Kisah Di Hari Asyura
Oleh Ummu Munyah
Ada sebuah
kisah yang diceritakan oleh Syaikh al-Yafi’i. Kisah ini terjadi di sebuah
daerah bernama Royya, yaitu daerah yang terletak di kawasan Iraq.
Di suatu
yang cerah, bertepatan dengan hari Asyura atau 10 muharram, ada seorang lelaki
miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya mendatangi seorang qadli
(hakim/penguasa) yang kaya raya. Kedatangan lelaki miskin ke rumah qadli
tersebut adalah untuk meminta sedekah beberapa potong roti, daging beserta beberapa
keping dirham, untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setelah si
lelaki menyampaikan tujuannya dan Sang qadli menyanggupi permintaan si lelaki
miskin tersebut dan berjanji untuk memberikannya nanti, lalu si lelaki miskin
tadi pulang ke rumah dengan harapan dapat makan di sore hari bersama dengan
keluarganya.
Ketika masuk
waktu zuhur, si lelaki mendatangi si qadli untuk menagih janjinya, tetapi si
qadli menunda janjinya hingga waktu ashar. Ketika ashar tiba, si lelaki kembali
datang, tetapi sayang ternyata sang qadli mengingkari janjinya kepada si lelaki
tersebut.
Si lelaki
pulang dengan penuh rasa kecewa, hati hancur, serta kesedihan dalam hatinya,
karena memikirkan keluarganya yang tengah menunggu makanan yang sekarang tidak
dapat mereka makan.
Di tengah
perjalanan, dia melihat seorang nashrani sedang berada di depan pintu rumahnya.
Lalu dengan terpaksa, dia melangkahkan kakinya ke rumah nashrani tersebut, dan
setelah sampai dia berkata, “Wahai tuan, dengan kemuliaan hari ini, berilah aku
sesuatu!” Nashrani itu berkata, “Ada kemulyaan apa di hari ini?” lalu laki-laki
miskin itu menuturkan sebagian sifat dan keistimewaan hari Asyura. Mendengar
keistimewaan hari Asyuro tersebut, lalu si Nashrani tersebut berkata, “Aku
bersumpah demi kemuliaan hari ini, sebutkanlah apa yang kau perlukan.” Lalu
lelaki itupun diberi banyak barang yang diperlukan, bahkan melebihi dari
kebutuhan yang dia sebutkan.
Ketika malam
datang, dalam tidurnya si Qadli bermimpi melihat istana yang sangat indah dan
megah. Emas dan perak serta mutiara merah melapisi istana tersebut. lalu si
Qadli bertanya, untuk siapa istana indah dan megah tersebut, tiba-tiba ada
suara yang menjawab memberitahukannya bahwa sesungguhnya istana itu untuk si
Qadli, mendengar hal itu, sang Qadli langsung tersenyum lebar, lalu suara
tersebut melanjutkan ucapannya, seandainya tadi engkau mengabulkan permintaan
dari orang miskin yang datang kepadamu di hari Asyura, tetapi karena kamu menolaknya,
maka istana yang megah tadi menjadi hak orang Nashrani yang memberi sedekah
kepada lelaki miskin tadi.
Sang Qadli
pun langsung terbangun dari mimpi tidurnya dengan rasa takut dan penuh
penyesalan. Ketika pagi datang, si Qadli tadi buru-buru menemui si Nashrani, berniat
menukar apa yang telah diberikan si Nashrani kepada lelaki miskin tersebut dengan
nilai yang berlipat ganda. Ketika si Qadli akhirnya bertemu dengan si Nashrani,
dia pun menceritakan mimpi yang dialaminya, tentang balasan dari Allah atas apa
yang telah dilakukan si Nashrani tersebut kepada si lelaki miskin yang
mendatanginya.
Mendengar cerita
si Qadli, sang Nashrani pun menolak mentah-mentah tawaran harta berlimpah yang
ditawarkan oleh si Qadli, bahkan si Nashrani itupun akhirnya mengucapkan dua
kalimat Syahadat dan menjadi seorang muslim, menyisakan penyesalan yang
dirasakan oleh si Qadli.
Diintisarikan dari Buku dengan Judul Hidayah hal 25 - 27
Raihana
Quddus
2 komentar:
suka baca ceritanya
Syukron umi
Posting Komentar