secara mutlak, yang dimaksud kafir adalah seluruhnya baik ia faqir atau kaya. Baik
qurban sunnah atau juga qurban wajib.
Mengenai pendapat imam Nawawiy ad-Dimasyqiy dalam kitab al-Majmu’ di
atas yang membolehkan non muslim menjadi mustahiq qurban, dikomentari oleh Imam
Ibn Qasim dalam Hasyiyah Tuhfah jlid 9 halaman 364:
.
( قَوْلُهُ : وَلَا يُصْرَفُ شَيْءٌ مِنْهَا لِكَافِرٍ عَلَى النَّصِّ ) قَالَ فِي شَرْحِ الْعُبَابِ كَمَا نَقَلَهُ جَمْعٌ مُتَأَخِّرُونَ وَرَدُّوا بِهِ قَوْلَ الْمَجْمُوعِ وَنَقَلَهُ الْقَمُولِيُّ عَنْ بَعْضِ الْأَصْحَابِ وَهُوَ وَجْهٌ مَالَ إلَيْهِ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ أَنَّهُ يَجُوزُ إطْعَامُ فُقَرَاءِ الذِّمِّيِّينَ مِنْ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ دُونَ الْوَاجِبَةِ أَيْ كَمَا يَجُوزُ إعْطَاءُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ لَهُ وَقَضِيَّةُ النَّصِّ أَنَّ الْمُضَحِّيَ لَوْ ارْتَدَّ لَمْ يَجُزْ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا وَبِهِ جَزَمَ بَعْضُهُمْ وَأَنَّهُ يَمْتَنِعُ التَّصَدُّقُ مِنْهَا عَلَى غَيْرِ الْمُسْلِمِ , وَالْإِهْدَاءُ إلَيْهِ ا هـ .
( قَوْلُهُ : وَلَا يُصْرَفُ شَيْءٌ مِنْهَا لِكَافِرٍ عَلَى النَّصِّ ) قَالَ فِي شَرْحِ الْعُبَابِ كَمَا نَقَلَهُ جَمْعٌ مُتَأَخِّرُونَ وَرَدُّوا بِهِ قَوْلَ الْمَجْمُوعِ وَنَقَلَهُ الْقَمُولِيُّ عَنْ بَعْضِ الْأَصْحَابِ وَهُوَ وَجْهٌ مَالَ إلَيْهِ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ أَنَّهُ يَجُوزُ إطْعَامُ فُقَرَاءِ الذِّمِّيِّينَ مِنْ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ دُونَ الْوَاجِبَةِ أَيْ كَمَا يَجُوزُ إعْطَاءُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ لَهُ وَقَضِيَّةُ النَّصِّ أَنَّ الْمُضَحِّيَ لَوْ ارْتَدَّ لَمْ يَجُزْ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا وَبِهِ جَزَمَ بَعْضُهُمْ وَأَنَّهُ يَمْتَنِعُ التَّصَدُّقُ مِنْهَا عَلَى غَيْرِ الْمُسْلِمِ , وَالْإِهْدَاءُ إلَيْهِ ا هـ .
Artinya: "Perkataan tidak diperbolehkan memberikan sedikitpun bagian qurban kepada
orang kafir berdasarkan nash imam Syafii. Hal tersebut dinyatakan oleh
pengarang kitab al-Ubab sebagaimana dikutip oleh para ulama mutaakhirin dan
mereka sepakat menolak pendapat imam Nawawiy dalam kitab al-Majmu’ yang
membolehkan qurban diberikan kepada non muslim. Al-qamuli juga mengutip
pendapat para pengikut mazhab syafii yang notabene sebagai pendapat yang
digandrungi oleh Imam Muhibbuddin at-Thabari yakni adanya kecendrungan
membolehkan memberikan makan orang kafir dzimmi (yang dilindungi undang-undang)
dari daging qurban sunnah bukan qurban wajib. Dengan alasan Sebagaimana boleh
memberikan shodaqoh sunnah kepada non muslim. Statemen nash imam syafii
menyatakan bahwa orang yang berqurban bila ia murtad setelah menyembelih
qurbannya, maka tidak diperbolehkan makan qurbannya. Dari sini dibangun logika
bahwa diharamkan memberikan qurban baik atas nama shodaqah atau hadiah kepada
non muslim."
Syeikhul Islam Ibrahim al-Bajuriy mengatakan bahwa pendapat yang mu’tamad
(dipertanggungjawabkan dalilnya) adalah pendapat yang mengharamkan non muslim
menjadi mustahiq qurban secara mutlak (lihat Hasyiyah al-Bajuriy ala Ibn Qasim cetakan
Dar al-Kutub jilid 2 halaman 302).
· ** Membolehkan
Dengan Syarat
1)
Imam
Ibn Qudamah al-Hambaliy menyebutkan dalam kitab al-Mughniy jilid 11 halaman:
105 sebagai berikut:
فَصْلٌ : وَيَجُوزُ أَنْ يُطْعِمَ مِنْهَا كَافِرًا .وَبِهَذَا قَالَ الْحَسَنُ ، وَأَبُو ثَوْرٍ ، وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ وَقَالَ مَالِكٌ : غَيْرُهُمْ أَحَبُّ إلَيْنَا .وَكَرِهَ مَالِكٌ وَاللَّيْثُ إعْطَاءَ النَّصْرَانِيِّ جِلْدَ الْأُضْحِيَّةِ . وَلَنَا أَنَّهُ طَعَامٌ لَهُ أَكْلُهُ فَجَازَ إطْعَامُهُ لِلذِّمِّيِّ ، كَسَائِرِ طَعَامِهِ ، وَلِأَنَّهُ صَدَقَةُ تَطَوُّعٍ ، فَجَازَ إطْعَامُهَا الذِّمِّيَّ وَالْأَسِيرَ ، كَسَائِرِ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ .فَأَمَّا الصَّدَقَةُ الْوَاجِبَةُ مِنْهَا ، فَلَا يُجْزِئُ دَفْعُهَا إلَى كَافِرٍ لِأَنَّهَا صَدَقَةٌ وَاجِبَةٌ ، فَأَشْبَهَتْ الزَّكَاةَ ، وَكَفَّارَةَ الْيَمِينِ
Artinya, “Pasal: dan boleh memberikan makan dari hewan qurban kepada orang kafir. Inilah pandangan yang yang dikemukakan oleh Al-Hasanul Bashri, Abu Tsaur, dan kelompok rasionalis (ashhabur ra’yi). Imam Malik berkata, ‘Selain mereka (orang kafir) lebih kami sukai’. Menurut Imam Malik dan imam Al-Laits, makruh memberikan kulit hewan kurban kepada orang Nasrani. Sedang menurut kami, itu adalah makanan yang boleh dimakan karenanya boleh memberikan kepada kafir dzimmi sebagaimana makanan orang islam selain qurban. Alasan lain, qurban adalah shadaqah sunnah, maka boleh diberikan kepada non muslim (kafir dzimmi) dan para tawanan perang seperti shadaqah sunnah lainnya. Adapun shaqah wajib (qurban wajib) maka tidak dibolehkan memberikannya kepada non musim karena shadaqah wajib menyerupai zakat dan kaffarah summpah.”
·
Imam
Nawawiy ad-Dimasyqiy dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzzab jilid 8 halaman
425:
اخْتَلَفُوا
فِي إطْعَامِ فُقَرَاءِ أَهْلِ الذِّمَّةِ فَرَخَّصَ فِيهِ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ
وَأَبُو حَنِيفَةَ وَأَبُو ثَوْرٍ وَقَالَ مَالِكٌ غَيْرُهُمْ أَحَبُّ إلَيْنَا
وَكَرِهَ مَالِكٌ إعْطَاءَ النَّصْرَانِيِّ جِلْدَ الْأُضْحِيَّةَ أَوْ شَيْئًا
مِنْ لَحْمِهَا وَكَرِهَهُ اللَّيْثُ قَالَ فَإِنْ طُبِخَ لَحْمُهَا فَلَا بَأْسَ
بِأَكْلِ الذِّمِّيِّ مَعَ الْمُسْلِمِينَ مِنْهُ مَا نَصُّهُ هَذَا كَلَامُ ابْنِ
الْمُنْذِر وَلَمْ أَرَ لِأَصْحَابِنَا كَلَامًا فِيهِ وَمُقْتَضَى الْمَذْهَبِ
أَنَّهُ يَجُوزُ إطْعَامُهُمْ مِنْ ضَحِيَّةِ التَّطَوُّعِ دُونَ الْوَاجِبَةِ ا
هـ
Artinya: Para ulama berbeda pendapat pada masalah memberikan makanan kepada
orang faqir kafir dzimmi. Imam Hasan al-Bashri, Imam Abu Hanifah, Imam Abu
Staur membolehkan. Sedangkan imam Malik berkata: Memberikan qurban kepada kaum
muslimin aku lebih sukai, imam malik dan imam Laits memakruhkan memberikan kulit
atau bagian daging qurban kepada orang Nashrani. Imam Laist berkata: Bila
dagingnya dimasak terlebih dahulu, maka boleh diberikan buat makan kafir dzimmi
bersama-sama orang-orang muslim. Pendapat ini dipopulerkan oleh Imam Ibn
al-Mundzir, tetapi aku tidak menemukan pengikut mazhab Imam Syafii yang
membicarakan hal tersebut. sedangkan pendapat yang selaras dengan mazhab Imam
Syafii adalah boleh memberikan daging qurban buat non muslim dengan qurban
sunnah bukan qurban wajib.”
·
Fatawa
Lajnah Daimah Jilid 11 halaman: 425 (Syekh Abdullah Bin Qaud, Syekh Abdur Razzaq Afifi dan Syekh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz:
يجوز
لنا أن نطعم الكافر المعاهد والأسير من لحم الأضحية، ويجوز إعطاؤه منها لفقره أو
قرابته أو جواره، أو تأليف قلبه؛ لأن النسك إنما هو في ذبحها أو نحرها؛ قربانًا
لله، وعبادة له، وأما لحمها فالأفضل أن يأكل ثلثه، ويهدي إلى أقاربه وجيرانه
وأصدقائه ثلثه، ويتصدق بثلثه على الفقراء، وإن زاد أو نقص في هذه الأقسام أو اكتفى
ببعضها فلا حرج، والأمر في ذلك واسع، ولا يعطى من لحم الأضحية حربيًّا؛ لأن الواجب
كبته وإضعافه، لا مواساته وتقويته بالصدقة، وكذلك الحكم في صدقات التطوع؛ لعموم
قوله تعالى:لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
ولأن
النبي صلى الله عليه وسلم أمر أسماء بنت أبي بكر رضي الله عنها أن تصل أمها بالمال وهي مشركة في وقت الهدنة.
Artinya: Boleh bagi kita memberikan daging qurban kepada orang
kafir Muahad (yang dilindungi undang-undang) dan tawanan non muslim. Boleh memberikannya
karena kefaqiran si non muslim atau karena adanya hubungan famili dan tetangga
atau juga dengan tujuan agar non muslim tertarik hatinya untuk masuk Islam. Ibadah
qurban disyariatkan menyembelihnya karena semata-mata untuk mendekatkan diri
dan beribadah kepada Allah. Yang paling utama sepertiga dagingnya untuk
dikonsumsi, sepertiga lagi diberikan hadiah kepada kerabat, tetangga dan teman.
Sepertiga sisanya dishadaqahkan kepada faqir miskin. Apabila jatah pembagiannya
ada yang lebih dan kurang dari yang disebutkan atau dicukupkan pada kelompok
tertentu, maka tidak berdosa. Dalam perkara tersebut terdapat kelonggaran
tetapi jangan diberikan hwan qurban kepada kafir harbi. Karena kewajiban kita
kepada kafir harbi adalah melemahkan musuh islam bukan dengan memberikan kasih
sayang dan menguatkannya dengan memberikan shadaqah begitu juga hukum
memberikan shadaqah sunnah karena secara umum dibingkai dalam firman Allah
Taala:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil. (al-Mumtahanah ayat: 8).
Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memerintahkan
sayidatuna Asma Bint Abi Bakr Radhiyallahu anhuma untuk memberikan perhatian finansial
kepada ibunya yang masih musyrik pada zaman Hudnah (genjatan senjata).
Kesimpulannya, Argumentasi yang dibangun oleh kelompok ulama yang
mengharamkan qurban diberikan kepada non muslim secara mutlak karena adanya tujuan
qurban itu sendiri untuk menunjukkan belas kasih kepada orang-orang Muslim
dengan cara memberi makan kepada mereka. Disamping itu, qurban adalah Dhiyafatullah
(jamuan Allah) secara khusus untuk kaum muslimin pada hari raya Idul Adha.
Konsekuensi logis dari cara pandangan seperti demikian adalah tidak diperbolehkan
memberikan daging kurban kepada non-Muslim.
Sedangkan kelompok ulama yang memperbolehkan memberikan daging qurban
kepada non Muslim adalah bahwa qurban itu termasuk shadaqah. Tidak ada larangan
memberikan shadaqah kepada non-Muslim. Dengan harapan solidaritas yang
diberikan kepada non muslim memiliki nilai positif bagi non muslim untuk
tertarik masuk Islam. Namun kebolehan memberikan daging kurban hanya kepada
non-Muslim yang bukan harbi (yang tidak memusuhi orang Islam). Dan qurban
tersebut adalah qurban sunnah bukan qurban wajib atau nazar.
Dari kedua pandangan di atas, lebih baik kita mengamalkan pendapat
ulama yang melarang memberikan bagian apapun dari hewan qurban baik mentah
atau sudah matang untuk non muslim. Bila kita ingin mengamalkan konsep islam
rahmatan lil alamin, maka hendaknya kita berikan mereka daging selain qurban. Kita
bertetangga, berinteraksi sehari-hari atau non muslim itu berdomisili di depan
tempat eksekusi hewan qurban, lalu ada perasaan kaga enak bila mereka kita
tidak diberikan, maka cukup kita berikan mereka daging yang kita beli di pasar.
Dengan cara seperti itu kita benar-benar selamat mengamalkan agama dengan
ihtiyath (hati-hati) dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi kepada makhluq Allah
Taala meskipun kepada non muslim.
Juga mengingat kaum muslimin di banyak tempat yang belum
kebagian daging qurban dikarenakan jumlah kaum muslimin yang berqurban kaga
sembabad (sepadan) dengan jumlah kaum muslimin yang ingin menjadi mustahiq
daging Qurban.
Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya
Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy
instagram.com/rizkialbatawi
********* ******** ********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل
شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة
لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08
NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910