Rabu, 23 Januari 2019

Hukum Mengkonsumsi Kepiting (Perbedaan Kepiting Dan Rajungan)


Hukum Mengkonsumsi Kepiting

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawi M.A

بسم الله الرحمن الرحيم
 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد

Pertanyaan Saudara H. Nur Ali at-Tijani dari Pulogebang Jakarta Timur

Sekarang-karang ini dunia kuliner di jakarta makin ngetrend. salah satunya adalah Sop Kepiting. Pertanyaan saya, apa hukum memakan kepiting?

JAWABAN

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mengkonsumsi kepiting. Ulama yang menyatakan bahwa kepiting haram dimakan membangun argumentasi bahwa kepiting bisa hidup di dua alam (laut dan darat). Sementara ulama yang berpendapat bahwa kepiting halal melaporkan bahwa hewan ini tidak dapat hidup di darat. Ia hanya bisa hidup di air saja.

Di antara ulama yang mengharamkan, Imam ad-Damiri seorang ulama ahli berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu kedokteran dan beliau seorang ulama yang sangat mengerti seluk beluk hewan sehingga kepakaran beliau diakui oleh dunia barat. Penelitian beliau tentang hewan dituangkan dalam karya monumental bernama Hayatul Hawayan al-kubra (ensiklopedia fauna) terdiri dari 2 jilid besar. Beliau menegaskan:

يحرم أكل السرطان لاستخباثه كالصدف قال الرافعي: ولما فيه من الضرر، وفي قول انه يحل أكله، وهو مذهب مالك رحمة الله تعالى عليه.

Artinya: hukumnya haram mengkonsumsi kepiting karena ada unsur menjijikkan seperti kerang. Imam ar-Rafii menambahkan bahwa mengkonsumsi kepiting memiliki dampak negatif. Pendapat lain menyebutkan, kepiting hukumnya halal. Ini merupakan pendapat madzhab Imam Malik semoga Allah memberikan rahmat kepadanya.” (jilid 2 halaman: 27)

Di antara ulama yang membolehkan, Imam Ahmad. Beliau pernah ditanya:

السَّرَطَانُ لَا بَأْسَ بِهِ .قِيلَ لَهُ : يُذْبَحُ ؟ قَالَ : لَا

“Kepiting itu tidak mengapa dimakan (baca: halal), lantas bagaimana ia disembelih? Imam Ahmad menjawab, “Tidak perlu disembelih.”

Sedangkan Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi melemahkan pendapat yang mengatakan bahwa kepiting itu halal. Beliau unggah pendapatnya dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhaddzab:

 وَعَدَّ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ مِنْ هَذَا الضَّرْبِ الضِّفْدَعَ وَالسَّرَطَانَ وَهُمَا مُحَرَّمَانِ عَلَى الْمَذْهَبِ الصَّحِيحِ الْمَنْصُوصِ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ وَفِيهِمَا قول ضعيف انهما حَلَالٌ وَحَكَاهُ الْبَغَوِيّ فِي السَّرَطَانِ عَنْ الْحَلِيمِيِّ.

Artinya: Dari bagian ini (hewan yang dapat hidup di dua tempat), asy-Syekh Abu Hamid dan imam al-Haramain memasukkan katak dan ketam (jenis kepiting). Dua hewan tersebut diharamkan menurut ketetapan madzhab yang shahih (benar). Mayoritas ulama juga mengacu pada pendapat ini. Ada pendapat dhaif yang diceritakan oleh al-Baghawi bersumber dari al-Halimi yang mengatakan bahwa kedua hewan ini halal.

Selain dua pendapat di atas, ada ulama yang memberikan tafshil (rincian), Kepiting dan rajunagn berbeda. Mengkonsumsi kepiting hukumnya haram. Adapun rajungan halal.

Kepiting:

@ Bisa hidup di darat pada masa yang lama (bisa sampai seminggu)
@ Kaki belakangnya lancip sehingga bisa berjalan cepat di darat.

Rajungan:

@ Tidak bisa hidup di darat pada masa yang lama
@ Kaki belakangnya berbentuk pipih untuk berenang di air.
Ad-Damiri juga menyebutkan ciri-ciri khusus Sarathan (kepiting):

السرطان: بفتح السين والراء المهملتين وبالنون في آخره، حيوان معروف ويسمى عقرب الماء، وكنيته أبو بحر وهو من خلق الماء وعيش في البر أيضا وهو جيد المشي سريع العدو، ذو فكين ومخاليب وأظفار حداد، كثير الأسنان صلب الظهر من رآه رأى حيوانا بلا رأس ولا ذنب، عيناه في كتفيه وفمه في صدره وفكاه مشقوقان من الجانبين، وله ثماني أرجل، وهو يمشي على جانب واحد، ويستنشق الماء والهواء معا، ويسلخ جلده في السنة ست مرات، ويتخذ لجحره بابين: أحدهما شارع في الماء، والآخر إلى اليبس، فإذا سلخ جلده سد عليه ما يلي الماء خوفا على نفسه من سباع السمك، وترك ما يلي اليبس مفتوحا ليصل إليه الريح فتجف رطوبته ويشتد، فإذا اشتد فتح ما يلي الماء وطلب معاشه.

Artinya (السرطان) dibaca dengan fathah sin dan ra, keduanya huruf yang tidak bertitik diakhiri dengan huruf Nun. Nama hewan terkenal dinamakan juga kalajengking air. Julukannya Abu Bahr sefecies air dan bisa hidup di darat juga. Kepiting hewan yang jalan dan larinya cepat memiliki dua japitan, kuku-kuku yang nyelangar tajam, punya banyak gigi, bercangkang keras. Siapa saja yang melihat hewan ini ia tidak menemukan kepala dan buntutnya, matanyanya ada di dua pundaknya, mulutnya ada di dadanya, japitannya ada dua sisi. Kepiting memiliki 8 kali (kanan 4 dan kiri 4), jalannya miring, menghirup air dan udara secara bersamaan, ganti cangkang setahun 6 kali, membuat lubang dengan dua pintu, pintu pertama buat saluran air dan kedua kering. Bila ganti kulit, kepiting menutup saluran airnya sebagai upaya melindungi diri dari ikan buas dan membiarkan saluran yang kering agar udara masuk sehingga mempercepat proses cangkang menguat. Bila sudah kuat barulah ia buka saluran airnya."

Adapun rajungan kakinya 6 (kanan 3 dan kiri 3), jalannya tidak secepat kepiting karena bagian belakang kakinya ada bagian pipih seperti sirip untuk berenang.”

Jadi antara kepiting dan rajungan berbeda. Rajungan binatang laut hanya hidup di satu alam seandainya dia naik ke darat dalam waktu tertentu maka ia akan mengalami hayat madzbuhah (sekarat). Sedangkan kepiting bisa hidup di dua alam. Sehingga tidak bisa dikategorikan hewan laut yang halal untuk dikonsumsi sebagaimana disinyalir dalam hadis:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : { قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فِي الْبَحْرِ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ } أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ ، وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، وَاللَّفْظُ لَهُ ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالتِّرْمِذِيُّ ، [ وَرَوَاهُ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ ] .

Artinya : dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata : telah bersabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam mengenai laut : “ dia suci airnya halal bangkainya “ .
Hadits dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.

Meskipun ad-Damiri mengharamkan kepiting tetapi beliau menyebutkan khasiat kepiting di antaranya:
@ mengkonsumsi kepiting untuk berobat dibolehkan, karena makan kepiting dapat menyembuhkan penyakit pinggang ngebet dan linu serta TBC.
@ Obat Penyakit bawasir (ambeien) dengan cara membakar kepiting dan ampasnya dioleskan pada dubur yang melodod.
@ Kaki kepiting bila digantung di pohon yang sedang berbuah maka buahnya akan rontok.

Hadits di atas menunjukkan bahwa semua hewan laut halal, kecuali ada dalil khusus yang mengharamkannya.

Kesimpulannya:
Hukum kepiting diperselisihkan oleh para ulama. Adapun rajungan hukumnya halal. Meskipun ada pendapat ulama yang menghalalkan kepiting, tentunyanya berikhtiyath (berhati-hati) untuk tidak mengkonsumsi kepiting adalah lebih utama. Karena ikhtiyath dalam beragama sangat diperlukan.

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy M.A

Ikuti Kajian Islam:

instagram.com/rizkialbatawi

@rizkialbatawi


 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، وبحق قلب النبي صلى الله عليه وسلم وما حوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
صلاةً تَجْعَلُنَا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا، وَرِزْقًا كَثِيْرًا، وَقَلْبًا قَرِيْرًا، وَعِلْمًا غَزِيْرًا، وَعَمَلاً بَرِيْرًا، وَقَبْرًا مُنِيْرًا، وَحِسَابًا يَسِيْرًا، وَمُلْكًا فِي الْفِرْدَوْسِ كَبِيْرًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910


فَأَكْرِمِ اللَّهُمَّ مَنْ أَكْرَمَنَا .:. وَكَثِّرِ الْخَيْرَ لَدَيْهِ وَالْغِنَا
وَأَعْطِهِ مِمَّا رَجَى فَوْقَ الرَّجَا .:. وَاجْعَلْ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا
وَافْعَلْ كَذَلِكَ بِكُلِّ مُحْسِنِ .:. اِلَى ذَوِي الْعِلْمِ بِظَنٍّ حَسَنِ
وَاهْدِ جَمِيْعَنَا اِلَى الرَّشَادِ .:. وَلِطَرِيْقِ الْخَيْرِ وَالسَّدَادِ
وَابْسُطْ بِفَضْلِكَ عَلَيْنَا نِعْمَتَكْ .:. وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي الدَّارَيْنِ رَحْمَتَكْ
وَاخْتِمْ لَنَا عِنْدَ حُضُوْرِ الْأَجَلِ .:. بِالْعَفْوِ مِنْكَ وَالرِّضَى الْمُعَجَّلِ
أَمِيْنَ أَمِيْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا .:. وَلاَ تُخَيِّبْ سَيِّدِي رَجَـــــــــــــــــانَا


6 komentar:

Syaeful bahar mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Syaeful bahar mengatakan...

Alhamdulillah nambah ilmu .barokallohu fikum baginda

Abdul Kodir mengatakan...

Itu dia kuan baginda, Rajungan ama kepiting masih satu nasab, serupa tapi kaga sama,kaya udang ama lobster...kira kira begitu dah ya...

Ati ati dah kalau mau makan keduanya.

😁😀

Rahmat hadi mengatakan...

Nyimak

Unknown mengatakan...

JazakAllohu khoiron katsiro Baginda, Alhamdulillah nambah ilmu pengetahuan lagi

ais mengatakan...

Jazakumullah khoyr wa Barakallah