Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين
اللهم نسألك أن تصليا *** على حبيبك إمام
الأنبيا
صل على الفاتح ما قد أغلق *** محمد الخاتم
ما قد سبق
وناصر الحق العلي بالحق *** سيدنا الهادي
لكل الخلق
الى صراطك القويم المستقيم *** والأل مقدر
قدره العظيم
الحمد
لله الذي شرح الصدور، وجعل شوال من مواسم السرور وأشهد ان لا اله الا الله وحده لا
شريك له وأشهد ام سيدنا محمدا عبده ورسوله . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد بدر
البدور وعلى اله وصجبه ومن تبعهم الى يوم البعث والنشور : أما بعد : فاوصيكم ونفسي
أيها العباد بتقوى الله فانها خير زاد يتزود بها العبد الى دار المعاد . فقال
تعالى .....
Di antara amalan yang berfadhilah besar setelah mengerjakan puasa
wajib bulan Ramadhan adalah melakukan puasa enam hari di bulan Syawwal. Imam
Ibn Rajab al-Hambaliy (wafat tahun 795 Hijriyah) dalam litab Lathaif al-Maarif Fi
Ma Li Mawasim al-Am Wa al-Wazhaif halaman 219: menyebutkan lima fadhail
(keutamaan) seputar puasa syawal:
1. Puasa syawal menyempurnakan puasa Ramadhan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ
كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Siapa saja berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan 6 hari
di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh" [HR.
Muslim]
2. Puasa syawal merupakan pengiring puasa Ramadhan.
Shalat rawatib qabliyah berfungsi sebagai persiapan untuk memasuki
shalat fardhu sedangkan shalat rawatib ba`diyah berfungsi untuk menutupi
kekurangan dalam shalat. Maka demikian juga dalam puasa syawal dan puasa bulan
Sya’ban. Puasa sunat bulan sya’ban merupakan persiapan untuk memasuki puasa
wajib di bulan Ramadhan. Sedangkan puasa sunat di di bulan Syawal untuk
menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam puasa Ramadhan.
3. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan.
Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya
puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan
memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya".
Sebagaimana dosa bisa mengantarkan seseorang berbuat dosa yang
lain, Allah berfirman:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
"Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa" [Surat
Ash-Syura: 40]
Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,
Allah berfirman:
هَلْ
جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)."
[Surat Ar-Rahman: 60]
4. puasa syawwal sebagai wujud syukur
وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).
5. puasa Syawwal merupakan estafet Ibadah
Ibadah tidak terhenti dengan habisnya bulan Ramadhan tetapi
terus berkelanjutan selama kita masih hidup. Batasan beramal manusia
hanyalah mati. Allah berfirman :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ...
Sembahlah tuhanMu sehingga datanglah yakin(kematian) .Q.S
al-Hijr ayat 99
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ،
جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ
بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ،
كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Sa'id dan Ali bin Hujr semuanya dari Isma'il - Ibnu Ayyub berkata- Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sa'd bin
Sa'id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al
Anshari radliallahu 'anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang berpuasa
Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang
demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa."
Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd Sa'id saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. (Shahih Imam Muslim hadist no: 1164).
Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd Sa'id saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. (Shahih Imam Muslim hadist no: 1164).
Faidah dari hadist di atas:
@ Sebagai dalil kesunnahan puasa enam hari di
bulan syawwal.
@ Puasa enam hari tersebut dikerjakan selama di bulan Syawwal.
@ Lebih utama dilakukan secara berturut-turut meskipun boleh dipisahkan
@Pahala puasa bulan Ramadhan seperti puasa 10 bulan. Dan Puasa 6
hari bulan Syawwal menjangkepkan setahun. Imam Ahmad meriwayatkan dalam
Musnadnya:
حَدَّثَنَا
الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحَارِثِ
الذِّمَارِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ، عَنْ ثَوْبَانَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ
فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ "
Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah bercerita
kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari Yahya bin Al Harits Adz Dzimari dari Abu Asma` Ar
Rahabi dari Tsauban dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda;
"Barangsiapa puasa Ramadhan maka itu sebulan dikali sepuluh bulan, dan
puasa enam hari setelah romadhon itulah penggenap puasa setahun." (Musnad
Ahmad hadist no: 22412).
Allah juga berfirman:
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
Siapa yang mengerjakan kebaikan maka baginya adalah sepuluh balasan
kadarnya…(al-An`am 160)
Maka puasa sebulan Ramadhan 30 hari X 10= 300. Sedangkan puasa di
bulan Syawal 6 hari X 10= 60. Total 360, hari dalam satu tahun. Bila bulan
Ramadhan hanya 29 hari x 10= 290 + 60 = 350, dengan luasnya karunia dan rahmat
Allah Taala, bilangan tersebut digenapkan walaupun kurang dari bilangan hari
dalam setahun.
Siapa saja yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan, lalu ia
berniat menggabung dua niat sekaligus niat qadha dan puasa syawwal, para ulama
berbeda pendapat. Ada yang menyatakan sah, sebagian ulama lain mengatakan tidak
sah keduanya, sebagian lagi menegaskan: yang sah hanya pahala puasa sunnahnya.
Bila seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan bulan Syawal maka secara otomatis ia kan mendapatkan pahala puasa sunnah di bulan Syawal. Jadi cara niatnya cukup niat puasa qadha saja dan disaat itu ia mendapatkan pahalanya puasa Syawal. Akan tetapi pahala tersebut berbeda dengan orang yang melakukan puasa qadha dan puasa enam hari di bulan syawwal secara terpisah.
Bila seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan bulan Syawal maka secara otomatis ia kan mendapatkan pahala puasa sunnah di bulan Syawal. Jadi cara niatnya cukup niat puasa qadha saja dan disaat itu ia mendapatkan pahalanya puasa Syawal. Akan tetapi pahala tersebut berbeda dengan orang yang melakukan puasa qadha dan puasa enam hari di bulan syawwal secara terpisah.
Syeikh Abdullah as-Syarqawiy menyatakan dalam Hasyiyah at-Tahrir;
"ولو صام فيه - أي شوال - قضاء عن رمضان أو غيره نذرًا أو نفلًا آخر،
حصل له ثواب تطوعها، إذ المدار على وجود الصوم في ستة أيام من شوال
... لكن لا يحصل له
الثواب الكامل المترتب على المطلوب إلا بنية صومها عن خصوص الست من شوال، ولاسيما
من فاته رمضان لأنه لم يصدق أنه صام رمضان وأتبعه ستًّا من شوال
Apa bila seseorang melakukan puasa qadha atau lainnnya seperti
puasa nadzar dan puasa sunnah (senin dan kamis) di bulan syawwal, maka otomatis
ia mendapat pahala puasa sunnah syawwal tersebut. karena yang menjadi patokan
terjadinya puasa yang dilakukan itu pada enam hari bulan Syawwal. Akan tetapi ia tidak
mendapat pahala sempurna sebagaimana yang diperintahkan kecuali dengan
meniatkan puasa enam hari di bulan syawwal secara khusus. Terlebih lagi, bagi orang
yang masih punya sangkutan hutang qadha puasa bulan Ramadhan, ia tidak termasuk bagian
orang yang mengiringi puasa Ramadhan dengan puasa syawwal.
Mengenai kapan star melakukan puasa Syawwal para ulama berbeda
pendapat. Imam Malik memakruhkan seseorang mengawali puasa Syawwal pada
awal-awal bulan syawwal (langsung tangal 2 dan seterusnya). Dalam mazhab Imam
Malik disunnahkan untuk menundanya sampai tengah-tengah bulan syawwal dan
dilakukan selama enam hari dengan terpisah-pisah tidak berturut-turut serta
dikerjakan dengan sir (tersembunyi). Pendapat Imam Malik tersebut didasarkan
kepada Sad’ adz-Dzara’I (mencegah sesuatu agar tidak terjadi kerusakan), yakni
agar orang awam tidak menyangka puasa enam hari di bulan syawwal sebagai ibadah
wajib. Imam Malik bukan berpaling dari Nash agama, tetapi beliau justru menjaga
keutuhan nash agama dari takwil yang merusak tujuan syariat. Dengan alasan yang
sama, Sayiduna Abu Bakar dan sayiduna ‘Umar tidak menyembelih qurban untuk
dirinya selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib. Begitu
juga empat ulama mazhab memakruhkan seseorang lelaki menikahi wanita kitabiyah
(ahli kitab Yahudi Dan Nashrani).
Dalam kitab alfiqh ala madzahib al-Arbaah disebutkan;
Dalam kitab alfiqh ala madzahib al-Arbaah disebutkan;
يكره
تزوج الكتابية إذا كانت في دار الإسلام وتشتد الكراهية إذا كانت في دار الحرب كما
هو رأي بعض المالكية.
Seorang muslim dimakruhkan menikahi wanita kitabiyah apabila ia
tinggal di Negara islam. Dan kemakruhan semakin kuat mana kala ia berada di
Negara harbi. Pendapat ini sama dengan pendapat sebagian ulama’ madzhab maliki.
Dalam Kitab Minhajut Tholibin, Imam Nawawi menjelaskan:
يحرم
نكاح من لا كتاب لها كوثنية ومجويية وتحل كتابية لكن تكره حربية وكذا ذمية علي
الصحيح.
Bagi seorang muslim haram menikahi wanita yang tidak memiliki kitab
suci seperti penyembah berhala dan majusi. Dan boleh baginya menikahi wanita
kitabiyah tetapi hukumnya makruh jika wanita itu termasuk harbiyah. Demikian
juga dzimiyyah menurut pendapat yang shohih.
Lantaran selempang (adanya kekhawatiran) dampak negatif di masa
datang. Boleh jadi status wanita kitabiyah itu belum jelas, apakah kitabiyah
asli atau wanita muslimah tetapi murtad. Saddu adz-Dzari’ah juga dilakukan oleh
Imam Hasan al-Bashriy ketika beliau ditanya orang: Ya Imam, apakah boleh pria
muslim menikahi wanita Kitabiyah? Beliau menjawab: Tidak usah menikahi wanita
kitabiyah, lah wong wanita muslimah sangat banyak.”
Pendapat yang memakruhkan puasa syawwal dilakukan di awal-awal
bulan syawwal juga dikuatkan dengan riwayat Imam Abdurrazzaq (wafat tahun 211
Hijriyah) dalam kitab al-Mushannaf:
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: وَسَأَلْتُ مَعْمَرًا عَنْ صِيَامِ السِّتِّ الَّتِي بَعْدَ يَوْمِ الْفِطْرِ، وَقَالُوا لَهُ: تُصَامُ بَعْدَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ، فَقَالَ: «مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّمَا هِيَ أَيَّامُ عِيدٍ وَأَكْلٍ وَشُرْبٍ، وَلَكِنْ تُصَامُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ قَبْلَ أَيَّامِ الْغُرِّ، أَوْ ثَلَاثَةُ أَيَّامِ الْغُرِّ أَوْ بَعْدَهَا، وَأَيَّامُ الْغُرِّ ثَلَاثَةَ عَشَرَ، وَأَرْبَعَةَ عَشَرَ، وَخَمْسَةَ عَشَرَ»، وَسَأَلْنَا عَبْدَ الرَّزَّاقِ: «عَمَّنْ يَصُومُ يَوْمَ الثَّانِي؟ فَكَرِهَ ذَلِكَ، وَأَبَاهُ إِبَاءً شَدِيدًا»
Imam Abdur razzaq berkata: “Aku bertanya kepada Ma’mar tentang
puasa enam hari di bulan syawwal seteah Idul fitri. Banyak orang mengatakan
dikerjakan setelah tanggal satu syawwal yakni hari kedua Syawwal.Ma’mar
berkata: “Aku berlindung kepada Allah, hari kedua masih disebut juga hari raya,
hari makan dan minum, lakukanlah puasa Syawwal selama 3 hari sebelum Ayyamul
Ghurri dan 3 hari lagi setelah Ayyamul Ghurri. Yang dimaksud ayyamul ghurri
adalah tanggal 13, 14 dan 15 Syawwal. Dan kami bertanya kepada Imam Abdurrazzaq
mengenai orang yang memulai puasa syawwal tanggal dua? Beliau memakruhkannya
dan menolak dengan keras.” (mushannaf Abdir razzaq hadist no: 7922).
Pendapat mayoritas ulama: puasa syawal bisa dimulai kapan saja
selama dia bisa menyelesaikan 6 hari puasa itu di bulan syawal baik secara
berurutan dan terpisah-pisah. Walaupun tidak diragukan bahwa menyegerakan
pengerjaannya itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil untuk berlomba-lomba
dalam mengerjakan kebaikan dan dalil yang menganjurkan untuk tidak menunda
amalan saleh.
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا
سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ: قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ
أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ.
وَفِي
البَابِ عَنْ جَابِرٍ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَثَوْبَانَ.حَدِيثُ أَبِي أَيُّوبَ
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ صِيَامَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ
شَوَّالٍ بِهَذَا الحَدِيثِ.قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ: هُوَ حَسَنٌ هُوَ مِثْلُ
صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ.قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ:
وَيُرْوَى فِي بَعْضِ الحَدِيثِ وَيُلْحَقُ هَذَا الصِّيَامُ بِرَمَضَانَ، وَاخْتَارَ
ابْنُالْمُبَارَكِ أَنْ تَكُونَ سِتَّةَ أَيَّامٍ فِي أَوَّلِ الشَّهْرِ.وَقَدْ
رُوِيَ عَنِ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ: إِنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ مِنْ
شَوَّالٍ مُتَفَرِّقًا فَهُوَ جَائِزٌ.وَقَدْ رَوَى عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ
مُحَمَّدٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، وَسَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَرَ
بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ هَذَا.وَرَوَى شُعْبَةُ، عَنْ وَرْقَاءَ بْنِ عُمَرَ، عَنْ سَعْدِ بْنِ
سَعِيدٍ هَذَا الحَدِيثَ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ
الأَنْصَارِيِّ وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الحَدِيثِ فِي سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ
مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ.حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الحُسَيْنُ بْنُ
عَلِيٍّ الجُعْفِيُّ، عَنْ إِسْرَائِيلَ أَبِي مُوسَى، عَنِ الحَسَنِ البَصْرِيِّ
قَالَ: كَانَ إِذَا ذُكِرَ عِنْدَهُ صِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ، فَيَقُولُ:
وَاللَّهِ لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ بِصِيَامِ هَذَا الشَّهْرِ عَنِ السَّنَةِ
كُلِّهَا.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id dari
Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda: " Barang siapa yang berpuasa Ramadlan yang dilanjutkan
dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka hal itu sama dengan puasa
setahun penuh."
Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Jabir, Abu Hurairah dan
Tsauban. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Ayyub adalah hadits hasan shahih.
Sebagian ulama menyukai untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal berdasarkan
hadits ini. Ibnu Al Mubarak berkata, pendapat itu baik seperti halnya berpuasa
tiga hari di pertengahan tiap bulan, Ibnu Al Mubarak melanjutkan, telah
diriwayatkan di sebagian hadits, bahwa puasa ini lanjutan dari puasa Ramadlan,
Ibnu Mubarak memilih dan lebih menyukai berpuasa enam hari di awal bulan
berturut-turut namun tidak mengapa jika ingin berpuasa enam hari tidak
berurutan. (perawi) berkata, 'Abdul Aziz bin Muhammad telah meriwayatkan hadits
ini dari Shafwan bin Sulaim, sedangkan Sa'ad bin Sa'id meriwayatkannya dari
Umar bin Tsabit dari Abu 'Ayyub dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam. Begitu
juga Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa' bin Umar dari Sa'ad bin Sa'id
dan Sa'ad bin Sa'id ialah saudaranya Yahya bin Sa'id Al Anshari, para ahlul
hadits mencela Sa'ad bin Sa'id dari segi hafalannya. Telah menceritakan kepada
kami Hannad telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Ju'fi dari Isra'il
Abu Musa dari Hasan Al Bashri beliau berkata, jika disebutkan padanya puasa
enam hari di bulan Syawwal dia berkata, demi Allah, sungguh Allah telah ridla
kepada puasa enam hari di bulan Syawwal sebanding dengan puasa setahun penuh.
(sunan at-Tirmidzi hadis no: 759).
Adapun sanad muttashil kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari jalur Imam Muslim rahimahullah mengenai puasa syawwal sebagai berikut;
الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة الشيخ محمد بوخبزة التطواني المغربي عن الحافظ السيد احمد الغماري عن ابي العباس احمد بن نصر العدوي عن احمد بن محجوب الفيومي عن احمد منة الله الازهري عن محمد بن محمد الامير عن نور الدين ابي الحسن علي بن محمد العربي السقاط عن ابراهيم الفيومي عن احمد القرقاوي عن علي الاجهوري عن نور الدين ابي بكر القرافي عن الحافظ السيوطي عن علم الدين البلقيني عن برهان الدين ابي اسحاق التنوخي عن سليمان بن حمزة عن ابي الحسن علي بن الحسين المغير عن الحافظ ابي الفضل سليمان بن ناصر السلامي عن الحافظ ابي القاسم عبد الرحمن بن ابي عبد الله بن منده عن الحافظ ابي بكر محمد بن عبد الله بن محمد بن زكريا بن الحسن الجوزقي عن ابي الحسن مكي بن عبدان النيسابوري عن الامام مسلم قال:
Adapun sanad muttashil kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari jalur Imam Muslim rahimahullah mengenai puasa syawwal sebagai berikut;
الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة الشيخ محمد بوخبزة التطواني المغربي عن الحافظ السيد احمد الغماري عن ابي العباس احمد بن نصر العدوي عن احمد بن محجوب الفيومي عن احمد منة الله الازهري عن محمد بن محمد الامير عن نور الدين ابي الحسن علي بن محمد العربي السقاط عن ابراهيم الفيومي عن احمد القرقاوي عن علي الاجهوري عن نور الدين ابي بكر القرافي عن الحافظ السيوطي عن علم الدين البلقيني عن برهان الدين ابي اسحاق التنوخي عن سليمان بن حمزة عن ابي الحسن علي بن الحسين المغير عن الحافظ ابي الفضل سليمان بن ناصر السلامي عن الحافظ ابي القاسم عبد الرحمن بن ابي عبد الله بن منده عن الحافظ ابي بكر محمد بن عبد الله بن محمد بن زكريا بن الحسن الجوزقي عن ابي الحسن مكي بن عبدان النيسابوري عن الامام مسلم قال:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ بْن سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»
Dikutip ulang dari kitab
ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid
2 halaman 115.
Khadimul
Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi
Dzulqornain al-Batawiy
instagram.com/rizkialbatawi
instagram.com/Zulqornain_Muafiy
Alamat Yayasan al-Muafah: Jalan
Tipar Cakung Rt 05 Rw 08 No; 5 Kampung Baru, Cakung Barat Jakarta Timur 13910
25 komentar:
ALhamdulillah...nambah lagi ilmu ane. Syukron baginda
ALhamdulillah...nambah lagi ilmu ane. Syukron baginda
Blom tidur haj
Belom.baginda....
Belom.baginda....
Oh ..kini ku lebih tau
Jazakallah tuan guru.
Syukron...alhamdulillah
Iya aku juga jadi tau Alhamdulillah
Alhamdulillah...syukron
Iya aku juga jadi tau Alhamdulillah
Alhamdulillah...syukron
Wobiltu sanadnye
Wadu jd salah da qobiltu untung gak ddpn penghulu
Alhamdulillah..
Alhamdulillah..
Menjalankan sesuatu dengan ilmu nya keberkahan yg ada makasih baginda
Laksanakan baginda syukron katsiiron
Laksanakan baginda syukron katsiiron
Alhamdulillah...
Kita semakin tahu karena ada guru...
Manfaat dan barokah....
Alhmdulillah
Alhmdulillah
Jazakallah khoir guru ilmunya
Baca lagi biar danta, Alhamdulillah
Alhamdulillah..sungguh Ilmu yg bermanfaat..syukron Yaa Baginda
Alhamdulillah syukron katsiiron baginda ilmunye....!!!
Posting Komentar