طلعة الأنوار في علم أثار النبي المختار
Ulumul Hadis memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui
otentisitas dan orisinalitas hadis Nabi. Sebelum seseorang
mempelajari atau mengadakan penelitian hadis, maka terlebih dahulu harus
mengerti istilah-istilah yang dipakai para ulama dalam mempelajari hadis.
Banyaknya kitab-kitab para ulama
dalam ulumul hadis menjadi tanda bahwa mereka memiliki perhatian khusus dalam
ilmu ini. Di antara para ulama yang memberikan sumbangan intelektualnya dalam
ulumul hadis adalah Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy (Wafat
1233 H) seorang ulama kharismatik dari kota Syinqith, Mauritania, Afrika Utara melalui
karya beliau "Thal'ah al-Anwar Fi Ilm Atsar an-Nabiy al-Mukhtar".
Kitab ini berbentuk nazham dan terdiri kurang lebih dari 300 bait.
Biografi Pengarang
Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy
as-Syinqithiy Rahimahullah dilahirkan pada pertengahan abad kedua belas
Hijriyah tepatnya tahun 1152 Hijriyah pada propinsi Tajakjah Mauritania, Afrika
Utara. Beliau hidup dalam suasana keluarga pecinta ilmu dan ulama. Nasab ayah
beliau sampai kepada Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib. Adapun nasab dari
ibu beliau bersambung kepada Sayyidina Abu Bakr as-Shiddiq.
Al-Allamah merupakan sanjungan
banyak orang yang diberikan kepada beliau dikarenakan kecerdasan dan kedalaman ilmu
yang beliau terima dari para guru yang merupakan lautan ilmu di zamannya.
Kecendrungan Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy mendalami
berbagai cabang ilmu pengetahuan tampaknya muncul karena kebiasaan-kebiasaan
yang telah tertanam dalam jiwa semejak kecil, baik karena pengaruh didikkan
keluarga dan ulama yang mengajarkan beliau.
Ayah beliau wafat ketika perjalanan
pulang kembali ke kampung halaman setelah melaksanakan ibadah haji, saat itu
beliau masih dalam keadaan menyusu dengan ibunya. Kondisi yatim tidak
menghalangi semangat beliau untuk menuntut ilmu. Melalui didikan sang ibu,
keluarga dan para ulama kota Syinqith di kemudian hari beliau menjadi ulama
besar yang disegani. Beliau belajar dan berhasil menghafal al-Qur'an sebelum
usia baligh kepada paman beliau. Banyak para guru kota Syinqith yang menjadi
maha guru beliau dari berbagai disiplin ilmu yang beliau pelajari dari mereka.
Untuk ilmu gramatika bahasa Arab beliau belajar kepada ulama besar kota
Syinqith yang bernama Syekh Mukhtar Bin Buna yang kesohor mendapat julukan Imam
Syibawaihnya kota Syinqith. Tidak cukup kepada ulama lokal, ketika sampai usia
40 tahun, beliau melakukan perlawatan ilmiah ke berbagai negri di antaranya:
Makkah, Fez Maroko, Mesir, Sudan dan negri lainnya. Rupanya semangat beliau
menuntut ilmu dipacu oleh hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang
mengatakan: "Ada dua orang yang tidak akan pernah merasakan puas: Penuntut
ilmu dan pencari harta."
Kemasyhuran ilmu Syekh Abdullah Bin
Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy tidak bisa terlepaskan dari peran guru-guru
beliau yang merupakan raksasa ilmu di zamannya. Tak dapat disangkal, bahwa para
guru memainkan peranan yang sangat penting dalam menghantarkan murid-muridnya meraih
cita-cita yang dikehendaki. Memang, guru bukanlah satu-satunya factor penentu.
Semakin berkualitas seorang guru yang
dimiliki seseorang, maka semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan ilmu-ilmu
yang bermutu.
Di antara para guru beliau adalah:
Syekh Muhammad Bin Hasan Bin Mas'ud al-Bannaniy al-Malikiy, Syekh Abdullah
al-Fadhil al-Ya'qubiy, Syekh Ahmad Khalifah al-Alawiy, Syekh Tawudi Bin Sudah,
Syekh Muhammad Abdul Karim as-Samman, Syekh Umar al-Fasiy dan lain-lain.
Dengan segala kelebihan yang
dimiliki Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy dan pengakuan
orang-orang besar tentang keistimewaan beliau, meniscayakan Syekh Abdullah Bin
Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy mempunyai jati diri tersendiri di zamannya,
serta menjadi rujukan utama para muridnya.
Adapun murid-murid beliau sangat
banyak dari berbagai negri bukan hanya di kota Syinqith tetapi juga dari
Sinegal, Sudan dan lain-lain di antaranya: putra beliau Syekh Muhammad Mahmud,
Syekh Abdullah Bin Mahmud al-Hajiy, Syekh Abdul Malik Bin Umar al-Alawiy, Syekh
Umar al-Jakkaniy, Syekh Muhammad al-Amin Bin Ahmad Zaidan, Sayyid Bin Ahmad
al-Kahil dan lain-lain.
Setelah melanglang buana menuntut
ilmu ke berbagai negri, beliau kembali ke kampung halaman Tajakjah. Di kampung
tersebut beliau membangun sebuah sekolah yang menjadi pusat kajian ilmu. Kajian
ilmu Balaghah, Ushul fiqh dan ilmu Hadist menjadi kajian primer di sekolah itu.
Boleh jadi, sekolah beliau banyak didatangi oleh orang-orang yang haus akan
ilmu pengetahuan dan telah berhasil menelurkan para ulama besar di masa depan.
Dalam kehidupan
sehari-hari beliau dikenal masyarakat sebagai ulama kharismatik yang memiliki
sifat mulia beliau sangat zuhud (tidak berat hati kepada dunia), banyak
beribadah, Selalu menjaga shalat berjamaah di masjid, membaca al-Qur'an,
memperbanyak ibadah shalat sunnah baik siang dan malam hari, tegas dalam
menyampaikan amar ma'ruf dan nahi mungkar dan sangat zhahir dalam mengamalkan
sunnah-sunnah Rasulullah. Beliau banyak senyum, jarang sekali tertawa lantaran
menurut beliau: "Tertawa terbahak-bahak itu haram menurut ahli tasawuf dan
makruk menurut ahli fiqh."
Beliau menghabiskan hari-harinya
dengan berbagai kegiatan: mengajar, melakukan ibadah, mengurus rumah, mendidik
anak, mengayomi kaum muslimin, membuat karya tulis, memberi fatwa dan lain
sebagainya
.
Sumbangsih yang diberikan oleh Syekh
Abdullah Bin Ibrahim as-Syinqithiy kepada umat Islam tidak hanya sebatas
mengajar dan memberikan fatwa, akan tetapi didukung dengan karya-karya beliau
yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan khazanah keilmuan umat Islam
untuk generasi sesudahnya.
Di antara karya-karya Syekh Abdullah
Bin Ibrahim as-Syinqithiy adalah:
- طلعة الأنوار في مصطلح الحديث
-
غرة الصباح في اصطلاح البخاري
- فيض الفتاح على نور الإقاح في علوم
البلاغة
- مراقي السعود
-
نشر البنود في أصول الفقه
- مطالع التنوير في آفاق التطهير
- النوازل في الفقه
- مسوغات الفطر للصائم
- روضة النسرين في الصلاة على سيد الكونين
Komentar para ulama:
-
Syekh
Ahmad al-Amin as-Syinqithiy (Wafat 1915 M) berkata: "Syekh Abdullah Bin
Ibrahim as-Syinqithiy adalah seorang multi disipliner ulama besar yang sangat
langka."
-
Syekh
Muhammad al-Hafizh al-Alawiy berkata: "Aku belum pernah melihat seorang
ulama seperti Syekh Abdullah Bin Ibrahim as-Syinqithiy yang bukan hanya berilmu
dan berakhlaq bagus, tetapi juga memiliki pengayoman kepada kaum muslimin.
Beliau seorang Mujaddid ilmu dari kota Syinqith."
-
Syekh
Baddiy berkata: " Syekh Abdullah Bin Ibrahim as-Syinqithiy seorang penutup
para ahli ijtihad yang mengamalkan ilmunya."
-
Syekh
Bab Bin Ahmad Bib berkata dalam syairnya:
قد كاد أن يوصف بالترجيح * لفهمه ونقله الصحيح
وكان في الحديث لا يبارى* كأنما نشأ في
بخارى
Artinya: " Hampir saja lantaran keunggulan faham yang
beliau miliki dan selalu menyebutkan kutipan yang shahih. Kedudukan beliau
dalam bidang hadis tak tertandingi seakan-akan beliau hidup sezaman dengan Imam
al-Bukhariy."
Setelah menjalani
dinamika kehidupan yang panjang, penuh dedikasi pada Tuhannya, agama dan dunia
keilmuan, Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy wafat pada hari
Jum'at tanggal 28 Rabi' as-Stani tahun 1233 Hijriyah dalam usia kurang lebih 80
tahun.
Kitab Thal'ah al-Anwar
Syekh Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy
as-Syinqithiy Rahimahullah pada muqaddimah kitabnya menyebutkan beberapa faktor
pentingnya mempelajari ilmu hadis:
لا
سيما ان كان علم الأثر * اذ دونه يقصر في الفقه نظر
وأهله
فيه لهم يرى اصطلاح * مشترط مرتبط به النجاح
Artinya; " Di antara ilmu yang harus dipelajari terutama
adalah ilmu astar (hadis), karena tanpa mengetahui ilmu hadis pemahaman
seseorang tentang hadis menjadi terbatas. Para ulama hadis memiliki banyak
istilah (terminologi) yang dijadikan persyaratan yang tidak boleh diabaikan
untuk mendapatkan kesuksessan memahami hadis."
Penulis kitab juga menjelaskan bahwa
karya beliau merupakan perasan bagian terpenting dari kitab "Alfiyah
al-Atsar" (kitab mushthalah al-Hadis yang terdiri dari 1000 bait) karya
Imam al-Hafizh Zainnuddin Abdurrahim Bin al-Husen al-Iraqiy (Wafat 806 H).Beliau
menjelaskan muatan kitab dan latar belakang penulisan nazham, dalam bait:
نُظِمَ
فِيْهِ رَجَزُ الْعِرَاقِي * مُشَيِّد الْبِنَاءِ وَالْمَرَاقِي
لَكِنَّهُ
تَقَاصَرَتْ عَنْهُ الْهِمَمْ * وَالْعَجْزُ غَيْرُ حَاشِمٍ بِهِ أَلَمْ
فَأَسْأَلُ
الإِلهَ نَظْمَ مُخْتَصَرْ * يُنَاسِبُ الْمَقَامَ خَالٍ مِنْ كَدَرْ
Artinya: "Disusun dalam kitab ini karya Imam al-Iraqiy yang
berbentuk nazham berbahar Rajaz. Dengan maksud mengokohkan bangunan dan anak
tangga. Akan tetapi, Himmah (semangat) orang zaman sekarang makin lemah untuk
mempelajari seluruh al-Fiyah al-Iraqiy. Dan kelemahan tersebut bukan menjadi
satu kehinaan adanya. Maka aku memohon kepada Tuhan membuat nazham singkat yang
kedudukannya sesuai dihajati oleh orang zaman sekarang, sunyi dari hal yang
keruh."
Sudah menjadi rahasia umum di mana
mayoritas para ulama Syanaqithah (dari Kota Syinqith) mereka membuat karya
lebih banyak dalam bentuk nazham atau syair. Hal demikian memiliki maksud dan
tujuan agar mudah dihafalkan bagi siapa saja yang mempelajari karya-karya dalam
bentuk Nazham. Sebaimana hal tersebut disinyalir oleh Imam Ibn Mu'thiy dalam
Kitab al-Fiyahnya:
لعلمهم
بأن حفظ النظم * وفق الذكي والبعيد الفهم
لا سيما مشطور بحر الرّجز * إذا بُني على ازدواج موجز
Artinya: " Sudah banyak diketahui orang bahwa menghafal
dalam bentuk Nazham sangat sesuai bagi orang cerdas dan para pemula untuk cepat
mendapatkan faham. Terutama menghafal baris rangkain kata dalam bentuk Bahr
Rajaz lantaran hal tersebut disusun dengan kata-kata yang singkat."
Dalam penulisan nazahm, Syekh
Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy menggunakan gaya bahasa yang mudah
dipahami sehingga tidak sulit dihapalkan. Boleh jadi, kitab "Thal'ah
al-Anwar" sangat digemari oleh para penuntut ilmu khususnya oleh para
pemerhati hadis.
Hal ini dapat kita lihat ketika Syekh
Abdullah Bin Ibrahim al-Alawiy as-Syinqithiy membicarakan klasifikasi Hadis:
والأكثرون
قسموا كل السنن * إلى صحيح وضعيف وحسن
Artinya: "Mayoritas ulama memberikan klasifikasi hadis
kepada 3 bagian: Hadis shahih, Dhaif dan Hasan."
Selanjutnya ketika
beliau memberikan definisi Hadis Shahih, Hasan Dan Dhaif:
منه
صحيح وهو ما يتصل * سنده دون شذوذ يحصل
وليس
فيه علة تعطل * وكل راو ضابط معدل
Artinya: "Diantaranya Hadis Shahih adalah hadis
Yang memiliki sanad bersambung tanpa ada Syadz (kejanggalan). Tidak terdapat
illat (cacat) yang dapat mencedrai kekuatannya. Diriwayatkan oleh para
periwayat yang dhabith dan adil."
وهو في
الحجة كالصحيح * ودونه إن صِيرَ للتَّرْجيحِ
Artinya: "Hadis Hasan adalah hadis yang memiliki
kedudukan sama dengan hadis shahih untuk dijadikan argumentasi. Akan tetapi
persyaratannya di bawah ketentuan hadis shahih apabila ditarjih."
فاقد
شرط للقبول نجتني * شرطا من التي مضت للحسن
Artinya: "Hadis Dhaif adalah hadis yang tidak memenuhi
kualifikasi hadis yang kita maksudkan. Dan juga tidak memenuhi persyaratan
ketentuan hadis hasan."
Keunggulan kitab "Thal'ah
al-Anwar" terbukti dengan banyaknya kajian di universitas maupun pondok
pesantren dan tidak sedikit para ulama yang tertarik memberikan komentar atau
membuat catatan terhadap kitab "Thal'ah al-Anwar". Sebut saja nama
al-Muhaddist al-Musnid Syekh Hasan Muhammad al-Massyath (Wafat 1399 H) seorang
guru besar di Masjid al-Haram, Makkah, menulis kitab "Raf' al-Astar An
Muhayya Mukhaddirat Thal'ah al-Anwar". Ulama besar kota Syinqith Syekh
Ahmad Mahmud Bin Yadad al-Hasaniy (wafat 1383 Hijriyah) ikut memberikan
komentarnya dalam kitab "Tuhfah as-Shighar Fi Taqrib Ma'ani Thal'ah
al-Anwar." Juga tidak ketinggalan ulama dari tanah Betawi Syekh Muhammad
Muhajirin Bin Amsar ad-Dariy ikut ambil bagian dalam menjelaskannya pada kitab "al-Istidzkar Fi Taqyid Ma La Budda Min Thal'ah al-Anwar". Bahkan
Syekh Abdullah Bin Ibrahim as-Sinqithiy sebagai pengarang nazham "Thal'ah
al-Anwar" telah lebih dahulu memberikan komentar nazham yang beliau
karang, dengan nama kitab "Hady al-Abrar Ala Thal'ah al-Anwar."
Kitab nazham "Thal'ah
al-Anwar" merupakan kerajinan ilmiyah yang sangat luar biasa. Kurang lebih
dalam 300 bait pengarang telah membuat gubahan Nazham sebagai perasan dari
kitab al-Fiyah Imam Zainuddin Abdurrahim al-Iraqiy, yang menurut keterangan
Syekh Mahmud Rabi' seorang ulama yang berperan sebagai editor kitab al-Fiyah
al-Iraqiy bahwa kitab al-Fiyah al-Iraqiy terdiri dari 1002 bait Nazham. Alfiyah
Iraqiy merupakan kitab yang sangat bermutu tinggi dalam ilmu Mushthalah
al-Hadis. Nasab kitab alFiyah al-Iraqiy merupakan ringkasan dan penjelasan
tambahan dari kitab Muqaddimah Ulum al-Hadis karya Imam Taqyuddin Abu Amr Usman
Bin Abdurrahman Bin Musa an-Nashriy as-Syuhrazauriy yang terkenal dengan
sebutan Imam Ibn Shalah (577 H-643 H).
Adapun tema kajian dalam kitab
"Thal'ah al-Anwar sebagai berikut:
-
Muqaddimah
(Pendahuluan)
-
Perbedaan
al-Qur'an dan al-Hadis
-
Klasifikasi
Hadis
-
Definisi
Hadis Shahih
-
Tingkatan
Hadis Shahih
-
Definisi
Hadis Hasan Dan Macam-Macamnya
-
Hadis
Gharib
-
Hadis
Aziz
-
Hadis
Masyhur
-
Hadis
Musalsal
-
Hadis
Mudabbaj
-
Hadis
Dhaif Dan Seluk Beluknya
-
Hadis
Marfu'
-
Klasifikasi
Hadis Dari Tinjauan Sanad
-
Hadis
Musnad
-
Hadis
Muttashil Dan Maushul
-
Hadis
Mauquf
-
Hadis
Maqthu'
-
Hadis
Mursal
-
Hadis
Munqathi' Dan Mu'dhal
-
Sanad
Mu'an'an
-
Perbedaan
Periwayatan Di antara Para Rawi Tsiqat
-
Tadlis
-
Hadis
Syadz Dan Munkar
-
Mengenal
I'tibar, Mutabi'at, Syawahid Dan Afrad
-
Hadis
Mu'allal
-
Hadis
Mutharrib
-
Hadis
Mudraj
-
Mengenal
Sanad Ali (Tinggi) Dan Sanad Nazil (Rendah)
-
Hadis
Maudhu (Palsu)
-
Hadis
Maqlub
-
Kriteria
Periwayat Hadis Yang Diterima Periwayatannya
-
Tingkatan
Ta'dil
-
Tingkatan
Tajrih
-
Ketentuan
Umur Orang Yang Menerima Hadis
-
Macam-macam
Metode Penerimaan Hadis
-
Ketentuan
Sama' (Mendengar) Hadis Dari Seorang Guru
-
Ketentuan
Qiraah (Membaca) Hadis
-
Ketentuan
Ijazah (Lisensi Periwayatan)
-
Ketentuan
Munawalah (Penyerahan)
-
Ketentuan
Kitabah (Menuliskan) Hadis
-
Ketentuan
I'lam (Pemberitahuan)
-
Ketentuan
Washiyah (Pesan)
-
Ketentuan
Wijadah (Penemuan)
-
Penulisan
Hadis Dan Pemberian Syakal
-
Mengeluarkan
Kalimat Yang Gugur
-
Kegiatan
Ahli Hadis Yang Memiliki Kapasitas Intelektual Yang Memadai
-
Penghapusan
Kesalahan
-
Penulisan
Singkatan Rumus Istilah Hadis
-
Periwayatan
Hadis Bil Ma'na (Tidak Utuh)
-
Kesalahan
Penulisan Hadis
-
Perbaikan
Kesalahan Penulisan Hadis
-
Perbedaan
Redaksi Dalam Hadis Yang Diriwayatkan
-
Penyebutan
Nasab Dan Deskripsi Nama Para Periwayat Hadis
-
Merubah
Penyebutan Nabi Menjadi Rasulullah Atau Sebaliknya
-
Mengenal
Etika Seorang Ahli Hadis
-
Mengenal
Etika Pelajar Hadis
-
Mengenal
Periwayat Hadis Tsiqat
-
Para
Sahabat Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadis
Bukan semata-mata meringkas kitab "al-Fiyah al-Iraqiy",
tetapi Syekh Abdullah Bin Ibrahim as-Syinqithiy juga menambahkan pembahasan atau
memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak disentuh oleh Imam Zainuddin
al-Iraqiy dalam kitabnya.
Ketika menjelaskan hadis dhaif, Imam
Zainuddin al-Iraqiy berkata:
أمَّا الضَّعِيْفُ فَهْوَ مَا لَمْ يَبْلُغِ
*** مَرْتَبَةَ الحُسْنِ، وإنْ بَسْطٌ بُغِي
فَفَاقِدٌ شَرْطَ قَبُوْلٍ قِسْمُ
*** وَاثْنَيْنِ قِسْمٌ غَيْرُهُ، وَضَمُّوْا
سِوَاهُما فَثَالِثٌ، وَهَكَذَا *** وَعُدْ
لِشَرْطٍ غَيْرَ مَبْدُوٍّ فَذَا
قِسْمٌ سِوَاهَا ثُمَّ زِدْ غَيْرَ الَّذِي
*** قَدَّمْتُهُ ثُمَّ عَلى ذَا فَاحْتَذِي
وَعَدَّهُ
(البُسْتِيُّ) فِيما أوْعَى *** لِتِسْعَةٍ وَأرْبَعِيْنَ نَوْعَا
Artinya: "Hadis Dhaif adalah hadis yang tidak sampai dalam
tingkatan hadis hasan. Jika ingin dijabarkan pembagian hadis dhaif sebagai
berikut: Pertama, ketiadaan syarat qabul (6 persyaratan hadis shahih dan
hasan). Kedua, ketiadaan 12 syarat tambahan yang para ulama tetapkan. Ketiga, ketiadaan
10 syarat dan seterusnya. Lalu hinggakan dan mulai persyaratan yang berbeda
dengan yang pertama. Kempat, ketiadaan syarat-syarat lainnya. Kemudian
tambahkan syarat lain yang aku belum sebutkan (total 42 syarat). Sedangkan Imam
Abu Hatim al-Bustiy telah menghitung apa yang ia kumpulkan sampai 49 persyaratan."
Dari bait nazham
di atas, imam Zainuddin al-Iraqiy hanya menyebutkan definisi, klasifikasi dan
ketentuan hadis dhaif. Beliau tidak menyebutkan sejauh mana status dan peranan
hadis dhaif dalam hujjah (argumentasi). Dalam kitab "Thal'ah al-Anwar"
Syekh Abdullah Bin Ibrahim as-Syinqithiy memberikan penjelasan tambahan:
وبين
الضعيف في العقائد * وحكم ربنا العظيم الواحد
واحتج
بالضعيف في الفضائل * بشرط الإندراج تحت شامل
وعدم
العزو الى من ينتقى * وفيه منع وجواز مطلقا
Artinya: "Berikanlah penjelasan terhadap hadis dhaif pada
masalah aqidah dan hukum Allah Yang Maha Agung dan Maha Esa. Gunakanlah hadis
dhaif sebagai argumentasi pada masalah fadhailul a'mal dengan syarat hadis
dhaif itu dinaungi oleh dalil yang mencakup. Tidak boleh menisbahkan hal itu
kepada orang terpilih yakni Nabi dan dalam mengamalkannya ulama berbeda
pendapat ada yang melarang dan ada yang membolehkan secara mutlak."
Dibolehkan
mengamalkan hadis dhaif tanpa menjelaskan kelemahannya, jika hadis dhaif
tersebut bukan berkaitan dengan urusan aqidah dan hukum. Apabila seseorang
membaca atau menulis hadis dhaif yang berkaitan dengan masalah aqidah
(sifat-sifat Allah yang wajib, mustahil dan jaiz) dan hukum (halal, haram dan
sebagainya), maka ia harus memberikan penjelasan atau keterangan bahwa itu
hadis dhaif. Hadis dhaif boleh diamalkan dalam konteks fadhailul a'mal
(keutamaan satu perbuatan), Targhib (sesuatu yang mendorong kebaikan), Tarhib
(sesuatu yang mendorong takut siksa), Mawaizh (nasehat), manaqib dan sejarah
dengan syarat hadis dhaif itu dipayungi oleh dalil yang kuat.
Dalam mengamalkan
hadis dhaif ada tiga syarat: pertama, bahwa kedhaifannya tidak terlalu artinya
para periwayat hadis tidak tergolong pendusta atau orang-orang yang
eksistensinya dicurigai. Kedua, dinaungi oleh dalil yang kuat. Ketiga, tidak
boleh meyakini hadis dhaif benar-benar mutlak berasal dari Nabi ketika
mengamalkannya, akan tetapi diyakini secara ihthiyath (hati-hati) saja.
Ulama berbeda
pendapat dalam mengamalkan hadis dhaif, diantara mereka ada yang menolak
mengamalkannya walaupun dalam konteks mencerutakan keutamaan kebaikan seperti
imam al-Qaadhi Ibn al-Arabiy al-Malikiy. Dan yang membolehkan mengamalkannya
secara mutlak seperti imam Ahmad Bin Hambal, sampai ada diriwayat yang
dinisbahkan kepada beliau:
ضعيف الحديث أحب الي من رأي الرجال
Artinya: "Hadis Dhaif lebih aku sukai ketimbang pendapat
orang"
Silsilah Intelektual
Adapun sanad yang muttashil
(bersambung) kepada pengarang kitab nazham "Thal'ah al-Anwar",
penulis dapatkan dari beberapa Masyaikh (para guru) di antaranya: Dari al-Habib
Salim Bin Abdullah Bin Umar as-Syathiriy al-Husainiy, Syekh Majid Bin Hamid
as-Syihawiy al-Husainiy, Syekh Abdullah Bin Abdul Qadir at-Talidiy at-Thanjiy,
Syekh Muhammad Hamzah Bin Muhammad Ali al-Kattaniy al-Hasaniy, Syekh Ahmad Bin
Muhammad Saad al-Azhariy, Syekh Muhammad Syafii Hadzami Bin Muhammad Shalih
Raidiy al-Batawiy dan lain-lain.
1 . عن الحبيب العلامة سالم بن عبد الله بن عمر
الشاطري الحسيني عن الشيخ العلامة حسن محمد المشاط عن الشيخ العلامة المحدث محمد
حبيب الله الشنقيطي الجكني عن الشيخ العلامة المسند السيد محمد بن جعفر الكتاني
الحسني عن الشيخ العلامة السيد محمد المصطفى ماء العين عن والده السيد محمد بن
الفاضل ابن الشيخ مأمين الشنقيطي الحسني عن الشيخ سيد بن أحمد الكحيل عن المؤلف
الشيخ العلامة عبد الله بن الحاج ابراهيم العلوي الشنقيطيرضي الله عنه .
2. عن السيد ماجد بن حامد الشيحاوي الحسيني عن الشيخ العلامة محمد
صالح بن عثمان جلال الدين عن الشيخ العلامة حسن محمد المشاط بسنده المتصل الى
المؤلف رحمه الله .
3. عن الشيخ عبد الله بن عبد القادر التليدي الطنجي عن الشيخ العلامة
المحدث أحمد بن محمد بن الصديق الغماري الحسني عن الشيخ العلامة المسند السيد محمد
بن جعفر الكتاني الحسني بسنده المتصل الى المؤلف رحمه الله .
4. عن السيد محمد حمزة بن محمد علي الكتاني الحسني عن عمة جده الشيخة
فاطمة المدينة بنت الشيخ العلامة المسند محمد بن جعفرالكتاني الحسني بسنده المتصل
الى المؤلف رحمه الله .
5. عن الشيخ أحمد بن محمد سعد الأزهري عن مسند العصر الشيخ عبد الرحمن
بن محمد عبد الحي الكتاني عن والده الشيخ المحدث حامل لواء الإسناد السيد محمد عبد
الحي بن عبد الكبير الكتاني عن ابن خاله الشيخ العلامة السيد محمد بن جعفر الكتاني
الحسني بسنده المتصل الى المؤلف رحمه الله .
الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي
عامله الله ولوالديه بفضله العميم ولطفه الحاوي
Khadim Ma'had al-Muafah
H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawiy