Minggu, 03 Januari 2016

Melaknat Syetan

Melaknat Syetan

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Pertanyaan Saudara Afwillah Nawardi dari Gang Haji Malik, Jakarta Utara:

Ada Contoh kasus dalam shalat berjamaah: ketika imam membaca ayat-ayat al-Qur'an yang menyebutkan kata-kata "Syetan" kemudian ada seorang ma'mum sekonyong-konyong mengucapkan "La'anahullah" (semoga Allah melaknatnya). Pertanyaan saya adalah; Apa hukumnya melaknat syetan di dalam shalat seperti yang dilakukan ma'mum tersebut? Dan bagaimana hukumnya seorang makmum menjawab alahis salam atau alaihimas salam saat imam membaca atat terakhir surat al-A'la dan Tolong sebutkan referensinya?

JAWABAN:

Hukum seseorang yang melaknat Syetan di dalam shalat tidak membatalkan shalatnya dengan catatan ia menggunakan bahasa arab dan dengan dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga) seperti menggunakan Hu, Huma dan Hum dalam ucapan (La'anahullah, La'anahumallah dan La'anahumullah).

Adapun jika menggunakan redaksi mukhathab (kata ganti orang kedua) seperti La'anakallah, La'anakumallah, La'anakumullah atau Al'anuka bi la'natillah dan sebagainya atau menggunakan bahasa selain arab dengan sengaja seperti: Mampus, brengsek, samber gledeg, bajingan, bocor alus dan kata-kata mpatan lainnya, maka batal shalatnya. Lantaran di dalam shalat tidak diperkenankan ada kata-kata atau dialog dengan mengunakan dhamir mukhathab (audiens) kecuali buat Allah Taala dan Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam.

Jika satu saat ada seseorang muslim sedang melakukan shalat, kemudian Nabi Isa Alaihis salam mengucapkan salam kepadanya kemudian ia menjawab salam Nabi Isa Alaihis Salam dengan ucapan (waalaikum salam), maka batal shalatnya. Lantaran ia menggunakan dhamir mukhathab dalam menjawabnya.

Tetapi seandainya ada orang shalat, kemudian Nabi Muhammad shallalllahu alaihi wa sallam  mengucapkan salam kepadanya, maka ia wajib jawab salam tersebut dan tidak batal shalatnya. Ini merupakan khususiyyat (keistimewaan Rasulullah) berdasarkan ayat al-Qur'an:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ {24}

“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. [Al-Anfal ayat: 24].

Begitu juga hukum seseorang makmum mengucapkan alaihis salam saat mendengar imam membaca akhir surat al-A'la (Sabbihisma Robbikal A'la):

صحف ابراهيم وموسى

Tidak membatalkan shalatnya, selama menjawab dengan dhamir ghaib (alaihis salam atau alaihimas salam). Tetapi tidak ditemukan nash yang menganjurkan seorang makmum menjawab dengan alaihis salam atau alaihimas salam bagi bacaan imam saat menyebut nama-nama nabi dalam al-Qur'an.

Allah Taala melaknat Iblis sampai hari qiyamat.

ﻓﺎﺧﺮﺝ ﻣﻨﻬﺎ ﻓﺈﻧﻚ ﺭﺟﻴﻢ . ﻭﺇﻥ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻠﻌﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ

Allah berfirman : “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat (al-Hijr: 34 – 35)

Dalam berbagai riwayat hadis disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di dalam shalat pernah berdoa keburukan buat kelompok orang kafir yang telah membantai kaum muslimin, walaupun hal itu kemudian beliau tinggalkan lantaran ditegur oleh Allah Taala:

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَٰلِمُونَ

Artinya: “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang' orang yang zhalim." ( Ali Imran: 128)

Imam Zakariya al-Anshari menyatakan dalam kitab al-Ghurar al-Bahiyyah; "Boleh hukumnya seseorang melaknat Iblis di dalam shalat dengan menggunakan dhamir mukhathab (kata ganti orang kedua) seiumpama Al'anuka Bi La'natillah artinya: "Aku laknat engkau ya Iblis dengan laknat yang Allah berikan". Pendapat imam Zakariya al-Anshariy ini ditolak oleh imam Ibn Hajar al-Haitamiy, imam Muhammad ar-Ramliy, imam Khathib as-Syarbainiy dan para ahli tahqiq lainnya lantaran pendapat yang kuat adalah batal shalat seseorang yang mengucapkan kata-kata dengan mengunakan redaksi khithab (audiens).

Pendapat imam Zakariya al-Anshariy mendapat diikuti oleh imam Zarkasyiy dan imam ibnu Imad dengan berargumentasi hadis riwayat imam Muslim dan imam an-Nasaiy dari Abu Darda Radhiyallahu Anhu: ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami shalat, tiba-tiba kami mendengar beliau mengatakan:

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻨﻚ

‘Aku berlindung kepada Allah darimu.’

Lalu beliau mengucapkan,

ﺃﻟﻌﻨﻚ ﺑﻠﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ

“Aku melaknatmu dengan laknat Allah”. Seusai shalat, para sahabat merasa heran dan bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jawab beliau:

ﺇﻥ ﻋﺪﻭ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﺟﺎﺀ ﺑﺸﻬﺎﺏ ﻣﻦ ﻧﺎﺭ ﻟﻴﺠﻌﻠﻪ ﻓﻰ ﻭﺟﻬﻰ ﻓﻘﻠﺖ ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻨﻚ. ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺕ ﺛﻢ ﻗﻠﺖ ﺃﻟﻌﻨﻚ ﺑﻠﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﺎﻣﺔ

Sesungguhnya Iblis, si musuh Allah, datang dengan membawa api yang mau dilemparkan ke wajahku. Lalu aku mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah darimu.’ Sebanyak tiga kali, kemudian aku ucapkan lagi, “Aku melaknatmu dengan laknat Allah yang sempurna.” (HR. Muslim 1239 dan Nasai 1223)

Disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ingin mengikat iblis tersebut di tiang masjid, tetapi beliau mengurungkan itu lantaran beliau ingat doa Nabi Sulaiman alaihis salam yang memang Allah Taala berikan kekuasaan untuk menundukan iblis dan bala tentaranya.

Seorang Muharrirul Mazhab (penyeleksi mazhab) Imam Nawawiy ad-Dimasyqiy dalam kitab syarh Muslim  mengatakan: "Para ulama yang berafiliasi dalam mazhab imam Syafii menyatakan batalnya shalat seseorang yang melaknat iblis dengan mengunakan redaksi khithab (kata ganti orang kedua). Adapun hadist di atas sudah di naskh (dihapus) hukumnya lantaran peristiwa itu terjadi saat belum adanya larangan berbicara di dalam shalat."

Lebih luas lagi silahkan dibaca kitab Umadatul Mufti Wal Mustafti karya imam Jamaluddin Muhammad Bin Abdurrahman al-Ahdal (wafat 1352 Hijriyah).

Walaupun kita boleh melaknat iblis dan bala tentaranya di luar shalat maupun ketika shalat dengan ketentuan yang telah disebutkan tetapi lebih baik tidak kita kerjakan karena hal itu kurang manfaat. Boleh jadi kita laknat iblis atau syetan secara terang-terangan ternyata seringkali kita mengikuti tingkah syetan secara sembunyi-sembunyi.

Yang diperintahkan oleh syariat adalah memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dan bukan melaknat setan.

Terdapat banyak dalil yang menunjukkan hal itu, diantaranya,

Firman Allah,

ﻭﺇﻣﺎ ﻳﻨﺰﻏﻨﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻧﺰﻍ ﻓﺎﺳﺘﻌﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺇﻧﻪ ﺳﻤﻴﻊ ﻋﻠﻴﻢ

Jika setan mengganggumu, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Fushilat: 36)

Allah memerintahkan kita untuk berdoa:

ﻭﻗﻞ ﺭﺏ ﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﻫﻤﺰﺍﺕ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻭﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﺭﺏ ﺃﻥ ﻳﺤﻀﺮﻭﻥ

Katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan Setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku (QS. al-Mukminun: 97 – 98).

Disarikan dari kitab Majmua'tul Furu' Wal Masail karya Abu Munyah as-Sakunjiy jilid 1 halaman 240.


Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

HP: 08164856876 / 082122549831
PIN: 22580F48
instagram.com/Zulqornain_Muafiy



 ********* ******** ********

اللَّهُــــــــــــــمَّ صَلِّ عَلَى سيِّــــــــدِنَا محمدٍ الفاتِـــــــــحِ لِمَا أُغْلِــــــــــــــقَ والخَـاتِــــــــــــــــمِ لِمَا سَبَــــــــــقَ، نَاصِـــــــــرِ الحَقِّ بالحـــــــــــــــــقِّ، والهـــــــــــــــــادِي إلى صِرَاطِـــــــــكَ الْمُسْتَقِيـــــــــــــــــــمِ، وَعَلَى آلِهِ حـــــــــقَّ قَدْرِهِ ومِقْــــــــــــدَارِهِ العَظِيــــــــــــــمِ.

(لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللَّـهِ كَاشِفَةٌ)

اللَّهـُمَّ بِـحَقِّ هَذِهِ الْآيَةِ الشَّرِيفَةِ وَمَا بِـهَا مِنْ أَسْرَارٍ أَنْ تَكْشِفَ ضُرَّنَا وَتَصْرِفَ عَنَّا كَيْدَ مَنْ كَادَنَا وَشَرَّ مَنْ أَرَادَ بِنَا شَرَّاً وَرُدَّ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ وَاَشْغِلْهُ عَنَّا بِشَاغِلٍ لَا يَسْتَطِيعُ رَدَّهُ  يَا اللَّـه .


Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat Jakarta Timur 13910



14 komentar:

Adi Putra mengatakan...

Alhamdulillah

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah syukron katsiiron baginda

Syaeful bahar mengatakan...

Nambah ilmu maning

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah

Ali fikri mengatakan...

Bertambah lgi ilmu ane..alhamdulillah

Unknown mengatakan...

Kudu kita buat dokumentasi pengajian malam senin.. masing2 punya tugas

Unknown mengatakan...

Kudu kita buat dokumentasi pengajian malam senin.. masing2 punya tugas

Unknown mengatakan...

Kudu kita buat dokumentasi pengajian malam senin.. masing2 punya tugas

Unknown mengatakan...

Kudu kita buat dokumentasi pengajian malam senin.. masing2 punya tugas

Unknown mengatakan...

Wassyukru lillah

Unknown mengatakan...

Nambah ilmu lg.....

dede akhadiyat mengatakan...

Alhamdulillah..

dede akhadiyat mengatakan...

Alhamdulillah..

Unknown mengatakan...

Jazakallah khoir