Minggu, 26 September 2021

Ruqyah dengan Ayat-ayat Kesembuhan

Sakit adalah hal manusiawi yang setiap orang pasti merasakannya. Sakit merupakan sebuah musibah yang tidak bisa kita tolak. Tetapi kita harus berusaha mencegah datangnya penyakit dengan memperhatikan kesehatan diri sendiri baik itu dilakukan dengan melaksanakan puasa, olah raga, makan makanan sehat, atau istirahat yang cukup dan sebagainya. Tetapi kalau Allah sudah berkehendak untuk kita terkena suatu penyakit, tentu tidaklah kita sebagai seorang hamba dapat menolaknya.

Ketika Allah menurunkan suatu penyakit, pastilah pula Allah akan menurunkan obat atau penawarnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

Artinya: “Tidaklah Allah Ta’ala menurukan suatu penyakit, kecuali Allah Ta’ala juga menurunkan obatnya. [HR. Bukhari]

 

Dalam riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

Artinya: “Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah. [HR. Muslim]

Hadits di atas mengisyaratkan diizinkannya seseorang muslim mengobati penyakit yang dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Cara mengobati penyakit yang diderita bisa dengan cara ke berobat ke dokter, ataupun ruqyah (thibbun Nabi) ataupun dengan herbal dan cara lainnya yang dibenarkan dalam agama, bukan mendatangi dukun apalagi tukang santet. Setelah kita ikhtiar, sisanya kita serahkan kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menyembuhkan diri kita.

Terkait ikhtiar dalam berobat, terkadang ada di tengah masyarakat kita yang mendatangi ustadz atau orang soleh atau kiai untuk meminta air doa (air yang sudah dibacakan doa atau ayat Al-Qur’an), dengan alasan mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui ayat-ayat syifa yang bisa dipakai untuk mengobati, atau hafal doa-doa kesembuhan yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu dan sudah terbukti, dengan izin Allah dapat membantu dalam kesembuhan.

Selain itu, permintaan air doa kepada ustadz dan lainnya, menjadi sangkaan positif dari masyarakat terhadap ustadz ataupun kiai, bahwa mereka adalah orang-orang soleh yang senantiasa beribadah kepada Allah, selalu melakukan kebaikan sehingga lebih dekat kepada Allah, dan berharap doa yang dipanjatkan lebih cepat diterima.

Dalam sebuah hadits yang diriwatkan oleh Imam Muslim disebutkan,

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ » .

Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan ‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; ‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima seraya mengatakan; ‘Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.’ Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu.

Selain surat al-Fatihah yang dipakai sebagai washilah oleh Sahabat Said al-Khudri untuk menyembuhkan orang yang tergigit ular tadi, ada surat lain yang juga dipakai untuk ayat kesembuhan, seperti surat an-Naas dan al-Falaq yang masyhur dalam sejarah, Nabi menggunakannya agar terhindar dari sihir yang menyerang tubuhnya, bukan hati dan pikirannya.

Syaikh Sayyid Muhammad ibn Alwi al-Maliki menyebutkan dalam bukunya Abwabul Faraj (hal. 109) ayat-ayat kesembuhan yang bisa dipakai untuk meruqyah seseorang. Ayat-ayat tersebut beliau kutip dari Imam Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi.

Diceritakan pada suatu hari anak Imam Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi menderita sakit parah, sehingga dirinya berputus asa akan kesembuhan anaknya karean kian parah penyakitnya dari hari ke hari. Lalu satu waktu, beliapun tertidur hingga bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad dalam tidur tersebut, lalu beliapun mengadukan kondisi putranya kepada Nabi. Lalu Nabi-pun bersabda kepada beliau, “Manakah kamu dari ayat-ayat kesembuhan?” lalu beliaupun terbangun dan memikirkan hal tersebut. ternyata ayat-ayat kesembuhan itu ada di enam tempat dalam Al-Qur’an, yaitu Firman Allah:

1.   وَ يَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ (التوبة : 14)

Artinya: “Serta melegakan hati orang-orang yang beriman.

2.   وَ شِفَاءً لِمَا فِي الصُّدُوْرِ (يونس : 57)

Artinya: “Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.”

3.   يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ (النحل : 69)

Artinya: “Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

4.   وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُوْمِنِيْنَ (الإسراء : 82)

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

5.   وَ اِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ (الشعراء : 80)

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.”

6.   قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا هُدًى وَشِفَآءٌ (فصلت : 44)

Artinya: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.

Setelahnya beliau berkata, “ Maka, aku menulisnya pada suatu lembaran, kemudian aku larutkan dengan air dan aku minumkan kepadanya, diapun seolah-olah terlepas dari ikatan.”

Semoga Allah memberikan kita kesehatan yang menyeluruh dan memberikan kesembuhan bagi hamba-hambanya yang saat ini sedang sakit. Amin


Ummu Munyah

Raihana Quddus



18 komentar:

slamet riyadi mengatakan...

Assalamualaikum.. ijin menyalin ayat ayat boleh ustad,?

Ahmad Ali Mahdor bin Fachmi Shahab mengatakan...

Qobiltu ijazah

Unknown mengatakan...

Qabiltu

Unknown mengatakan...

Qabiltu..

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wbt, Ustazah, apakah ayat2 syifa ini dibaca sahaja?

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum ustad, maap saya mohon ijin ustad untuk mengamalkan semua amalan di blog ini semampu dan sebisa saya

FADEL AL FATIH mengatakan...

Boleh

slamet riyadi mengatakan...

Qobiltu, juga mengamalkan ustad,

Anonim mengatakan...

QObiltu pak haji

Anonim mengatakan...

Qabiltu

Anonim mengatakan...

Qobiltu ijazah

Anonim mengatakan...

Qobiltu Ijazah

Anonim mengatakan...

Qobiltu ustad

Anonim mengatakan...

Qobiltu

Anonim mengatakan...

Qobiltu saya terima ijasah dan sanad nya

Anonim mengatakan...

Qobiltu

Anonim mengatakan...

Qobiltu izin mengamalkan ustd