Hukum Mengkonsumsi Kepiting
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawi M.A
بسم
الله الرحمن الرحيم
حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل
يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر
الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله
بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما
بعد
Pertanyaan Saudara H. Nur Ali at-Tijani dari Pulogebang Jakarta
Timur
Sekarang-karang ini dunia kuliner di jakarta makin ngetrend. salah satunya adalah Sop Kepiting. Pertanyaan saya, apa hukum memakan kepiting?
JAWABAN
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mengkonsumsi kepiting. Ulama
yang menyatakan bahwa kepiting haram dimakan membangun argumentasi bahwa
kepiting bisa hidup di dua alam (laut dan darat). Sementara ulama yang
berpendapat bahwa kepiting halal melaporkan bahwa hewan ini tidak dapat hidup
di darat. Ia hanya bisa hidup di air saja.
Di antara ulama yang mengharamkan, Imam ad-Damiri seorang ulama
ahli berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu kedokteran dan beliau seorang ulama yang
sangat mengerti seluk beluk hewan sehingga kepakaran beliau diakui oleh dunia
barat. Penelitian beliau tentang hewan dituangkan dalam karya monumental bernama
Hayatul Hawayan al-kubra (ensiklopedia fauna) terdiri dari 2 jilid besar. Beliau
menegaskan:
يحرم أكل السرطان
لاستخباثه كالصدف قال الرافعي: ولما فيه من الضرر، وفي قول انه يحل أكله، وهو مذهب
مالك رحمة الله تعالى عليه.
Artinya: hukumnya haram mengkonsumsi kepiting karena ada unsur
menjijikkan seperti kerang. Imam ar-Rafii menambahkan bahwa mengkonsumsi
kepiting memiliki dampak negatif. Pendapat lain menyebutkan, kepiting hukumnya
halal. Ini merupakan pendapat madzhab Imam Malik semoga Allah memberikan rahmat
kepadanya.” (jilid 2 halaman: 27)
Di antara ulama yang membolehkan, Imam Ahmad. Beliau pernah
ditanya:
السَّرَطَانُ لَا بَأْسَ بِهِ .قِيلَ لَهُ : يُذْبَحُ ؟ قَالَ : لَا
“Kepiting itu tidak mengapa dimakan (baca: halal), lantas bagaimana
ia disembelih? Imam Ahmad menjawab, “Tidak perlu disembelih.”
Sedangkan Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi melemahkan pendapat yang
mengatakan bahwa kepiting itu halal. Beliau unggah pendapatnya dalam kitab
al-Majmu’ Syarh al-Muhaddzab:
وَعَدَّ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ مِنْ هَذَا
الضَّرْبِ الضِّفْدَعَ وَالسَّرَطَانَ وَهُمَا مُحَرَّمَانِ عَلَى الْمَذْهَبِ
الصَّحِيحِ الْمَنْصُوصِ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ وَفِيهِمَا قول ضعيف انهما
حَلَالٌ وَحَكَاهُ الْبَغَوِيّ فِي السَّرَطَانِ عَنْ الْحَلِيمِيِّ.
Artinya: Dari bagian ini (hewan yang dapat hidup di dua tempat),
asy-Syekh Abu Hamid dan imam al-Haramain memasukkan katak dan ketam (jenis
kepiting). Dua hewan tersebut diharamkan menurut ketetapan madzhab yang shahih
(benar). Mayoritas ulama juga mengacu pada pendapat ini. Ada pendapat dhaif
yang diceritakan oleh al-Baghawi bersumber dari al-Halimi yang mengatakan bahwa
kedua hewan ini halal.
Selain dua pendapat di atas, ada ulama yang memberikan tafshil
(rincian), Kepiting dan rajunagn berbeda. Mengkonsumsi kepiting hukumnya haram.
Adapun rajungan halal.
Kepiting:
@ Bisa hidup di darat pada masa yang lama (bisa sampai seminggu)
@ Kaki belakangnya lancip sehingga bisa berjalan cepat di darat.
Rajungan:
@ Tidak bisa hidup di darat pada masa yang lama
@ Kaki belakangnya berbentuk pipih untuk berenang di air.
Ad-Damiri juga menyebutkan ciri-ciri khusus Sarathan (kepiting):
السرطان: بفتح
السين والراء المهملتين وبالنون في آخره، حيوان معروف ويسمى عقرب الماء، وكنيته
أبو بحر وهو من خلق الماء وعيش في البر أيضا وهو جيد المشي سريع العدو، ذو فكين
ومخاليب وأظفار حداد، كثير الأسنان صلب الظهر من رآه رأى حيوانا بلا رأس ولا ذنب،
عيناه في كتفيه وفمه في صدره وفكاه مشقوقان من الجانبين، وله ثماني أرجل، وهو يمشي
على جانب واحد، ويستنشق الماء والهواء معا، ويسلخ جلده في السنة ست مرات، ويتخذ
لجحره بابين: أحدهما شارع في
الماء، والآخر إلى اليبس، فإذا سلخ جلده سد عليه ما يلي الماء خوفا على نفسه من
سباع السمك، وترك ما يلي اليبس مفتوحا ليصل إليه الريح فتجف رطوبته ويشتد، فإذا
اشتد فتح ما يلي الماء وطلب معاشه.
Artinya (السرطان) dibaca dengan fathah sin dan ra, keduanya huruf yang tidak
bertitik diakhiri dengan huruf Nun. Nama hewan terkenal dinamakan juga
kalajengking air. Julukannya Abu Bahr sefecies air dan bisa hidup di darat
juga. Kepiting hewan yang jalan dan larinya cepat memiliki dua japitan,
kuku-kuku yang nyelangar tajam, punya banyak gigi, bercangkang keras. Siapa saja
yang melihat hewan ini ia tidak menemukan kepala dan buntutnya, matanyanya ada
di dua pundaknya, mulutnya ada di dadanya, japitannya ada dua sisi. Kepiting memiliki
8 kali (kanan 4 dan kiri 4), jalannya miring, menghirup air dan udara secara
bersamaan, ganti cangkang setahun 6 kali, membuat lubang dengan dua pintu,
pintu pertama buat saluran air dan kedua kering. Bila ganti kulit, kepiting menutup
saluran airnya sebagai upaya melindungi diri dari ikan buas dan membiarkan
saluran yang kering agar udara masuk sehingga mempercepat proses cangkang
menguat. Bila sudah kuat barulah ia buka saluran airnya."
Adapun rajungan kakinya 6 (kanan 3 dan kiri 3), jalannya tidak
secepat kepiting karena bagian belakang kakinya ada bagian pipih seperti sirip
untuk berenang.”
Jadi antara kepiting dan rajungan berbeda. Rajungan binatang laut
hanya hidup di satu alam seandainya dia naik ke darat dalam waktu tertentu maka
ia akan mengalami hayat madzbuhah (sekarat). Sedangkan kepiting bisa hidup di
dua alam. Sehingga tidak bisa dikategorikan hewan laut yang halal untuk
dikonsumsi sebagaimana disinyalir dalam hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : { قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فِي الْبَحْرِ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ } أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ ، وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، وَاللَّفْظُ لَهُ ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالتِّرْمِذِيُّ ، [ وَرَوَاهُ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ ] .
Artinya : dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu berkata : telah bersabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi
wasallam mengenai laut : “ dia suci airnya halal bangkainya “ .
Hadits dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.
Hadits dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.
Meskipun ad-Damiri mengharamkan
kepiting tetapi beliau menyebutkan khasiat kepiting di antaranya:
@ mengkonsumsi kepiting untuk
berobat dibolehkan, karena makan kepiting dapat menyembuhkan penyakit pinggang
ngebet dan linu serta TBC.
@ Obat Penyakit bawasir (ambeien)
dengan cara membakar kepiting dan ampasnya dioleskan pada dubur yang melodod.
@ Kaki kepiting bila digantung di
pohon yang sedang berbuah maka buahnya akan rontok.
Hadits di atas menunjukkan bahwa
semua hewan laut halal, kecuali ada dalil khusus yang mengharamkannya.
Kesimpulannya:
Hukum kepiting diperselisihkan oleh
para ulama. Adapun rajungan hukumnya halal. Meskipun ada pendapat ulama yang
menghalalkan kepiting, tentunyanya berikhtiyath (berhati-hati) untuk tidak
mengkonsumsi kepiting adalah lebih utama. Karena ikhtiyath dalam beragama
sangat diperlukan.
Dikutip ulang dari kitab ittihaful
amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy
jilid 2 halaman 253.
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy M.A
Ikuti Kajian Islam:
instagram.com/rizkialbatawi
@rizkialbatawi
********* ********
********
يا فالق الحب والنوى، وبحق قلب النبي صلى الله عليه وسلم وما حوى،
أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل
نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
صلاةً تَجْعَلُنَا مِنْ لَدُنْكَ
سُلْطَانًا نَصِيْرًا، وَرِزْقًا كَثِيْرًا، وَقَلْبًا قَرِيْرًا، وَعِلْمًا
غَزِيْرًا، وَعَمَلاً بَرِيْرًا، وَقَبْرًا مُنِيْرًا، وَحِسَابًا يَسِيْرًا،
وَمُلْكًا فِي الْفِرْدَوْسِ كَبِيْرًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08
NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910
فَأَكْرِمِ
اللَّهُمَّ مَنْ أَكْرَمَنَا .:. وَكَثِّرِ الْخَيْرَ لَدَيْهِ وَالْغِنَا
وَأَعْطِهِ
مِمَّا رَجَى فَوْقَ الرَّجَا .:. وَاجْعَلْ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا
وَافْعَلْ
كَذَلِكَ بِكُلِّ مُحْسِنِ .:. اِلَى ذَوِي الْعِلْمِ بِظَنٍّ حَسَنِ
وَاهْدِ
جَمِيْعَنَا اِلَى الرَّشَادِ .:. وَلِطَرِيْقِ الْخَيْرِ وَالسَّدَادِ
وَابْسُطْ
بِفَضْلِكَ عَلَيْنَا نِعْمَتَكْ .:. وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي الدَّارَيْنِ رَحْمَتَكْ
وَاخْتِمْ
لَنَا عِنْدَ حُضُوْرِ الْأَجَلِ .:. بِالْعَفْوِ مِنْكَ وَالرِّضَى الْمُعَجَّلِ
أَمِيْنَ أَمِيْنَ اسْتَجِبْ
دُعَانَا .:. وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَـــــــــــــــــانَا
6 komentar:
Alhamdulillah nambah ilmu .barokallohu fikum baginda
Itu dia kuan baginda, Rajungan ama kepiting masih satu nasab, serupa tapi kaga sama,kaya udang ama lobster...kira kira begitu dah ya...
Ati ati dah kalau mau makan keduanya.
😁😀
Nyimak
JazakAllohu khoiron katsiro Baginda, Alhamdulillah nambah ilmu pengetahuan lagi
Jazakumullah khoyr wa Barakallah
Posting Komentar