Mengecup Dua Ibu Jari Saat Muadzin Mengumandangkan Syahadat
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا
له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:
Pertanyaan Saudara Suparman at-Tijaniy dari Poncol Jakarta Utara:
Saya sering melihat beberapa orang tua yang disebut-sebut sebagai tokoh agama di kampung saya, saat mendengar muadzzin melantunkan (اشهد أن محمد رسول الله) mereka mengecupkan dua ibu jari tangannya kemudian mengusapkan ke kedua mata mereka.
Pertanyaan saya, apakah perbuatan tersebut boleh dilakukan? Bila boleh, apa dalil yang menjadi dasar disyariatkannya dan apa keutamaannya? Dan sebutkan sanadnya?
JAWABAN
Saya sering melihat beberapa orang tua yang disebut-sebut sebagai tokoh agama di kampung saya, saat mendengar muadzzin melantunkan (اشهد أن محمد رسول الله) mereka mengecupkan dua ibu jari tangannya kemudian mengusapkan ke kedua mata mereka.
Pertanyaan saya, apakah perbuatan tersebut boleh dilakukan? Bila boleh, apa dalil yang menjadi dasar disyariatkannya dan apa keutamaannya? Dan sebutkan sanadnya?
JAWABAN
Mengecup kedua ibu jari atau telunjuk lalu membaca bebacaan dan mengusapkannya kedua mata saat
mendengar Muadzzin mengumandangkan (اشهد أن محمد رسول الله) hal tersebut bukan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Amaliah
tersebut diamalkan oleh para ulama di kalangan ahli tasawuf berdasarkan
pengalaman rohani mereka. Perbuatan itu bukan dilandaskan dari hadis-hadis yang shahih. Kalaupun
ditemukan hadis yang menganjurkan hal tersebut, dapat dipastikan hadis-hadisnya termasuk palsu alias
hadis odong-odong (bajakan).
Para ulama mengutip dalilnya dari kitab al-Firdaus Bi Ma’stur al-Khithab karya Imam ad-Dailamiy (wafat tahun 509 Hijriyah). Menurut para pakar hadis, riwayat ad-Dailamiy tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan keorsinilannya.
Kesimpulannya, bahwa yang dilakukan oleh para ahli tasawuf terkait amaliyah yang dimaksud kan di atas itu hanya berdasarkan pengalaman rohani para ulama ahli ma'rifah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memang sudah teruji coba mendatangkan kesembuhan. Dan boleh-boleh saja mengamalkan hal tersebut sebagai bentuk mengamalkan mujarrabat (eksperimen) untuk kesembuhan atau mencegah penyakit, bukan atas nama mengamalkan sunnah. Sebagaimana bila kita sakit, ketika kita berobat dengan obat-obatan atau cara-cara yang mendatangkan kesembuhan tanpa menisbahkan obat atau cara-cara itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Para ulama mengutip dalilnya dari kitab al-Firdaus Bi Ma’stur al-Khithab karya Imam ad-Dailamiy (wafat tahun 509 Hijriyah). Menurut para pakar hadis, riwayat ad-Dailamiy tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan keorsinilannya.
Kesimpulannya, bahwa yang dilakukan oleh para ahli tasawuf terkait amaliyah yang dimaksud kan di atas itu hanya berdasarkan pengalaman rohani para ulama ahli ma'rifah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memang sudah teruji coba mendatangkan kesembuhan. Dan boleh-boleh saja mengamalkan hal tersebut sebagai bentuk mengamalkan mujarrabat (eksperimen) untuk kesembuhan atau mencegah penyakit, bukan atas nama mengamalkan sunnah. Sebagaimana bila kita sakit, ketika kita berobat dengan obat-obatan atau cara-cara yang mendatangkan kesembuhan tanpa menisbahkan obat atau cara-cara itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Syekh Hasan Bin Ibrahim memberikan komentar dalam Taqrirat Irsyad
as-Salik Ila Asyraf al-Masalik halaman 13:
وَاشْتَهَرَ عِنْدَ بَعْضِ النَّاسِ وِرْدٌ إِلَّا قَوْلَ الْمُؤَذِّنِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّهِ يُقَبِّلُوْنَ إِبْهَامَهُمْ وَيَمُرُّوْنُ بِهَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ قَائِلِيْنَ: مَرْحَبًاً بِحَبِيْبِي وَقُرَّةِ عَيْنِي مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللّهِ، وَهَذَا لَمْ يَرِدْ فِي حَدِيْثٍ
“Telah masyhur di sebagian ulama sebuah wirid, kecuali saat ucapan
muadzin“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, lalu mereka mengecup dua jari
jempolnya dan diusapkan ke kedua matanya, kemudian mereka berdoa “Marhaban
bihabibiy waqurrati ‘ainiy Muhammadibni Abdillah Saw”. Hal ini tidak bersumber
dari hadits.”
Imam as-Syarawaniy dalam kitab Hasyiyah Tuhfatul Muhtaj jilid 1
halaman 479:
وَكُلُّ
مَا يُرْوَى فِي هَذَا فَلَا يَصِحُّ رَفْعُهُ أَلْبَتَّةَ قُلْت وَإِذَا ثَبَتَ
رَفْعُهُ إلَى الصِّدِّيقِ فَيَكْفِي الْعَمَلُ بِهِ لِقَوْلِهِ - عَلَيْهِ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - «عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ» وَقِيلَ لَا يَفْعَلُ وَلَا يُنْهَى وَغَرَابَتُهُ لَا تَخْفَى
عَلَى ذَوِي النُّهَى اهـ
Artinya: “Setiap pernyataan yang diriwayatkan (mengenai mengecup
kedua ibu jari saat mendengar asyhadu anna Muhammad Rasulullah), tidak valid
untuk dinisbahkan kepada Rasulullah adanya. Seandainya memang benar
menghubungkan ungkpan tersebut kepada Sayyiduna Abu Bakr as-shiddiq maka
cukuplah itu sebagai dalil untuk mengamalkannya karena adanya keterangan hadis
Shahih yang mengatakan: Hendaklah kalian mengamalkan sunnahku dan sunnah para
pemimpinku yang mendapat petunjuk. Pendapat lain mengatakan, kaifiat tersebut
(mengecup kedua ibu jari) tidak diamalkan tetapi juga tidak boleh dilarang. Status
hadisnya yang dicurigai keabsahannya sudah umum diketahui oleh orang yang
mengerti.
Imam Muhammad Amin Bin Umar Ibn Abidin ad-Dimasyqiy al-Hanafiy (wafat
tahun 1252 Hijriyah dalam kitab Raddul Muhtar Ala ad-Durr al-Mukhtar jilid 1 halaman
398 menyebutkan:
وَلَمْ
يَصِحَّ فِي الْمَرْفُوعِ مِنْ كُلِّ هَذَا شَيْءٌ. وَنَقَلَ بَعْضُهُمْ أَنَّ
الْقُهُسْتَانِيَّ كَتَبَ عَلَى هَامِشِ نُسْخَتِهِ أَنَّ هَذَا مُخْتَصٌّ
بِالْأَذَانِ، وَأَمَّا فِي الْإِقَامَةِ فَلَمْ يُوجَدْ بَعْدَ الِاسْتِقْصَاءِ
التَّامِّ وَالتَّتَبُّعِ.
Artinya: kaifiat mengecup dua jari tidak ada keterangan yang shahih
berdasarkan hadis yang disandarkan kepada Rasulullah. Sebagian ulama mengutip
sesungguhnya al-Quhustaniy mencatat di tepi naskahnya bahwa kaifiat itu
dikhususkan hanya pada adzan. Adapun iqamah tidak ditemukan anjuran
melakukannya setelah mengadakan riset secara mendalam.”
Lebih luas lagi Imam Muhammad Thahir Bin Ali as-Shiddiqiy al-Hindiy
(wafat 986 Hijriyah menyebutkan dalam kitab Tadzkiratul Maudhuat halaman 34:
مَسْحُ
الْعَيْنَيْنِ بِبَاطِنِ أُنْمُلَتَيِ السَّبَّابَتَيْنِ بَعْدَ تَقْبِيلِهِمَا
عِنْدَ سَمَاعِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ مِنَ الْمُؤَذِّنِ مَعَ
قَوْلِهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ
رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم نَبيا»
ذكره الديلمي فِي الفردوس من حَدِيث أبي بكر الصّديق أَنه لما سمع قَول الْمُؤَذّن
أشهد أَن مُحَمَّدًا رَسُول الله قَالَ مثله وَقبل بباطن الأنملتين السبابَة وَمسح
عَيْنَيْهِ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «من فعل مثل مَا فعل خليلي
فقد حلت عَلَيْهِ شَفَاعَتِي» وَلَا يَصح، وَكَذَا مَا أوردهُ أَبُو الْعَبَّاس
الرداد المتصوف بِسَنَد فِيهِ مَجَاهِيل مَعَ انْقِطَاعه عَن الْخضر عَلَيْهِ
السَّلَام أَنه «من قَالَ حِين سمع أشهد أَن مُحَمَّدًا رَسُول الله مرْحَبًا
بحبيبي وقرة عَيْني مُحَمَّد بن عبد اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثمَّ يقبل إبهاميه ويجعلهما على عَيْنَيْهِ لم يعمى وَلم يرمد أبدا» ثمَّ روى
بِسَنَد فِيهِ من لم أعرفهُ عَن مُحَمَّد بن البابا أَنه هبت ريح فَوَقَعت مِنْهُ
حَصَاة فِي عينه وأعياه خُرُوجهَا وآلمته أَشد الْأَلَم فَقَالَ ذَلِك عِنْد سَماع
الْمُؤَذّن فَخرجت الْحَصَاة من فوره فَقَالَ الرداد وَهَذَا يسير فِي جنب فضائله.
وَحكي عَن الْبَعْض من صلى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسلم إِذا
سمع ذكره فِي الْأَذَان وَجمع إصبعيه المسبحة والإبهام وقبلهما وَمسح بهما
عَيْنَيْهِ لم يرمد أبدا قَالَ ابْن صَالح وَسمع عَن بعض الشُّيُوخ أَنه يَقُول
عِنْدَمَا يمسح عَيْنَيْهِ صلى الله عَلَيْك يَا رَسُول الله يَا حبيب قلبِي وَيَا
نور بَصرِي وَيَا قُرَّة عَيْني قَالَ ومذ فعلته لم ترمد عَيْني وَقد جرب كل
مِنْهُم ذَلِك وروى الْحسن مثل مَا رُوِيَ عَن الْخضر عَلَيْهِ السَّلَام
بِعَيْنِه انْتهى.
Artinya : Mengusap kedua mata dengan bagian dalam dari kedua ujung dari jari telunjuk sesudah dicium sewaktu mendengar ucapan muazzin ” Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah” dengan perkataan: “Asyhadu Anna Muhammad Abduhu Wa Rasuluhu Radhitu Billahi Rabban Wabil Islami Dinan Wa Bimuhammadin Sallallahhu Alaihi Wassalam Nabiyan”. Ad-Dailami menyebutkannya dalam Al-Firdaus dari hadits Abu Bakar As-Siddiq bahwasanya ketika beliau mendengar perkataan muadzdzin “Asyhadu Anna Muhammadar Rasullullah” beliau telah mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh muadzdzin sambil mencium bagian dalam dari kedua ujung jari telunjuknya lalu beliau mengusapkan pada kedua matanya . Maka Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang melakukan seperti kekasihku ( Abu Bakar ) maka sungguh halal baginya syafaatku”. Dan hadits ini tidak shahih.
Dan begitu pula apa yang diriwayatkan oleh Abu Al-Abbas
Ar-Raddad yang di dalam sanadnya (terdapat) perawi – perawi majhul –
tidak dikenal – disertai dengan terputusnya (munqhati’)
sanad dari Khidr ‘alaihis Salam bahwasanya: “Barangsiapa yang
mengucapkan ketika mendengar Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah:
مرحبا بحبيبي وقرة عيني محمد بن عبد الله صلى الله عليه وسلم
kemudian mencium kedua ibu jarinya dan menyapunya ke kedua matanya,
maka dia tidak akan buta dan sakit mata selamanya.
Kemudian diriwayatkan dengan sanad yang di dalamnya aku (Muhammad
Thahir) tidak mengenalnya dari Muhammad bin Alibaba bahwasanya: angin bertiup
dan kerikil masuk ke matanya dan membuatnya frustasi untuk mengeluarkannya dan
meyakitinya dengan sakit yang sangat. Maka dia mengatakan doa tadi ketika
mendengar muadzdzin maka keluarlah kerikil tersebut seketika itu juga. Maka
berkata Ar-Raddad: dan ini adalah mudah karena keutamaan bacaan tadi.
Dan dihikayatkan dari sebagian orang barangsiapa yang bershalawat
kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wasallam ketika mendengar penyebutannya (Nabi)
di dalam adzan dan menggabungkan kedua jari telunjuknya beserta ibu jari dan
mencium keduanya kemudian menyapu kedua matanya dengan keduanya niscaya iya
tidak sakit mata selama-lamanya. Telah berkata ibnu Shalih dan telah mendengar
dari sebagian syaikh bahwasanya mereka berkata ketika menyapu kedua mata:
صلى الله عليك يا رسول الله يا حبيب قلبي ويا نور بصري ويا قرة عيني
Berkata: semenjak aku mengerjakannya, aku tidak sakit mata dan
setiap mereka telah mencobanya. Dan Al-Hasan telah meriwayatkan seperti yang
diriwayatkan Khidr alaihi As-Salam.
Begitulah pendapat ahli hadis, dengan basic ilmu Dirayah, mereka
menolak anjuran mengecup dua jari tangan saat mendengar ucapan Muadzin; Asyhadu
anna Muhammad Rasululllah. Berbeda dengan para ulama Tasawuf yang melakukan
satu amaliyah selain berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah mereka juga mentajribah
(mengujicoba) amaliyah yang mereka dapatkan dari pengalaman rohani baik melalui
mimpi maupun sadar atau secara Kasyyaf (terbuka hijab). Imam Abdul wahhab
as-Sya’raniy radhiyallahu anhu mengatakan:
واذا ضعف النقل عملنا بالتجربة
Artinya: "Jika ada hadis Dhaif (lemah), maka kami amalkan
dengan membuktikan atau mengujicoba khasiatnya.”
Imam Muhammad Bin Muhammad at-Tharabalsiy al-Maghribiy al-malikiy
yang tersohor dengan julukan Hatthab ar-Rua’iniy (wafat tahun 954 Hijriyah)
dalam kitabnya Mawahib al-Jalil Syrah Muhtashar Khalil jilid 1 halaman 444:
قَالَ
فِي الْمَسَائِلِ الْمَلْقُوطَةِ: حَدَّثَنَا الْفَقِيهُ الصَّدِيقُ الصَّدُوقُ
الصَّالِحُ الْأَزْكَى الْعَالِمُ الْأَوْفَى الْمُجْتَهِدُ الْمُجَاوِرُ
بِالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الْمُتَجَرِّدُ الْأَرْضَى صَدْرُ الدِّينِ بْنُ
سَيِّدِنَا الصَّالِحِ بَهَاءِ الدِّينِ عُثْمَانَ بْنِ عَلِيٍّ الْفَاسِيِّ
حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى قَالَ: لَقِيتُ الشَّيْخَ الْعَالِمَ الْمُتَفَنِّنَ
الْمُفَسِّرَ الْمُحَدِّثَ الْمَشْهُورَ الْفَضَائِلُ نُورَ الدِّينِ
الْخُرَاسَانِيَّ بِمَدِينَةِ شِيرَازَ، وَكُنْتُ عِنْدَهُ فِي وَقْتِ الْأَذَانِ
فَلَمَّا سَمِعَ الْمُؤَذِّنَ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
قَبَّلَ الشَّيْخُ نُورُ الدِّينِ إبْهَامَيْ يَدَيْهِ الْيُمْنَى وَالْيُسْرَى
وَمَسَحَ بِالظُّفْرَيْنِ أَجْفَانَ عَيْنَيْهِ عِنْدَ كُلِّ تَشَهُّدٍ مَرَّةً
بَدَأَ بِالْمُوقِ مِنْ نَاحِيَةِ الْأَنْفِ، وَخَتَمَ بِاللَّحَاظِ مِنْ
نَاحِيَةِ الصُّدْغِ، قَالَ فَسَأَلَتْهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: إنِّي كُنْتُ
أَفْعَلُهُ مِنْ غَيْرِ رِوَايَةِ
حَدِيثٍ، ثُمَّ تَرَكْتُهُ فَمَرِضَتْ عَيْنَايَ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ لِي لِمَ تَرَكْتَ
مَسْحَ عَيْنَيْكَ عِنْدَ ذِكْرِي فِي الْأَذَانِ إنْ أَرَدْتَ أَنْ تَبْرَأَ
عَيْنَاكَ فَعُدْ إلَى الْمَسْحِ أَوْ كَمَا قَالَ فَاسْتَيْقَظْتَ وَمَسَحْتَ
فَبَرِئَتْ عَيْنَايَ وَلَمْ يُعَاوِدْنِي مَرَضُهُمَا إلَى الْآنَ.
وَرُوِيَ عَنْ الْخَضِرِ - عَلَيْهِ
السَّلَامُ - أَنَّهُ قَالَ: مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ يَقُولُ:
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ مَرْحَبًا بِحَبِيبِي وَقُرَّةِ
عَيْنِي مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -
ثُمَّ يُقَبِّلُ إبْهَامَيْهِ، وَيَجْعَلُهُمَا عَلَى عَيْنَيْهِ لَمْ يَعْمَ،
وَلَمْ يَرْمَدْ أَبَدًا
Disebutkan dalam kitab al-Masail al-Malquthah, bahwa telah
bercerita kepada kami ahli fiqh yang sangat terpercaya, yang hsaleh, bersih,
berilmu sempurna, seorang mujtahid, bertetangga dengan Masjid al-Haram,
menyendiri, Shadruddin bin Sayyidina Shaleh Bahauddin Utsman bin Ali al-Fasiy, hafidzahullah,
ia berkata: “Saya bertemu dengan seorang syaikh yang ahli di bidang banyak
ilmu, ahli tafsir, ahli hadits, yang populer keutamaannya, Nuruddin al-Khurasan
di Kota Syiraz. Saya berada di dekatnya saat adzan. Ketika ia mendengar ucapan
muadzin “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, maka Syaikh Nuruddin
mengecup kedua jari jempolnya, kanan dan kiri, lalu mengusapkan dengan kedua
kuku ke kelopak matanya setiap bacaan syahadat, dimulai dari ujung mata yang
lurus dengan hidung (tempat nyompot rebek) lalu mengenyamping ke arah pelipis. Saya
(Shadruddin) bertanya kepadanya tentang hal itu, maka ia menjawab: “Dulu saya
melakukannya tanpa riwayat hadits, lalu saya meninggalkannya. Maka kedua mata
saya sakit dan saya mimpi bertemu Rasulullah Saw. dan bersabda kepadaku: “Kenapa
kamu tinggalkan mengusap kedua matamu ketika menyebutku dalam adzan. Jika kamu
ingin kedua matamu sembuh maka ulangilah mengusap matamu.”Lalu saya terbangun
dan mengusap kedua mataku. Dan sampai sekarang tidak pernah sakit mata lagi.”
Diriwayatkan dari al-Khadhir alaihis salam: Siapa saja yang membaca: “Marhaban
Bi Habibiy Waq urratu Ainiy Muhammad Bin Abdillah Shallalllahu alaihi wa sallam”
ketika muadzzin berkata: Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” lalu ia mengecup
dua jempol tanganya (kanan dan kiri) setelah itu ia jadikan keduanya untuk
mengusap dua matanya, maka ia tidak akan mengalami buta atau lamur selamanya.”
Imam at-Thahthawiy al-Hanafiy (wafat 1231 Hijriyah), menukilkan
dalam kitabnya Hasyiyah Maraqi al-Falah jilid 1 halaman 205:
ذكر
القهستاني عن كنز العباد أنه يستحب أن يقول عند سماع الأولى من الشهادتين للنبي
صلى الله عليه وسلم صلى الله عليك يا رسول الله وعند سماع الثانية قرت عيني بك يا
رسول الله اللهم متعني بالسمع والبصر بعد وضع إبهاميه على عينيه فإنه صلى الله
عليه وسلم يكون قائدا له في الجنة
Al-Quhustaniy mengutip dari kitab “Kunz al-’Ibad fi fadhail
al-Ghazw wa al-jihad” oleh abu al-Qasim bin Iqal berkata:”Dianjurkan pada saat
mendengar syahadatain atas Rasul untuk mengucapkan Shallallahu ‘alaika ya
Rasulallah pada syahadat pertama dan mengucapkan Qurrat ‘aini bika ya
rasulallah allahuma matti’ni bi as-sam’i wa al-bashari pada saat mendengar
syahadat yang kedua setelah mencium kedua ujung ibu jari sambil mengusapkannya
ke mata, maka Rasulullah SAW akan menjadi penunjuk jalan baginya untuk meraih
kebahagiaan di surga”.
Sayyid Abu Bakr Usman Muhammad Syatha (wafat tahun 1310 Hijriyah)
dalam kitab Ianatut Thalibin jlid 1 halaman 281 mengutip qaul Imam as-Syanwaniy:
من
قال حين يسمع قول المؤذن: أشهد أن محمدا رسول الله: مرحبا بحبيبي وقرة عيني محمد
بن عبد الله – صلى الله عليه وسلم -. ثم
يقبل إبهاميه
ويجعلهما على عينيه لم يعم ولم يرمد أبدا.
Siapa saja yang membaca: “Marhaban Bi Habibiy Waq urratu Ainiy
Muhammad Bin Abdillah Shallalllahu alaihi wa sallam” ketika muadzzin berkata:
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” lalu ia mengecup dua jempol tanganya (kanan
dan kiri) setelah itu ia jadikan keduanya untuk mengusap dua matanya, maka ia
tidak akan mengalami buta atau lamur selamanya.”
Adapun sanad muttashil kepada Imam Muhammad Bin Muhammad
at-Tharabalsiy al-Maghribiy al-Malikiy yang tersohor dengan julukan Hatthab
ar-Rua’iniy (wafat tahun 954 Hijriyah) pengarang kitab Mawahib al-Jalil Syrah
Muhtashar Khalil, sebagai berikut:
الحاج رزقي ذو
القرنين أصمت البتاوي عن فضيلة الدكتور السيد حسام الدين بن سليم الكيلاني الحسني
الحمصي عن العلامة مسند الدنيا الشيخ محمد ياسين بن محمد عيسى الفاداني عن الشيخ
محمد علي بن حسين المالكي عن أخيه الشيخ محمد عابد عن أبيه الشيخ حسين بن ابراهيم
الازهري عن الشيخ احمد منة الله الازهري عن العلامة محمد الامير الكبير عن الشيخ
علي بن محمد السقاط عن الشمس محمد بن عبد السلام بناني عن ابي العباس احمد بن ناصر
الدين الدرعي عن ابي سالم العياشي عن ابي مهدي عيسى الثعالبي عن الشيخ علي بن عبد
الواحد الانصاري عن العلامة احمد بن محمد المقري عن الشيخ احمد بابا التنبكتي عن
الشيخ يحيى بن محمد الحطاب عن أبيه مولف كتاب مواهب الجليل على شرح مختصر خليل
رحمه الله الامام محمد بن محمد الحطاب الرعيني المالكي رحمه الله .
Dikutip ulang dari kitab ittihaful
amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhiy Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2
halaman 253.
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy M.A
Ikuti Kajian Islam:
instagram.com/rizkialbatawi
@rizkialbatawi
********* ******** ********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل
شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة
لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08
NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat 13910
29 komentar:
alhamdulillah..
Qobiltu sanadnye
Alhamdulillah nambah lg ilmu ane
Alhamdulillah nambah lg ilmu ane
Amalin haj
Gentakkk
Wow.. kalo iklan jangan di sini..
Barokallahu fikum
Qibiltu kiyai
Alhamdulillah penjelasannya Baginda....
barokallahu fikum
Qobiltu baginda...
Qobiltu baginda...
Alhamdulillah.. jangan bosen ngelongokin blog almuafah
Qobiltu Tuan Guru
فتح الله لكم
Barokallahu fikum
Ikuti kajian islam;
Instagram; @rizkialbatawi
Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi
توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول
آمين
Manfaaaaaaat....jadi tau lagi
Manfaaaaaaat....jadi tau lagi
Alhamdulillah
subhanallah apa yg di berikan itu adalah ilmu semoga kami istiqomah dlm menuntut ilmu aamiin
Syukron ilmu nya Baginda..
Ilmu tidak akan pernah lenyap walau sampai hari akhir.
Baginda menyampaikan ilmu berulang ulang, beruntunglah kita.
Semakin diulang akan semakin terukir dalam qolbu kita.
Shohibul gentaaq
Qobiltu.....
Ikuti kajian islam;
Instagram; @rizkialbatawi
Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi
توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول
آمين
Hapus
Sy ijazahkan
Ikuti kajian islam;
Instagram; @rizkialbatawi
Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi
توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول
آمين
Ikuti kajian islam;
Instagram; @rizkialbatawi
Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi
توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول
آمين
Qabiltu ustad. Izin mengamalkan
Qobiltu ijazah ya sidi
Posting Komentar