Sakit adalah hal manusiawi yang setiap orang pasti merasakannya. Sakit merupakan sebuah musibah
yang tidak bisa kita tolak. Tetapi kita harus berusaha mencegah datangnya
penyakit dengan memperhatikan kesehatan diri sendiri baik itu dilakukan dengan
melaksanakan puasa, olah raga, makan makanan sehat, atau istirahat yang cukup
dan sebagainya. Tetapi kalau Allah sudah berkehendak untuk kita terkena suatu
penyakit, tentu tidaklah kita sebagai seorang hamba dapat menolaknya.
Ketika Allah
menurunkan suatu penyakit, pastilah pula Allah akan menurunkan obat atau
penawarnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً
إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً
Artinya: “Tidaklah Allah Ta’ala menurukan suatu
penyakit, kecuali Allah Ta’ala juga menurunkan obatnya.” [HR. Bukhari]
Dalam riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ،
فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
Artinya: “Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara
penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah.” [HR.
Muslim]
Hadits di atas mengisyaratkan diizinkannya seseorang muslim
mengobati penyakit yang dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Cara mengobati
penyakit yang diderita bisa dengan cara ke berobat ke dokter, ataupun ruqyah
(thibbun Nabi) ataupun dengan herbal dan cara lainnya yang dibenarkan dalam
agama, bukan mendatangi dukun apalagi tukang santet. Setelah kita ikhtiar,
sisanya kita serahkan kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menyembuhkan
diri kita.
Terkait ikhtiar dalam berobat, terkadang ada di tengah masyarakat
kita yang mendatangi ustadz atau orang soleh atau kiai untuk meminta air doa
(air yang sudah dibacakan doa atau ayat Al-Qur’an), dengan alasan mereka adalah
orang-orang yang lebih mengetahui ayat-ayat syifa yang bisa dipakai untuk
mengobati, atau hafal doa-doa kesembuhan yang diajarkan oleh ulama-ulama
terdahulu dan sudah terbukti, dengan izin Allah dapat membantu dalam
kesembuhan.
Selain itu, permintaan air doa kepada ustadz dan lainnya, menjadi sangkaan
positif dari masyarakat terhadap ustadz ataupun kiai, bahwa mereka adalah orang-orang
soleh yang senantiasa beribadah kepada Allah, selalu melakukan kebaikan
sehingga lebih dekat kepada Allah, dan berharap doa yang dipanjatkan lebih
cepat diterima.
Dalam sebuah hadits yang diriwatkan oleh Imam Muslim disebutkan,
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ
الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ
فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ
الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ
فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله
عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ.
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ
الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ
قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ » .
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan
perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan
‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk
enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; ‘Adakah di antara
tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.’ Menjawab
seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan
memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun
sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi
dia enggan menerima seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih
dahulu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’
Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal itu,
katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan
membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan
bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda
beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian
bersama-sama denganmu.”
Selain surat al-Fatihah yang dipakai sebagai washilah oleh Sahabat
Said al-Khudri untuk menyembuhkan orang yang tergigit ular tadi, ada surat lain
yang juga dipakai untuk ayat kesembuhan, seperti surat an-Naas dan al-Falaq yang
masyhur dalam sejarah, Nabi menggunakannya agar terhindar dari sihir yang
menyerang tubuhnya, bukan hati dan pikirannya.
Syaikh Sayyid Muhammad ibn Alwi al-Maliki menyebutkan dalam
bukunya Abwabul Faraj (hal. 109) ayat-ayat kesembuhan yang bisa dipakai untuk
meruqyah seseorang. Ayat-ayat tersebut beliau kutip dari Imam Syaikh Abu
al-Qasim al-Qusyairi.
Diceritakan pada suatu hari anak Imam Syaikh Abu al-Qasim
al-Qusyairi menderita sakit parah, sehingga dirinya berputus asa akan
kesembuhan anaknya karean kian parah penyakitnya dari hari ke hari. Lalu satu
waktu, beliapun tertidur hingga bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad dalam
tidur tersebut, lalu beliapun mengadukan kondisi putranya kepada Nabi. Lalu Nabi-pun
bersabda kepada beliau, “Manakah kamu dari ayat-ayat kesembuhan?” lalu
beliaupun terbangun dan memikirkan hal tersebut. ternyata ayat-ayat kesembuhan
itu ada di enam tempat dalam Al-Qur’an, yaitu Firman Allah:
1.
وَ يَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ
مُؤْمِنِيْنَ (التوبة : 14)
Artinya: “Serta melegakan hati orang-orang
yang beriman.”
2.
وَ شِفَاءً لِمَا فِي الصُّدُوْرِ
(يونس : 57)
Artinya: “Dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.”
3.
يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا
شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ (النحل : 69)
Artinya: “Di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia.”
4.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ
مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُوْمِنِيْنَ (الإسراء : 82)
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
5.
وَ اِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ
يَشْفِيْنِ (الشعراء : 80)
Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah
Yang menyembuhkan aku.”
6.
قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا
هُدًى وَشِفَآءٌ (فصلت : 44)
Artinya: “Al Quran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin.”
Setelahnya beliau berkata, “ Maka, aku menulisnya pada suatu
lembaran, kemudian aku larutkan dengan air dan aku minumkan kepadanya, diapun
seolah-olah terlepas dari ikatan.”
Semoga Allah memberikan kita kesehatan yang menyeluruh dan
memberikan kesembuhan bagi hamba-hambanya yang saat ini sedang sakit. Amin
Ummu Munyah
Raihana Quddus
18 komentar:
Assalamualaikum.. ijin menyalin ayat ayat boleh ustad,?
Qobiltu ijazah
Qabiltu
Qabiltu..
Assalamualaikum wbt, Ustazah, apakah ayat2 syifa ini dibaca sahaja?
Assalamu'alaikum ustad, maap saya mohon ijin ustad untuk mengamalkan semua amalan di blog ini semampu dan sebisa saya
Boleh
Qobiltu, juga mengamalkan ustad,
QObiltu pak haji
Qabiltu
Qobiltu ijazah
Qobiltu Ijazah
Qobiltu ustad
Qobiltu
Qobiltu saya terima ijasah dan sanad nya
Qobiltu
Qobiltu izin mengamalkan ustd
Posting Komentar