Hukum Salat Tarawih Dengan Cara 4 Rakaat Satu Salam
Secara umum
pelaksanaan shalat sunah, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai
jumlah rakaat setiap kali salam. Menurut Imam Malik dan Imam Syafii, shalat
sunah, baik di waktu malam maupun siang,
dilakukan dengan cara dua-dua yakni; setiap 2 rakaat salam. Menurut Imam Abu
Hanifah, boleh melakukannya dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, enam-enam,
delapan-delapan, dengan sekali salam (tanpa salam tiap 2 rakaatnya). Ada juga
yang membedakan antara shalat sunah malam dan siang, kalau shalat sunah malam dikerjakan
dua-dua, kalau shalat sunah siang boleh empat-empat. Perbedaan ini terjadi
karena perbedaan hadis yang datang dalam masalah ini. Sebagaimana disebutkan
oleh Imam Muhammad Ibn Abdurrahman al-Dimasyqiy dalam kitab Rahmah
al-Ummah Fi Ikhtilâf al-Aimmah:
(فَصْلٌ) وَالسُنَّةُ فيِ
تَطَوُّعِ الَّليْلِ وَالنَّهَارِ اَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ . فَاِنْ
سَلَّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَةٍ جَازَ عِنْدَ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ . وَقاَلَ
اَبُوْ حَنِيْفَةَ لاَ يَجُوْزُ . وَقَالَ فِي صَلاَةِ الَّليْلِ اِنْ شَاءَ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ اَوْ أَرْبَعًا اَوْ سِتًّا اَوْ ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ
وَاحِدَةٍ . وَبِالنَّهَارِ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ أَرْبَعٍ . (رحمة الأمة بهامش
كتاب الميزان الكبرى ج 1 ص : 55)
Artinya: “Disunahkan mengerjakan Shalat sunah yang
dilaksanakan di waktu malam dan siang hari dengan salam tiap 2 rakaat. Jika
seseorang salam pada tiap 1 rakaat hukumnya boleh menurut Imam Malik, Syafii
dan Ahmad. Imam Abu Hanifah berkata tidak boleh. Beliau juga mengatakan shalat
malam boleh dikerjakan 2-2, 4-4, 6-6, 8-8 dengan sekali salam, shalat sunah
yang dilakukan siang hari boleh dengan 4 rakaat 1 salam”.
Dalam menyikapi perbedaan masalah ibadah,
kita tidak perlu bingung, alergi ataupun antipati.[1] Sebab masing-masing di antara pendapat-
pendapat ulama tersebut mempunyai landasan dalil. Solusi yang tepat untuk
menyikapi perbedaan pendapat tersebut adalah dengan menerapkan kaidah Usul
Fiqh, ( اَلْخُرُوْجُ مِنَ الْخِلاَفِ
مُسْتَحَبٌّ ): ”Keluar dari perbedaan pendapat adalah suatu hal yang
dianjurkan.” Tetapi dengan catatan harus dengan mengambil pendapat yang
paling sesuai dengan prinsip hukum atau yang paling benar di antara keduanya.
Yang dimaksud dengan keluar dari perbedaan pendapat dalam konteks ini adalah
mengerjakan shalat Tarawih dengan cara 2 rakaat- 2 rakaat. Sebab, bila kita
kerjakan shalat Tarawih dengan cara 4 rakaat satu salam akan bertabrakan dengan
2 Qaul ulama. Pertama, Qaul dalam Mazhab Imam Malik[2]
dan Mazhab Imam Ahmad Ibn Hambal[3]
yang berpendapat:”Shalat Tarawih yang dikerjakan 4 rakaat sekali salam itu hukumnya Makruh. Karena
telah meninggalkan kesunahan bertasyahhud dan memberi salam pada setiap 2
rakaat. Kedua, Qaul dalam Mazhab Imam Syafii mengatakan:”Shalat Tarawih
yang dikerjakan 4 rakaat 1 salam, tidak sah”. Dengan alasan telah
menyalahi istilah dan prosedur shalat Tarawih yang sudah jelas definisinya.
Tidak enak rasanya, bila di satu sisi kita mengerjakan ibadah bertujuan mencari
Ridho Allah, mengharapkan pahala dan kekhusu’an di dalamnya, sedangkan di sisi
lain para ulama mengatakan ibadah yang kita kerjakan hukumnya Makruh atau tidak
sah.
Perlu
diketahui, sekalipun dalam mazhab Imam Abu hanifah memiliki pendapat yang
mengatakan boleh shalat sunah malam hari dikerjakan 2-2, 4-4, 6-6, 8-8 dengan
sekali salam, tapi pendapat ini tidak dijadikan hujjah (argumen) dan juga tidak
diamalkan dalam Mazhab Imam Abi Hanifah, sebagaimana dituturkan oleh Syaikh
Muhammad Anwâr
Syâh al-Kasymîriy al-Hindiy dalam kitabnya, al-A’rf al-Syadziy Syarh Sunan
al-Tirmidziy sebagai berikut:[4]
وَلَمْ يَثْبُتْ حَدِيْثٌ
يُنَصُّ عَلَى أَرْبَعٍ بِالَّليْلِ بِتَسْلِيْمَةٍ . وَتَمَسَّكَ اْلأَحْنَافُ فِي
مَذْهَبِ أَبِي حَنِيْفَةَ بِحَدِيْثِ عَائِشَةَ حَدِيْثِ الصَّحِيْحَيْنِ : كَانَ
يُصَلِّي أَرْبَعاً فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ . إلخ ، وَأَقُوْلُ
: إِنَّهُ لَيْسَ بِحُجَّةٍ لَنَا، فَإِنَّ الْحَدِيْثَ مُبْهَمٌ وَلاَ يَدُلُّ عَلَى
أَنَّهَا بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ بَلْ هِيَ مَحْمُوْلَةٌ عِنْدِي عَلىَ هَيْأَةِ
التَّرَاوِيْحِ فِي زَمَانِنَا أَيْ التَّسْلِيْمَةُ عَلىَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ
وَالتَّرْوِيْحَةُ عَلَى أَرْبَعَةٍ ، وَمَرَّ عَلَيْهِ أَبُوْ عُمَرَ فيِ التَّمْهِيْدِ
، وَقَالَ فِي شَرْحِ الْحَدِيْثِ مِثْلُ مَا قُلْتُ . وَإِنَّمَا جُمِعَتْ بَيْنَ
أَرْبَعٍ لِعَدَمِ الْوَقْفَةِ وَالتَّرْوِيْحَةُ عَلَى رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ وَجَدْتُ
فِي السُّنَنِ الْكُبْرَى مَرْفُوْعاً : يُصَلِّي أَرْبَعاً فَيَتَرَوَّحُ إلخ ، وَيَدُلُّ
عَلَى التَّسْلِيْمِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ عَنْ عَائِشَةَ مَا فِي مُسْلِمٍ يُسَلِّمُ
بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ ، وَفِي النَّسَائِيِّ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ : يُسَلِّمُ
عَلَى كُلِّ رَكْعَتَيْنِ ، فَلاَ يَكُوْنُ حُجَّةً لَنَا نَاهِضَةً فَإِنَّ الرُّوَاةَ
بَعْضُهُمْ يُعَبِّرُوْنَ الْمُرَادَ مُجْمَلاً ، وَبْعضُهُمْ يُفْصِحُوْنَ بِالْمُرَادِ
وَيَذْكُرُوْنَ التَّسْلِيْمَ عَلَى كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَاْلأَوَّلُوْنَ لاَ يَذْكُرُوْنَ
التَّسْلِيْمَ فَلاَ يُمْكِنُ اْلاِسْتِدْلاَلُ بِاْلإِجْمَالِ .
Artinya: Tidak ada keterangan Nash hadis shalat malam
dikerjakan 4 rakaat dengan satu salam, para ulama yang berafiliasi dalam Mazhab
Abi Hanifah berpegang pada hadis Siti A’isyah riwayat Imam Bukhariy dan
Muslim:”Beliau shalat 4 rakaat maka jangan engkau tanyakan betapa elok dan
lamanya”. Menurutku:”hadis ini bukan sebagai dalil dalam Mazhab Kami, karena
hadis ini tidak jelas dan juga hadis ini bukan sebagai dalil 4 rakaat
dikerjakan dengan satu salam, akan tetapi menurutku 4 rakaat tersebut
dikandungkan atas bentuk shalat Tarawih yang dikerjakan pada zaman ini dengan
memberi salam pada tiap 2 rakaat- 2 rakaat, 1 Tarwihah (istirahat) itu terdiri
dari 4 rakaat. Inilah yang dijelaskan oleh Syaikh Abu Umar dalam kitab al-Tamhîd,[5] beliau mengatakan
komentar hadis seperti yang aku sebutkan. Penyebutan 4 rakaat adalah gabungan (2 rakaat- 2 rakaat)
karena tidak ada perhentian dan istirahat atas 2 rakaat pertama. Aku temukan
dalam kitab al-Sunan al-Kubrâ dengan sanad yang Marfû’ bahwa: Rasulullah shalat 4 rakaat kemudian
beliau beristirahat, menjadi dalil memberi salam pada tiap 2 rakaat, dari Siti
A’isyah riwayat Imam Muslim: beliau shalat memberi salam pada tiap 2 rakaat.
Riwayat Imam Nasâiy
dari Ummi Salamah: beliau salam pada tiap 2 rakaat. Maka hal itu tidak bisa
menjadi dalil yang tegak lantaran setiap perawi hadis telah mengungkapkan
maksud yang masih Mujmal (global), sebagian mereka menjelaskan yang dimaksud
dan menyebutkan bahwa beliau memberi salam pada tiap 2 rakaat. Sedangkan
kelompok pertama tidak menyebutkan salam pada tiap 2 rakaat, maka tidak mungkin
bisa dijadikan dalil sesuatu yang masih bersifat global (umum).
Untuk mengetahui penjelasan yang lebih luas,
marilah kita perhatikan komentar para ulama dalam memahami tatacara pelaksanaan
shalat Tarawih agar kita senantiasa berada dalam bimbingan mereka (اللهم احشرنا فىزمرتهم وارزقنا محبتهم) sebagai berikut:
1)
تبيين الحقائق شرح كنز الدقائق : للشيخ الامام فخر الدين أبو محمد عثمان بن علي الزيلعي
الحنفي ج 2 ص: 349 .
قَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ
( وَسُنَّ فِي رَمَضَانَ عِشْرُونَ
رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ بَعْدَ الْعِشَاءِ قَبْلَ الْوِتْرِ وَبَعْدَهُ بِجَمَاعَةٍ وَالْخَتْمُ
مَرَّةً وَبِجِلْسَةٍ بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعٍ بِقَدْرِهَا ) أَيْ بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعِ
رَكَعَاتٍ بِقَدْرِ الْأَرْبَعَةِ الْكَلَامُ فِي التَّرَاوِيحِ فِي مَوَاضِعَ الْأَوَّلُ
فِي صِفَتِهَا وَهِيَ سُنَّةٌ عِنْدَنَا رَوَاهُ الْحَسَنُ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ نَصًّا
وَقِيلَ مُسْتَحَبٌّ وَالْأَوَّلُ أَصَحُّ لِأَنَّهَا وَاظَبَ عَلَيْهَاالْخُلَفَاءُ
الرَّاشِدُونَ.
Artinya: ”Imam
Abdullah Ibn Ahmad al-Nasafiy berkata:”Disunahkan shalat Tarawih 20 rakaat
dengan 10 salam (tiap 2 rakaat salam). Dilaksanakan setelah shalat Isya,
sebelum shalat Witir dan boleh setelah Witir, dilakukan dengan berjamaah dan
mengkhatamkan al-Qur’an 1 kali dengan duduk istirahat tiap 4 rakaat dengan
seukurannya. Yakni tiap selesai 4
rakaat beristirahat seukuran 4 rakaat. Pembicaraan pada shalat Tarawih pada
beberapa tempat. Pertama pada sifatnya yaitu hukumnya sunah menurut mazhab kami
(Hanafiy). Al-Hasan telah meriwayatkannya dari Imam Abi Hanifah akan satu Nash.
Ada Qaul yang mengatakannya Mustahab. Tetapi pendapat pertama, yang
mengatakannya sunah adalah pendapat yang paling shahih. Karena
shalat tersebut telah dilakukan secara konsisten oleh para Khulafaurrasyidin.
2) الفواكه الدواني على رسالة ابن أبي زيد القيرواني : للشيخ أَحْمَد بْن غُنَيْمِ بْنِ سَالِمٍ النَّفْرَاوِيّ
المالكي ج 3 ص :474
( وَكُلُّ ذَلِكَ ) أَيْ الْعَدَدِ مِنْ الْعِشْرِينَ
أَوْ السِّتَّةِ وَالثَّلَاثِينَ ( وَاسِعٌ ) أَيْ جَائِزٌ وَهَذَا غَيْرُ ضَرُورِيِّ
الذِّكْرِ .( وَ ) يُسْتَحَبُّ أَنْ ( يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ ) وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُ السَّلَامِ بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ
وَاحِدَةٍ الْأَفْضَلُ لَهُ السَّلَامُ بَعْدَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ .
Artinya: “Semua jumlah rakaat shalat Tarawih yang 20
ataupun 36 itu merupakan suatu keluasan maksudnya boleh dikerjakan. Hal ini
tidak mudah disebutkan. Dianjurkan seseorang yang mengerjakan shalat Tarawih
dengan mengucapkan salam pada tiap 2 rakaat. Makruh hukumnya menunda salam
sampai 4 rakaat. Sehingga bila ia mengerjakan 4 rakaat satu salam yang
lebih utama bagi dirinya adalah salam pada tiap 2 rakaat”.
3) المغني شرح المختصر الخرقي : للشيخ
الامام موفق الدين ابي محمد عبد الله بن احمد ابن قدامة الحنبلي ج 1 ص : 796 مسألة
ك 1035 (دار الفكر 1997)
( وَصَلَاةُ التَّطَوُّعِ مَثْنَى مَثْنَى ) يَعْنِي
يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ ، وَالتَّطَوُّعُ قِسْمَانِ ؛ تَطَوُّعُ لَيْلٍ ، وَتَطَوُّعُ
نَهَارٍ ، فَأَمَّا تَطَوُّعُ اللَّيْلِ فَلَا يَجُوزُ إلَّا مَثْنَى مَثْنَى .هَذَا
قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ ، وَبِهِ قَالَ أَبُو يُوسُفَ ، وَمُحَمَّدٌ . وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ : إنْ شِئْت رَكْعَتَيْنِ
، وَإِنْ شِئْت أَرْبَعًا ، وَإِنْ شِئْت سِتًّا ، وَإِنْ شِئْت ثَمَانِيًا .وَلَنَا
، قَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى
مَثْنَى } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ ، وَبَيْنَ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ تَسْلِيمَةٌ } .رَوَاهُ الْأَثْرَمُ .
Artinya; Shalat malam
itu 2 rakaat- 2 rakaat yakni seseorang yang mengerjakannya salam pada tiapa 2
rakaat. Shalat sunah itu ada 2 macam: pertama shalat sunah malam. Kedua shalat
sunah siang. Adapun shalat sunah malam maka tidak boleh melainkan dikerjakan 2
rakaat- 2 rakaat. Ini
pendapat mayoritas ulama, dan juga pendapat Abu Yusuf dan Muhammad. Imam Abu Hanifah berpendapat ”jika engkau
ingin shalat malam kerjakan dengan 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat dan 8 rakaat 1
salam. Sedangkan pendapat kami (Mazhab Hambali) landasan sebuah hadis shalat
malam 2 rakaat- 2 rakaat. Hadis Imam Bukhariy dan Imam Muslim. Dan hadis
lainnya dari Siti A’isyah berkata: Rasulullah bersabda” Kunci shalat itu dengan
melakukan bersuci. Dan tiap 2 rakaat itu salam. Hadis riwayat al-Atsram.
4)
الغُنْيَة لطالبي طريق الحق في الأخلاق و التصوف والأدب الاسلامية : للامام سلطان الأولياء الشيخ عبد القادر الجيلاني ج 2 ص : 16 .
وَهِيَ
عِشْرُوْنَ رَكْعَةً يَجْلِسُ عَقِبَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَ يُسَلِّمُ .
فَهِيَ خَمْسُ تَرْوِيْحَاتٍ كُلَّ اَرْبَعَةٍ مِنْهَا تَرْوِيْحَةٍ . وَيَنْوِي
فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ اُصَلِّي رَكْعَتَيِ التَّرَاوِيْحِ الْمَسْنُوْنَةِ اِذَا
كَانَ فَرْدًا اَوْ اِذَا كَانَ اِمَامًا اَوْ مَأْمُوْمًا .
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat seseorang
yang mengerjakannya duduk setelah salam pada tiap 2 rakaat. Shalat Tarawih
terdiri dari 5 tarwihah, setiap empat rakaat itu dinamakan 1 tarwihah.
Hendaknya ia berniat saya niat shalat sunah Tarawih. Jika ia sendirian, menjadi
imam, ataupun ma’mum.
5) الأذكار (حلية
الأبرار وشعار الأخيار في تلخيص الدعوات والأذكار) : للامام أبي زكريا محي
الدين بن شرف النووي الدمشقي ص : 156 (دار الفكر د ت )
إِعْلَمْ
أَنَّ صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ، وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً، يُسَلِّمُ
مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ .
Artinya: Ketahuilah
sesungguhnya shalat Tarawih itu hukumnya sunah dengan kesepakatan ulama,
dikerjakan 20 rakaat setiap dua rakaat mengucapkan salam.
6) شرح
الشمائل المحمدية : للشيخ العلامة عبد الرؤوف المناوي ج 2 ص : 91 (دار الأقصى 1988)
(يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا
تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ) اَيْ اِنَّهُنَّ مِنْ كَمَالِ الطُّوْلِ
وَالْحُسْنِ عَلَى غَايَةٍ ظَاهِرَةٍ مُغْنِيَةٍ عَنِ السُّؤَالِ اَيْ اِنَّهُنَّ
فِي غَايَةِ الْحُسْنِ وَ الطُّوْلِ بِحَيْثُ يُعْجِزُ الِّلسَانُ عَنْ بَيَانِهَا
, فَمَنْعُ السُّؤَالِ كنِاَيَةٌ عَنِ الْعَجْزِ عَنِ الْجَوَابِ . وَالْمُرَادُ أَنَّهُ
صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَتَيْنِ لِيُوَافِقَ خَبَرَ زَيْدِ السَّابِقِ
وَاِنَّمَا جُمِعَ اْلأَرْبَعُ لِتَقَارِبِهَا طُوْلاً وَحُسْنًا لاَ
لِكَوْنِهِمَا بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ .
Artinya: Beliau
shalat 4 rakaat, jangan anda tanya bagaimana bagus dan lamanya beliau shalat.
Artinya 4 rakaat yang beliau lakukan tergolong dari saking sempurna lama dan
eloknya atas puncak yang zhahir yang tidak butuh pertanyaan, artinya 4 rakaat
tersebut menggambarkan puncak keelokan dan lamanya waktu dari segi lidah akan
payah dari menjelaskannya. Penolakan Aisyah dari pertanyaan orang yang bertanya
merupakan kiasan dari tidak mampunya Aisyah untuk memberikan jawaban. Yang
dimaksud Rasulullah shalat 4 rakaat itu dikerjakan dengan 2 salam agar menjadi
sesuai dengan keterangan hadis dari Zaid yang telah lalu. Hanya sanya
digabungkan penyebutan 4 rakaat karena berdekatan antara keduanya dalam hal
lama dan eloknya, bukan berarti 4 rakaat itu dipahami dengan satu salam.
7) المنتقى شرح المؤطا : للشيخ أبي
الوالد سليمان بن خلف الباجي ج 2 ص : 151 (دار الكتب 1999)
كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً .
( ش ) : قَوْلُهُ كَانُوا يَقُومُونَ
فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً يُرِيدُ عِشْرِينَ رَكْعَةً غَيْرَ الْوِتْرِ
وَالرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تُفْعَلَانِ مَعَهُ فِي سَائِرِ الْعَامِ وَالْعِشْرُونَ
رَكْعَةً خَمْسُ تَرَاوِيحَ كُلُّ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ تَرْوِيحَةٌ وَيُسَلِّمُ مِنْ
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ . وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ الْأَئِمَّةِ أَنْ يَفْصِلُوا بَيْنَ
كُلِّ تَرْوِيحَتَيْنِ مِنْ هَذِهِ الصَّلَاةِ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ يُصَلُّونَهُمَا
أَفْذَاذًا .
Artinya: “Para sahabat mengerjakan shalat Qiyam Ramadhan pada zaman
Sayidina Umar Ibn Khatthab dengan 23 rakaat.
Komentar pengarang (al-Bâjiy). Perkataan para sahabat
melakukan Qiyam Ramadhan 23 rakaat, dimaksudkan 20 rakaat selain shalat Witir,
dan mereka mengerjakan 2 rakaat yang dilakukan bersamaan dengan shalat itu pada
sepanjang tahun. 20 rakaat dikerjakan dengan 5 kali istirahat, tiap 4
rakaat melakukan 1 istirahat, seseorang mengucapkan salam tiap 2 rakaat.
Sesungguhnya berlaku kebiasaan para Imam memisahkan antara tiap 2 kali
istirahat dari shalat Tarawih dengan 2 rakaat yang ringan mereka mengerjakan
shalat tersebut sendiri-sendiri.”
8) توضيح الأحكام شرح
بلوغ المرام من ادلة الأحكام : للشيخ
عبد الله بن عبد الرحمن البسام ج 2 ص :
200 (دار الحديث 2003)
فَقَالَتْ عائشة مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ
عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ
وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ
أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي . متفق عليه .[6]
يَحْتَمِلُ اَنَّ
اْلأَرْبَعَ مُنْفَصِلاَتٌ وَاَنَّهُ يُصَلِّيْهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ
وَيُوَافِقُهُ حَدِيْثُ: صَلاَةُ الَّليْلِ مَثْنَى مَثْنَى. وَيُؤَيِّدُهُ
اَيْضًا الأَحَادِيْثُ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَى تَفْصِيْلِ صَلاَتِهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالَّليْلِ بِأَنَّهَا كَانَتْ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ ,
فَلَعَلَّهَا ذَكَرَتْ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعَةً, ثُمَّ اْلأَخَرُ
مَجْمُوْعَةً لِأَنَّهُ كَانَ لاَيَمْكُثُ بَعْدَ التَّسْلِيْمِ مِنَ
الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ بَلْ كَانَ لِلرَّكْعَتَيْنِ اْلأُخْرَيَيْنِ .
فَأِذَا أَتَمَّ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَكَثَ طَوِيْلاً وَفَصَّلَ بَيْنَهُمَا وَ
بَيْنَ اْلأَرْبَعِ اْلأَتِيَةِ فَصْلاً طَوِيْلاًَ.
Artinya; Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada
bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat
jangan engkau bertanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau shalat
4 rakaat jangan engkau bertanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian
beliau shalat 3 rakaat. Kemudian aku bertanya ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur
sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ”Aisyah, meskipun kedua mataku
tidur, hatiku tidaklah tidur”
Hadis ini
diihtimalkan (memiliki kemungkinan) bahwa 4 rakaat yang dilakukan oleh
Rasulullah adalah dengan cara terpisah (tidak sekaligus) yakni beliau
mengerjakan 4 rakaat tersebut dengan 2 rakaat- 2 rakaat. Hal ini sesuai dengan
keterangan hadis Shahih yang mengatakan Shalat malam dikerjakan dengan 2
rakaat- 2 rakaat. Dan dikuatkan juga dalam banyak hadis yang meliputi perincian
shalat Rasulullah yang beliau kerjakan pada malam hari yang menyatakan shalat
malam itu dikerjakan 2 rakaat- 2 rakat. Mungkin Siti A’isyah menyebut 4 rakaat
itu sebagai gabungan, kemudian 4 rakaat lain juga sebagai gabungan. Karena
Rasulullah tidak berdiam lama setelah salam tiap 2 rakaat yang pertama tetapi
adalah hal itu untuk 2 rakaat terakhir. Maka apabila beliau telah sempurna
mengerjakan 4 rakaat (dengan 2 salam) beliau berdiam lama dan memisahkan antara
keduanya dengan 4 rakaat ( dengan 2 salam) selanjutnya dengan pemisahan yang
lama.
9) فتاوى هموم المسلم
اليومية : للشيخ عبد الحميد كشك ج 3 ص : 76
تُؤَدَّى صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ بَعْدَ صَلاَةِ
اْلعِشَاءِ وَقَبْلَ اْلوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ وَيَجُوْزُ اَنْ
تُؤَدَّى بَعْدَهُ وَلَكِنَّهُ خِلاَفُ اْلأَفْضَلِ .
Artinya: Dilaksanakan shalat Tarawih dengan cara dua
rakaat-dua rakaat setelah shalat Isya sebelum shalat Witir. Boleh shalat
Tarawih dikerjakan setelah witir tetapi hal itu menyalahi yang afdhal.
10) من توجيهات الأسلام : للشيخ محمد
شلتوت ص : 360 (دار القلم 1966)
وَبِذَلِكَ كَانَتْ صَلاَةُ
التَّرَاوِيْحُ شِعَارًا تَعَبُّدِيًّا خَاصًّا بِشَهْرِ رَمَضَانَ يَهْرَعُ اِلَيْهِ
الْمُسْلِمُوْنَ فِي مَسَاجِدِهِمْ بِهِ تَسْتَنِيْرُ الْقُلُوْبُ وَبِهِ تُضَاءُ
الْمَسَاجِدُ وَهِيَ تُؤَدَّى عَقِبَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَقَبْلَ صَلاَةِ الْوِتْرِ
رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ مَعَ اسْتِرَاحَةٍ بَيْنَ كُلِّ أَرْبَعٍ وَأَرْبَعٍ .
Artinya: ”Karena itu shalat Tarawih menjadi syiar
ibadah khusus pada bulan Ramadhan di mana muslimin bergegas menuju
masjid-masjid. Dengan adanya bulan
Ramadhan hati mereka mendapat cahaya dan masjid-masjid pun disinari dengan
lampu-lampu. Shalat Tarawih dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat Isya
sebelum shalat Witir dengan cara 2 rakat- 2 rakaat yang disertai istirahat di
antara tiap 4 rakaat- 4 rakaat.”
11) فقه السنة : للسيد سابق ج 1 ص : 174 (دار الفكر 1983)
مَشْرُوْعِيَّةُ قِيَامِ
رَمَضَانَ: قِيَامِ رَمَضَانَ أَوْ
صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ لِلرَّجُلِ وَالنِّسَاءِ
تُؤَدَّى بَعْدَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَقَبْلَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ
، وَيَجُوْزُ أَنْ تُؤَدَّى بَعْدَهُ وَلَكِنَّهُ خِلاَفُ الْاَفْضَلِ، وَيَسْتَمِرُّ
وَقْتُهَا إِلَى آخِرِ اللَّيْلِ.
Artinya: Disyariatkan Qiyam Ramadhan. Qiyam Ramadhan
atau shalat Tarawih hukumnya sunah bagi laki-laki dan perempuan. Dikerjakan
setelah shalat Isya, sebelum shalat Witir dengan cara 2 rakaat- 2 rakaat.
Shalat Tarawih boleh dikerjakan setelah shalat Witir, tetapi hal itu menyalahi
sesuatu yang utama. Waktu pelaksanaannya sampai akhir malam.
12) خلاصة
الكلام في أركان الاسلام : للسيد علي فكري
ص : 114 (دار الفكر 1979)
صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ عِنْدَ الْأَئِمَّةِ فِي
لَيَالِي رَمَضَانَ وَوَقْتُهَا بَعْدَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ اِلَى طُلُوْعِ
الْفَجْرِ . وِيُسَنُّ أَنْ يُوْتِرَ بَعْدَهَا وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً كُلَّ
رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ . وَتُسَنُّ الْاِسْتِرَاحَةُ بَعْدَ كُلِّ
أَرْبَعٍ مِنْهَا بِقَدْرِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ وَتُسَنُّ الْجَمَاعَةُ فِيْهَا
وَهِيَ سُنَّةٌ لِلرِّجَالِ وَ النِّسَاءِ . وَكَيْفِيَّةُ صَلاَتِهَا كَصَلاَةِ
الصُّبْحِ كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ .
Artinya: Shalat
Tarawih merupakan sunah Muakkadah menurut para Imam yang dikerjakan pada
malam-malam bulan Ramadhan. Waktu pelaksanaannya setelah shalat Isya sampai
terbit fajar, disunahkan mengerjakan shalat Witir setelahnya. Shalat Tarawih
itu 20 rakaat pada tiap 2 rakaat dengan 1 salam, disunahkan beristirahat
seukuran 4 rakaat setelah melakukan tiap 4 rakaat darinya, disunahkan berjamaah
padanya, shalat Tarawih sunah bagi laki-laki dan wanita. Cara mengerjakannya seperti shalat Subuh,
setiap 2 rakaat mengucapkan salam.
13) هداية الطالبين في بيان مهمات الدين : للحبيب العلامة زين بن ابراهيم بن سميط
الحسيني ص : 95 (دار العلوم الاسلامية
2005)
صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ
وَهِيَ الْمُرَادُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ فِي قَوْلِهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ رواه الشيخان . وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
وَيَنْوِيَ بِهَا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ اَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ .
Artinya: Shalat
Tarawih hukumnya sunah Muakkadah, shalat ini yang dimaksud Qiyam Ramadhan dalam
hadis Rasulullah:”Siapa saja yang melakukan ibadah pada bulan Ramadhan karena
iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dari segala dosanya”.
Hadis riwayat Bukhariy dan Muslim. Shalat Tarawih terdiri dari 20 rakaat,
seseorang yang mengerjakannya melakukan salam pada tiap 2 rakaat. Ia berniat
shalat sunah Tarawih atau Qiyam Ramadhan.
14) دائرة المعارف الاسلامية :
للشيخ أحمد الشنتناوي و ابراهيم زكي خورشيد و عبد الحميد يونس . ج 5 ص : 19
(دار الفكر 1990)
وَيُوْصِي الشَّرْعُ بِالْقِيَامِ
بِالتَّرَاوِيْحِ بَعْدَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ عَشْرُ تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلٍّ
مِنْهَا رَكْعَتَانِ , وَبَعْدَ كُلِّ أََرْبَعِ رَكَعَاتٍ تَرْوِيْحَةٌ
وَمِنْ ثَمَّ سُمِّيَتْ هَذِهِ الصَّلَوَاتُ بِالتَّرَاوِيْحِ .وَرَكْعَاتُهَا
عِنْدَ الْمَالِكِيَّةُ سِتٌّ وَ ثَلاَثُوْنَ , وَهُمْ يَعْتَبِرُوْنَهَا مِنْ
صَلَواتِ السُّنَّةِ وَلَهَا أَهَمِّيَّةُ جَمِيْعِ الشَّعَائِرِ الَّتِي تُؤَدَّى
فِي رَمَضَانَ . وَيَفْضُلُ الشِّيْعَةُ أَدَاءَ اَلْفِ رَكْعَةٍ خِلاَلَ شَهْرِ
رَمَضَانََ .
Artinya:" Syariat mewasiatkan
mengerjakan shalat Tarawih itu setelah shalat Isya (20 rakaat) dengan 10
salam pada tiap salam itu terdiri dari 2 rakaat, setelah selesai 4 rakaat
disebut 1 Tarwihah (istirahat) dari sinilah penamaan shalat Tarawih. Jumlah
rakaatnya menurut Mazhab Imam Malik 36 rakaat. Mereka menganggap shalat itu
shalat Sunah yang memiliki peran penting dalam seluruh syiar ibadah yang
dikerjakan pada bulan Ramadhan. Orang Syiah mengerjakan shalat Tarawih 1000
rakaat selama bulan Ramadhan."
15) شرح صحيح البخاري
: للشيخ العالم العلامة ابن بطال ج 5 ص : 170
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ يُصَلِّى بِالَّليْلِ
أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلُ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ، ثُمَّ أَرْبَعًا، ثُمَّ
ثَلاَثًا.
فَقَالَ لَهُمْ أَهْلُ الْمَقَالَةِ اْلأُوْلَى: لَيْسَ فِى
حَدِيْثِ عَائِشَةَ يُصَلِّى أَرْبَعًا، أَنَّ اْلأَرْبَعَ بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ، وإِنَّمَا
أَرَادَتِ الْعَدَدَ فِى قَوْلِهَا أَرْبَعًا، ثُمَّ أَرْبَعًا ، ثُمَّ ثَلاثًا بِدَلِيْلِ
قوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى . وَهَذَا
يَقْتَضِى رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ بِسَلاَمٍ بَيْنَهُمَا عَلَى مَا قَدَّمْنَاهُ
فِى بَابِ كَيْفَ كَانتْ صَلاَةِ الَّليْلِ. وَقَدْ رَدَّ الطَّحَاوِىُّ عَلَى أَبِى
حَنِيْفَةَ ، وَقَالَ : قَدْ رَوَى الزُّهْرِىُّ، عَنْ عُرْوَةَ ، عَنْ عَائِشَةَ ،
أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ اثْنَتَيْنِ
مِنهْنُ،َّ قَالَ: وَهَذَا اْلبَابُ إِنَّمَا يُؤْخَذُ مِنْ جِهَةِ التَّوْقِيْفِ وَاْلاِتِّبَاعِ
لِمَا فَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِهِ ، وَفَعَلَهُ
أَصْحَابُهُ مِنْ بَعْدِهِ، فَلَمْ نَجِدْ عَنْهُ مِنْ قَوْلِهِ ، وَلاَ مِنْ فِعْلِهِ
أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَاحَ أَنْ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ بِتَكْبِيْرَةٍ أَكْثَرَ مِنْ
رَكْعَتَيْنِ ، وَهَذَا أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ عِنْدَنَا .
Artinya; Rasulullah
shalat malam 4 rakaat, jangan engkau bertanya tentang kebagusan dan panjangnya.
Kemudian beliau shalat 4 rakaat. Kemudian beliau shalat 3 rakaat. Pendapat
pertama mengatakan:” Dalam keterangan hadis Aisyah, tidak menyebutkan 4 rakaat
dikerjakan dengan 1 salam. Aisyah hanya
menyebutkan jumlah rakaat dengan perkataannya Rasulullah shalat 4 rakaat,
kemudian 4 rakaat, kemudian 3 rakaat. Dengan adanya dalil hadis Rasulullah yang
mengatakan shalat malam itu dikerjakan dengan 2 rakaat- 2 rakaat, menjadi
tuntutan 4 rakaat dalam hadis Aisyah dikerjakan dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat
salam. Telah kami sebutkan penjelasan ini pada bab bagaimana shalat malam
Rasulullah. Imam al-Thahawiy menolak pandangan Imam Abu Hanifah, ia berkata:”
Zuhriy telah meriwayatkan dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan Rasulullah
sering kali mengucapkan salam pada setiap 2 rakaat. Al-Thahawiy juga berkata:”
Pembahasan ini diketahui dengan jalan ketentuan syariat dan ittiba’ (mengikuti)
perbuatan dan perintah Rasulullah, perbuatan para sahabat beliau setelahnya.
Tidak kami temukan keterangan dari Rasulullah baik perbuatan dan perkataan beliau, yang membolehkan shalat
malam dilakukan dengan satu takbiratul ihram lebih dari 2 rakaat. Inilah yang
paling shahih dari 2 pendapat dalam Mazhab kami.
16) اسعاد الرفيق وبغية الصديق شرح سُلَّمِ
التَّوْفِيق الى محبة الله على التحقيق : للشيخ العالم العلامة محمد بن سالم بن سعيد بَابْصِيْل
الشافعي ج 1 ص : 96 (الحرمين 2008)
وَالتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً وَهِيَ
قِيَامُ رَمَضَانَ .وَوَقْتُهَا كَالْوِتْرِ بَيْنَ فَعْلِ اْلعِشَاءِ وَطُلُوْعِ
اْلفَجْرِ. وَيُسَلِّمُ وُجُوْبًا مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ .
Artinya: “Shalat Tarawih 20 rakaat. Shalat ini adalah
shalat Qiyam Ramadhan. Waktu pelaksanaannya seperti shalat Witir yaitu antara
shalat Isya sampai terbit fajar, seseorang yang mengerjakannya wajib melakukan
slam setiap 2 rakaat.”
17) مُؤَلَّفات الشيخ محمد بن عبد الوهاب : للشيخ عبد
العزيز بن زيد الرومي ج : 2 ص : 18
وَالتَّرَاوِيْحُ سُنَّةٌ سَنَّهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَفَعْلُهَا جَمَاعَةً أَفْضَلُ وَيَجْهَرُ الْاِمَامُ
بِالْقِرَاءَةِ لِنَقْلِ الْخَلَفِ عَنِ السَّلَفِ , وِيُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ لِحَدِيْثِ صَلاَةِ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .
Artinya: “Shalat
Tarawih adalah prbuatan sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Mengerjakan
shalat Tarawih berjamaah itu lebih afdhal. Imam shalat Tarawih mengeraskan
bacaannya karena merupakan tradisi orang belakangan dari generasi yang lebih
awal. Seseoarang pada tiap 2
rakaat mengucapkan salam.”
18) فتاوى السعدية
: للشيخ عبد الرحمن بن ناصر السعدي
ص : 175 (دار الحديث 1992)
س) قَوْلُهُمْ وَمَنْ جَاوَزَ اثْنَيْنِ
لَيْلاً عَلِمَ اْلعَدَدَ اَوْ نَسِيَهُ كُرِهَ وَصَحَّ هَلْ هُوَ وَجِيْهٌ اَمْ
لاَ ؟ اِذَا جَاوَزَ الْمُصَلِّي لَيْلاً رَكْعَتَيْنِ فَهَلْ يُكْرَهُ كَرَاهَةً
اَوْ يُمْنَعُ وَلاَ يَجُوْزُ لَهُ الزِّيَادَةُ عَلىَ ذَلِكَ ؟
ج) عَلَى قَوْلَيْنِ فِي الْمَذْهَبِ جَرَوْا
فِي مَوْضِعٍ مِنْ كَلاَمِهِمْ عَلىَ الْكَرَاهَةِ فَقَطْ .وَفِي مَوْضِعٍ أَخَرَ
قَالُوا وَاِنْ قَامَ اِلَى ثَالِثَةٍ لَيْلاً فَكَمَا لَوْ قَامَ اِلَى ثَالِثَةٍ
فِي اْلفَجْرِ فَجَرَوْا عَلىَ الْمَنْعِ .وَالْحَدِيْثُ الصَّحِيْحُ صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى يَدُلُّ عَلَى هَذَا
الْقَوْلِ .
Artinya: (Pertanyaan):
Pendapat mereka mengatakan siapa saja yang melebihi dari 2 rakaat setiap salam
pada shalat malam, ia tahu bilangan rakaat atau ia lupa maka hukumnya makruh
tetapi sah. Apakah pendapat ini bisa diterima? Apabila seseorang shalat malam
melebihi 2 rakaat pada tiap salam apakah hukumnya makruh atau dilarang sehingga
tidak boleh bagi orang itu melebihi 2 rakaat pada tiap salam?
(Jawaban): Ada 2 pendapat dalam
Mazhab, para ulama memberlakukan pada satu tempat dari perkataan mereka
hukumnya makruh saja. Pada tempat lain mereka berpendapat seandainya seseorang
bangun pada rakaat yang ke-3 (tidak duduk Tahiyat rakaat ke-2) pada shalat
malam hukumnya sama seperti orang yang bangun pada shalat Shubuh untuk rakaat
ke-3. Dalam hal ini para ulama melarang. Hadis shahih shalat malam dilakukan
dengan cara 2 rakaat- 2 rakaat menjadi argumen ini.”
19) شرح صحيح البخاري : للشيخ محمد بن
صالح العُثَيْمِن ج 4 ص : 238(دار الوفا
2008)
قوله: يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا, فَهِمَ بَعْضُ
النَّاسِ مِنْ هَذَا أَنَّهُ يَقْرِنُ اْلأَرْبَعَ اْلاُوْلَى وَالثَّانِيَةَ ,وَلَكِنْ
هَذَا لَيْسَ بِصَوابٍ بَلْ كَانَ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَيُسَلِّمُ مِنْ رَكْعَتَيْنِ
كَمَا بَيَّنَتْ هِيَ نَفْسُهَا ذَلِكَ فِي لَفْظٍ أَخَرَ أَنَّهُ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ
رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ ... اِلَى أَخِرِهِ .
Artinya; Perkataan:”Beliau
shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya tentang kebagusan dan panjangnya.
Kemudian beliau shalat 4 rakaat”. Sebagian orang memahami
hadis ini bahwa Rasulullah mengiringi 4 rakaat yang pertama dan yang kedua,
akan tetapi pendapat ini tidak benar bahkan Rasulullah shalat 4 rakaat dengan
mengucap salam pada tiap 2 rakaat, sebagaimana Siti A’isyah sendiri yang
menjelaskan pada hadis lain bahwasanya Rasulullah shalat 2 rakaat, 2 rakaat, 2
rakaat, 2 rakaat.
19) شرح
رياض الصالحين من كلام سيد المرسلين : للشيخ محمد بن صالح العثيمن ج 3 ص :265
(دار الهيثم 2002)
فَقَالَتْ عائشة مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ
عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ
وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ
أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
. متفق عليه . [7]
(ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ) قَدْ ظَنَّ بَعْضُ النَّاسِ أَنَّهَا
أَرْبَعٌ مَجْمُوْعَةٌ بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ ,وَهَذَا خَطَأٌ , ِلأَنَّهُ قَدْ جَاءَ
مُفَصَّلاً مُبَيَّنًا أَنَّهَا أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
, وَأَرْبَعُ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , وَثَلاَثُ رَكَعَاتٍ
.فَيَكُوْنُ قَوْلُهَا (أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ
يُصَلِّي) يَكُونُ فيِْهِ دَلِيْلٌ عَلى أَنَّهُ اِذَا صَلَّى اْلأَرْبَعَ
بِسَلاَمٍ اِسْتَرَاحَ قَلِيْلاً لِقَوْلِهَا (ثُمَّ يُصَلِّي) وَثُمَّ
لِلتَّرْتِيْبِ فِي الْمَهْلَةِ ثُمَّ يُصَلِّي اْلأَرْبَعَ عَلىَ رَكْعَتَيْنِ
ثُمَّ يُسَلِّمُ . وَأَنَا اُشِيْرُ فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ أَنَّهُ يَنْبَغِي
لِلْاِنْسَانِ اَنْ لاَ يَتَعَجَّلَ فِي فَهْمِ النُّصُوْصِ , بَلْ يَجْمَعُ
شَوَارِدَهَا حَتَّى يَضُمَّ بَعْضَهَا اِلَى بَعْضٍ لِيَتَبَيَّنَ لَهُ اْلأَمْرُ
, فَبَعْضُ اْلاِخْوَانِ الَّذِيْنَ بَدَأُوْ يَتَعَلَّمُوْنَ وَلاَ سِيَّمَا عِلْمَ
الْحَدِيْثِ صَارُوا يُصَلُّوْنَ بِالنَّاسِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمِيْعًا , وَهَذَا
غَلَطٌ , غَلَطٌ عَلَى الُّسَّنةِ , وَفَهْمٌ خَاطِئٌى , ِلأَنَّ النَّبِيَّ صَلى
اللهُ عليْهِ وَسَلمَ سُئِلَ عَنْ صَلاَةِ اللَّيْلِ فَقَالَ : "مَثْنَى مَثْنَى"
لاَ يُمْكِنُ اَنْ يُصَلِّيَ أَرْبَعًا .
Artinya: (Beliau shalat 4 rakaat jangan engkau
bertanya tentang bagus dan panjangnya). Sebagian orang menyangka 4 rakaat dalam
hadis ini dikerjakan dengan cara 1 salam, ini adalah pendapat yang keliru,
karena ada keterangan yang datang sebagai perincian dan penjelas bahwa 4 rakaat
itu dikerjakan dengan salam pada tiap 2 rakaat, 4 rakaat dikerjakan dengan salam
pada tiap 2 rakaat, kemudian 3 rakaat. Maka perkataan Siti A’isyah: ”Kemudian
beliau shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya”,
menjadi dalil apabila seseorang shalat 4 rakaat dengan 1 salam ia beristirahat
sebentar, karena perkataan Siti A’isyah dengan lafaz tsumma yang memiliki arti
urutan dalam waktu yang agak lama. Kemudian ia shalat 4 rakaat dengan salam
tiap 2 rakaat. Pada masalah ini saya memberikan nasehat kepada siapa saja untuk
tidak tergesa-gesa dalam memahami redaksi-redaksi hadis, bahkan dirinya harus
mengumpulkan redaksi-redaksi hadis yang terpencar agar terkombinasi sebagian
hadis dengan yang lainnya sehingga perkara menjadi jelas. Sebagian kawan-kawan
yang baru belajar terutama belajar ilmu hadis mereka mengerjakan dan mengimami
shalat Tarawih dengan cara 4 rakaat 1 salam, ini merupakan kesalahan dalam
mengerjakan sunah Rasulullah dan paham yang keliru. Karena Rasulullah ketika ditanya tentang shalat malam, beliau menjawab:
”Shalat malam itu dikerjakan 2 rakaat- 2 rakaat. Tidak ada kemungkinan beliau shalat 4 rakaat sekali salam.”
20) فتاوى للجنة الدائمة للبحوث
العلمية و الافتاء : للشيخ أحمد بن عبد الرزاق الدويش ج 7 ص: 200 دار الكتب (2004)
السؤال الخامس : من الفتوى رقم (2896)
(س) هَلْ يَجُوْزُ لِمَنْ يُصَلِّى صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ اَنْ يُصَلِّي
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ ؟
(ج)
يُصَلِّي التَّرَاوِيْحَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ لِمَا ثَبَتَ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِمَنْ سَأَلَهُ عَنْ صَلاَةِ اللَّيْلِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
مَثْنَى مَثْنَى مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ . وَلَيْسَ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ حَدٌّ
مَحْدُوْدٌ , لأن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُوَقِّتْ
َِلاُمَّتِهِ فِي ذَاِلكَ شَيْأً وَاِنَّمَا حَثَّهُمْ عَلَى قِيَامِ رَمَضَانَ
وَلَمْ يُحَدِّدْ ذَالِكَ بِرَكَعَاتٍ مَحْدُوْدَةٍ وَاِنَّمَا سُئِلَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قِيَامِ اللَّيْلِ قَالَ صَلاَةُُ اللَّيْلِ مَثْنَى
مَثْنَى . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
عضو نائب الرئيس الرئيس
عبد الله بن قعود عبد الرزاق عفيفي عبد العزيز بن عبد الله بن باز
Artinya: Pertanyaan ke-5 dari fatwa no; 2896.
Apakah
boleh seseorang melakukan shalat Tarawih dengan cara 4 rakaat 1 salam?
Jawaban: Seseorang yang ingin melaksanakan
shalat Tarawih, hendaknya ia kerjakan dengan cara 2 rakaat- 2 rakaat. Karena
ada hadis riwayat Imam al-Bukhariy dan Imam Muslim yang mengatakan Rasulullah
ditanya tentang shalat malam beliau menjawab shalat malam itu dikerjakan dengan
2 rakaat- 2 rakaat. Dalam pelaksanaan Tarawih tidak ada batasan rakaatnya,
karena Rasulullah sendiri tidak menetapkan waktu kepada umatnya pada masalah
itu sedikitpun. Hanyasanya beliau menganjurkan para sahabat untuk melakukan
Qiyam Ramadhan dengan tidak membatasi rakaat tertentu. Sesungguhnya beliau
ditanya tentang shalat Qiyam Lail beliau menjawab:
shalat malam itu dikerjakan dengan 2 rakaat- 2 rakaat. Riwayat Imam al-Bukhariy
dan Imam Muslim.
Anggota Wakil Ketua Ketua
Abdullah Ibn Qa’ûd. Abdurrazzaq Afîfiy. Abdul Azîz Ibn Bâz
فتاوى للجنة الدائمة للبحوث العلمية
و الافتاء : للشيخ أحمد بن عبد الرزاق الدويش ج 7 ص :
218 (دار الكتب 2004 )
السؤال الرابع : من الفتوى رقم (3686)
(س) وَفي الْحَدِيْثِ اَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لاَتَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ . أَكَانَ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ
بِالتَّشَهُّدِ أَمْ لاَ ؟
(ج) كان صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ صَلاَةَ اللَّيْلِ بِرَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي . فَثَبَتَ
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُا انها قالت رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا
تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ . وَفِي رِوَايَةٍ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَشْرَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ . وَهَذا اللَّفْظُ يُفَسِّرُ الَّذِي
قَبْلَهُ وَيُعْلَمُ أَنَّهُ يَفْصِلُ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ بِتَشَهُّدٍ وَ سَلاَمٍ
.
عضو نائب الرئيس الرئيس
عبد الله بن قعود عبد الرزاق عفيفي عبد العزيز بن عبد الله بن باز
Artinya; Pertanyaan ke-4 dari fatwa no; 3686. Dalam
hadis riwayat Imam al-Bukhari dari Siti Ai’syah yang mengatakan Rasulullah
shalat 4 rakaat jangan engkau tanya bagaimana bagus dan lamanya shalat
Rasulullah kemudian beliau shalat 4 rakaat jangan engkau tanya bagaimana bagus
dan lamanya. Apakah beliau shalat 4 rakaat sekaligus salam atau
dipisahkan antara 2 rakaat dengan salam?
Jawaban: Seringkali
Rasulullah mengawali shalat malam dengan 2 rakaat kemudian beliau melanjutkan
shalat lainnya. Telah tetap keterangan Siti Ai’syah sesungguhnya ia berkata;
Rasulullah shalat 4 rakaat jangan engkau tanya bagaimana bagus dan lamanya
shalat Rasulullah kemudian beliau shalat 4 rakaat jangan engkau tanya bagaimana
bagus dan lamanya. Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah shalat 10 rakaat
beliau melakukan salam tiap 2 rakaat dan beliau mengerjakan 1 rakaat witir. Redaksi
hadis ini menjelaskan hadis sebelumnya. Dapat diketahui bahwa Rasulullah
memisahkan tiap 2 rakaat dengan tasyahud dan salam. (4 rakaat dalam hadis Siti
A’isyah itu dilakukan 2 rakaat- 2 rakaat).
Anggota Wakil Ketua Ketua
Abdullah Ibn Qa’ûd.
Abdurrazzaq Afîfiy. Abdul Azîz Ibn Bâz
21)
صلاة المؤمن (مفهوم وفضائل وادب وأنواع وأحكام وكيفية في ضوء الكتاب و السنة)
: للشيخ الدكتور سعيد بن علي القحطاني ج 1
ص : 347 (مؤسسة الجريسي 2003)
وَدَلَّ
قَوْلُهَا يُصَلِّي أَرْبَعًا ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا عَلَى أَنَّ هُنَاكَ
فَصْلاً بَيْنَ أَرْبَعِ اْلاُوْلَى وَأَرْبَعِ الثَّانِيَةِ وَالثَّلاَثَةِ
اْلأَخِيْرَةِ ,وَيُسَلِّمُ فِي اْلأَرْبَعِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ لِحَدِيْثِ
عَائِشَةَ كَانَ يُصَلِّي اِحْدَى عَشَرَ رَكْعَةً وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ وَفِي
لَفْظٍ يُسَلِّمُ بَيْْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ , وَهَذَا
يُفَسِّر الْحَدِيْثَ اْلأَوَّلَ وَاَنَّهُ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
وَقَدْ قَالَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَةُ الَّليْلِ مَثْنَى مَثْنَى مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ .
Artinya; Ucapan
Siti Aisyah:”Beliau shalat 4 rakaat kemudian 4 rakaat” menunjukan bahwa disana
ada pemisah antara 4 rakaat yang pertama dan 4 rakaat yang kedua serta 3 rakaat
terakhir, Rasulullah mengerjakan shalat 4 rakaat dengan memberi salam pada tiap
2 rakaat karena ada keterangan hadis Siti Aisyah yang menyatakan: ”Beliau
shalat 11 rakaat dan melakukan shalat Witir 1 rakaat”. Pada riwayat Imam
Muslim:”Beliau memberi salam pada tiap 2 rakaat dan shalat Witir 1 rakaat,
hadis ini menjelaskan maksud hadis pertama bahwa Rasulullah memberi salam pada
tiap 2 rakaat. Sunguh Rasulullah telah bersabda:”Shalat malam 2 dilakukan
dengan cara 2 rakaat-2 rakaat”.
22) فتاوى نور علي الدرب :
هل يجوز أن نصلى صلاة التراويح كل أربع ركعات بسلام
وهل هذا موافق للسنة؟ فأجاب رحمه الله تعالى: لا يجوز للإنسان أن يصلى صلاة التراويح
أربع ركعات بتسليمة واحدة لأن هذا خلاف هدي النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم فقد
قال صلى الله عليه وسلم حين سئل عن صلاة الليل قال (مثنى مثنى) يعني أن وضعها الشرعي
أن تكون مثنى مثنى بدون زيادة ولهذا قال الإمام أحمد بن حنبل رحمه الله (إذا قام إلى
ثالثة يعني في التطوع في الليل فكأنما قام إلى ثالثة في الفجر) أي كما أنه لو قام إلى
ثالثة في صلاة الفجر بطلت صلاته فكذلك إذا قام إلى ثالثة في صلاة التهجد فإنه تبطل
صلاته إن كان متعمدا وإن كان ناسياً رجع متى ذكر وسلم وسجد سجدتين للسهو وقد ظن بعض
الناس أن هذا أعني جمع أربع ركعات بتسليمة واحدة هو ما دل عليه حديث عائشة رضي الله
عنها حين سئلت كيف كانت صلاة النبي صلى الله عليه وسلم في رمضان فقالت (كان لا يزيد
في رمضان ولا غيره على إحدى عشر ركعة يصلى أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ثم يصلى
أربعاً ثلاث فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ثم يصلى ثلاث) فظن بعض الناس أن قولها يصلى أربعاً
تعني بسلام واحد وليس الأمر كذلك لأنه قد ثبت عنها هي نفسها أنه كان يصلى إحدى عشر
ركعة يسلم من كل اثنتين وعلى هذا يكون معنا قولها يصلى أربعا ثم يصلى أربعا أي أنه
يصلى أربعاً بتسليمتين ثم يستريح بعض الشي ثم يستأنف فيصلى أربعا بتسليمتين ثم يستريح
بعض الشي ثم يصلى ثلاث فمجمل كلامها يفسره مفصله لكن يستثنى من ذلك الوتر
Dari
keterangan di atas, para ulama bersepakat mengatakan:” Bahwa dalam pelaksanaan shalat Tarawih itu dengan cara 2
rakaat – 2 rakaat”. Sampai-sampai Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab, Syaikh
Abdurrahman al-Sa’adiy, Syaikh Abdul Azîz Ibn Abdullah Ibn Bâz, Syaikh Muhammad
Ibn Shalih Utsaymin, Syaikh Saîd Ibn Ali al-Qahtâniy dan kawan-kawan
yang diakui, disanjung-sanjung dan dianggap sebagai pendiri sekaligus merupakan
pentolan-pentolan ulama Wahhabi, mereka mengatakan bahwa: shalat Tarawih itu
dilaksanakan dengan cara 2 rakaat – 2 rakaat. Lantas, ”Kenapa muncul
pendapat yang mengatakan bahwa shalat Tarawih cara shalatnya 4 rakaat-4
rakaat.”???? Wahhabi jilid berapa mereka.”????
Dikutip
dari buku
الجواب الصّحيح
الجواب الصّحيح
لِمن
صلّى أربعا بتسليمة مِن التراويْح
Jawaban Yang Tepat
Bagi Orang Yang Mengerjakan Empat Rakaat
Dengan sekali Salam Dalam Shalat Tarawih
جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت
جاكرتا , 15 ربيع الأول
1430 هجرية
الخميس , 12
مارس 2009 ميلادية
[1] Antipati memiliki arti penolakan atau
perasaan tidak suka; perasaan menentang objek tertentu yang bersifat persona
dan abstrak. Lihat: Tim Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2003) h. 57.
[2] Lihat: Hasyiyah al-Fawâkih al-Dawâniy
Alâ Risâlah Abi Zayd al-Qayrawâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 464;
Hasyiyah al-Adawiy Ala Syarh Kifâyah al-Thâlib al-Rabbâniy, vol.
3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 442; Abdurrahman al-Jazîriy, Kitâb al-Fiqh Ala
al-Madzâhib al-Arba’ah, vol. 1 ((Beirut: Dâr al-Fikr 2002) h. 290.
[3] Lihat: Kitâb al-Fiqh Ala al-Madzâhib
al-Arba’ah, vol. 1 ((Beirut: Dâr al-Fikr 2002) h. 290.
[4] Muhammad Anwâr Syâh al-Kasymîriy al-Hindiy, al-A’rf al-Syadziy Syarh Sunan al-Tirmidziy, vol.1 (Muassasah Dhuhâ 2000) h. 488.
[5] Abu Umar Yusuf Ibn Abdullah Ibn Abdilbar
dilahirkan pada tahun 368 H. Wafat pada tahun 463 H. Beliau memiliki kitab al-Tamhîd
Limâ Fi al-Muattâ’ Min al-Ma’âniy Wa al-Asânîd yang terdiri dari 24
jilid besar, kitab ini berbicara tentang hadis, fiqh dan takhrîj hadis kitab al-Muwattâ’
karya Imam Mâlik. Menurut keterangan Hajî Khalîfah dalam kitab Kasyf
al-Zunûn: Ibn Abdilbar juga membuat ringkasan kitab al-Tamhîd, dengan nama al-Istidzkâr limadzâhib
Aimmah al-Amsâr Fi Mâ Tadammanahu al-Muwattâ Min Maâniy Wa
al-Âtsâr yang terdiri
dari 8 jilid.
[6] Hadis ini disebutkan oleh Imam Ibn ِHajar
al-A’sqallâniy dalam kitab Bulûgh al-Marâm hadis no: 301 pada bab Shalât
al-Tatawwu’. al-Sayyid A’lwiy Ibn A’bbas al-Mâlikiy dan Syaikh Hasan
Sulaymân al-Nûriy dalam kitab Ibânah al-Ahkâm Syarh Bulûgh
al-Marâm vol. 1 hal: 392 memberikan komentar: ”Hadis ini sebagai dalil
shalat malam atau shalat Witir, makruh bila seseorang tidur sebelum melakukan
shalat Witir.” Syaikh Husain Muhammad al-Magribiy (guru pengarang kitab Subul
al-Salâm) dalam kitab al-Badr al-Tamâm Syarh Bulûgh al-Marâm
vol. 2 hal: 41 memberikan penjelasan: ”Hadis ini merupakan dalil shalat Witir
Rasulullah yang beliau kerjakan sepanjang tahun baik di bulan Ramadhan atau di
luar Ramadhan.”
[7]
Imam Nawawi al-Dimasyqiy
menyebutkan hadis ini dalam kitab Riyâd al-Sâlihin hadis
no: 1173 pada bab Qiyam al-Lail. Ini menunjukan bahwa hadis ini merupakan dalil
shalat malam yang bernama Witir dan Tahajjud. Syaikh Muhammad Ibn A’llân
al-Shiddiqiy memberikan penjelasan dalam kitab Dalîl al-Fâlihîn Syarh
Riyâd al-Sâlihin vol. 3 hal: 659: ”Hadis ini sebagai
dalil shalat Witir 11 rakaat, sebagai jumlah maksimal rakaatnya. Adapun hadis
yang menyatakan Rasulullah mengerjakan shalat Witir 13 rakaat itu diihtimalkan
bahwa periwayat hadis menggabungkan dengan 2 rakaat yang beliau kerjakan
sebelum shalat Witir. Dr. Mushthafa Said al-Khin memberikan komentar dalam
kitab Nuzhah al-Muttaqîn Syarh Riyâd al-Sâlihin:
”Hadis ini menjelaskan tentang shalat malam yang disebut shalat Witir. Dalam
Mazhab Imam Syafii, shalat Witir tidak boleh lebih dari 11 rakaat, bila
seseorang mengerjakan shalat Witir setelah bangun tidur, maka ia juga mendapat
pahala shalat Tahajjud.”
وَأَنْ يُمِيتَنِي
عَلَى دِينِ النَّبِي * وَحُبِّ شَيْخِنَا الإِمَامِ الطَّيِّبِ
قُطْبِ الأَنَامِ ذِي التُّقَى وَالْجُودِ * حِبِّ الرَّسُولِ سَيِّدِ الْوُجُودِ
عَلَيْهِ أزْكَى صَلَوَاتِ الرَّبِّ * وَآلِهِ شُمِّ الذُّرَى وَالصَّحْبِ
مَا اشْتَاقَ مُومِنٌ إِلَى طَيْبَتِهِ * وَحُبِّهِ وَ حُبِّ آلِ بَيْتِهِ
قُطْبِ الأَنَامِ ذِي التُّقَى وَالْجُودِ * حِبِّ الرَّسُولِ سَيِّدِ الْوُجُودِ
عَلَيْهِ أزْكَى صَلَوَاتِ الرَّبِّ * وَآلِهِ شُمِّ الذُّرَى وَالصَّحْبِ
مَا اشْتَاقَ مُومِنٌ إِلَى طَيْبَتِهِ * وَحُبِّهِ وَ حُبِّ آلِ بَيْتِهِ
الحاج رزقي ذوالقرنين
أصمت البتاوي
عامله الله ولوالديه بفضله العميم ولطفه الحاوي
أمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar