Kamis, 23 September 2021

Rabu Terakhir di Bulan Shafar

Sebelum Islam menyebar di tengah masyarakat jahiliyyah, orang-orang Arab Jahiliyyah mempunyai sebuah pemikiran bahwa bulan shafar merupakan bulan yang tidak baik, bulan yang banyak bencana serta musibah, sehingga pada waktu tersebut mereka menunda melakukan banyak kegiatan karena takut terkena bencana.

Ada seorang A’roby (penduduk pedalaman Arab) bertanya kepada Rasulullah mengenai hal ini, “Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan onta yang semula sehat kemudian berkumpul dengan onta yang kudisan kulitnya, sehingga onta tersebut menjadi kudisan pula?” Rasulullah menjawab dengan sebuah pertanyaan, “Lalu, siapa yang menularkan kudisan pada onta yang pertama?”

Maksud dari hadits di atas dijelaskan bahwa suatu penyakit tidak akan menular dengan kekuatannya sendiri, melainkan atas kehendak Allah. Sakit atau sehat, celaka atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah, akan tetapi walaupun semuanya kembali kepada Allah, bukan berarti manusia tidak bisa berikhtiar, manusia tetap dianjurkan untuk berusaha agar terhindar dari segala musibah. (Ahza, Hidayah, hal. 28-29)

Rasulullah bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَاَركَ مِنَ اْلاَسَدِ

Artinya: “Larilah (hindarilah) dari orang-orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa.

Dalam ajaran Islam, semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri. Selain itu juga mempunyai keistimewaan dan peristiwa masing-masing. Jika suatu bulan mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih, bukan berarti bulan yang lain merupakan bulan yang buruk. Sedangkan andaikata ada kejadian tragis atau peristiwa yang memilukan dalam bulan tertentu, hal itu bukan berarti bahwa bulan tersebut merupakan bulan musibah atau bulan yang membawa sial. (Ahza, Hidayah, hal. 31).

Walaupun demikian, terkait dengan bulan shafar, para ulama memperingatkan tentang rabu terakhir di bulan Shafar, atau disini terkenal dengan rabu wekasan. Rabu Wekasan adalah Sebuah tradisi yang berisi ritual atau amalan terdiri dari doa dan sedekah atau amalan lainnya yang dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar bertujuan untuk Daf’ul Bala (tolak bala). Dalam istilah ahli shufi disebut ‘Amaliyah Arbia Akhir Min as-Shafar’, sehingga para ulama meganjurkan untuk banyak membaca doa-doa penolak bala pada hari rabu terakhir di bulan Shafar.

Syekh Abdul Hamid Qudus berkata Syekh al-Kamil Fariduddin Sakar Kan dalam kitab Awrad al-Khawajah Mughniddin, seperti yang disebutkan pula dalam kitab Al-Jawahir al-Khams karya Imam Muhammad Khatiruddin al-Atthar, mengatakan Asy-Syaikh Al-Buniy di dalam kitab Al-Firdaus menyebutkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan bala pada hari Rabu terakhir bulan Shafar antara langit dan bumi. Lalu diterima oleh Malaikat Quthbul Gauts yang menyebarkannya ke penjuru alam. Apapun yang terjadi berupa kematian, bala atau musibah itu adalah yang disebarkan oleh Quthbul-Gauts. Berdasarkan kasyaf (terbukanya hijab) mereka para wali menyaksikan dengan kasat mata saban tahun di bulan tersebut bagaimana bala turun dalam jumlah besar-besaran. Oleh karenanya mereka menghimbau pada hari dan bulan tersebut untuk memperbanyak doa dan amal shalih sebagai tolak bala. 

Dalam Kitab Min Fadhail asy-Syuhur al-Hijriyah (hal. 34-35), disebutkan sebuah amalan yang bisa dibaca pada hari rabu terakhir di bulan Shafar, dengan tujuan agar Allah melindungi kita pada tahun tersebut dari segala macam penyakit, fitnah, bala dan musibah.

Amalan tersebut adalah menulis di atas kertas putih beberapa ayat al-Qur’an yang diawali dengan lafadz بسلام ، dengan menggunakan air mawar, minyak misk dan minyak Za'faron, lalu dihapus itu semua dengan air lalu diminum, adapun khasiatnya adalah Allah akan menjaga orang yang meminumnya dengan sir (rahasia) dan barokah ayat-ayat sampai sepanjang tahun. Ayat-ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1.              سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رِّبِّ رَّحِيْمٍ

2.              سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِيْ الْعَالَمِيْنَ ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

3.              سَلَامٌ عَلَى ابراهيم ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

4.              سَلَامٌ عَلَى موسى وهارون ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

5.              سَلَامٌ عَلَى الياسين ، اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ

6.              سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خَالِدِيْنَ

7.              سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

 Kemudian, setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، اَللّٰهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هٰذَا الشَّهْرِ. وَمِنْ كُلِّ شِدَّةٍ وَبَلاَءٍ وَبَلِيَّةٍ الَّتِي قَدَّرْتَها فِيهِ. يَا دَهْرُ يَا دَيْهُورُ يَا دَيْهَارُ . يَا كَانُ يَا كَيْنُونُ يَا كَيْنَانُ. يَا أَزَلِيُّ يَا أَبَدِيُّ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيدُ . يَا فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ . يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ . يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيدِ . وأَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيدُ ، اَللّٰهُمَّ احْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِي لاَ تَنَامُ نَفْسِي وَمَالِي وَأَهْلِي وَأَوْلاَدِي وَدِينِي ودُنْيَايَ الَّتِي ابْتَلَيْتَنِي بِصُحْبَتِهَا. بِحُرْمَةِ الْأَبْرَارِ وَالْأَخْيَارِ . بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ . يَا كَرِيمُ يَا سَتَّارُ . بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ ، اَللّٰهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوٰى . وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالِ . يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ . يَا كَبِيرُ يَا مُتَعَالُ، ذَلَّلْتَ بِعِزَّتِكَ جَمِيعَ خَلْقِكَ، اَللّٰهُمَّ اكْفِنِي شَرَّ جَمِيعِ خَلْقِكَ . يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ . لاَ إِلٰهَ اِلاَّ أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ .

Selain amalan di atas, kita juga sangat dianjurkan untuk memperbanyak shadaqah kepada faqir miskin dan kaum dhuafa sebagai penajam tolak bala.

Ayahnya Munyah juga mengajarkan sebuah amalan yang digunakan oleh para ulama Tarekat Tijani yaitu dengan mengamalkan pada malam Rabunya setelah mengerjakan shalat Isya dengan membaca, Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakil sebanyak 450 kali kemudian membaca Audzu billahi minas Syaithonir rojim  dan Bismillahirrahmanir rohim, setelah itu, membaca Shalawat Fatih 50 kali dan dilanjutkan "Ya Lathifu sebanyak 129 kali ditutup dengan Shalawat Fatih 20 kali.



Ummu Munyah

Raihana Quddus



Yayasan al-Mu'afah
Jl. Tipar Cakung No. 5 Cakung Jakarta 13910

Jadwal Taklim dan Dirasat:
1. Majelis Taklim dan Dzikir kaum Lelaki: Malam Senin ba'da Maghrib
Pengampu: Habib Hud al-Aththas, KH. Muhammad Soleh, Ustadz H. Hadi dan Ustadz Wawan Nur Fauzi

2. Majelis Taklim Lil Ummahat: Jum'at Siang (Ba'da Jum'at)
Pengampu: Ummu Munyah, Ustadz H. Hadi dan Ustadz Asep Samsudin, MA

3. Majelis Taklim MahMud (Calon Pengantin/Mamah Muda):
Minggu ke 1 dan ke 3 jam 6 pagi s/d jam 7
Pengampu: Ummu Munyah

4. Madrasah Diniyah (MD) al-Mu'afah
Senin s/d Jum'at ba'da ashar dan ba'da maghrib (Untuk anak mulai dari 4 tahun s/d SMA)


5 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah

Dedi S. mengatakan...

Masyaallah... Alhamdulillah, terimakasih ilmunya. Bolehkah kami org yg awam ini mengamalkan ini, ya ustadz..?

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Pak ustadz sya mau tasbih yg mcm ustad bilng saya bisa dpat drimna yh ustadz

Anonim mengatakan...

Sya ndk bisa hubungi ustadz lewat FB
Sya ndk pke FB ustad saya pke wea saja
Bnyak di jual di online tpi nnti palsu ustadz

Anonim mengatakan...

Toyib