Adab Makan (Hukum Memakan Sisa Makanan Yang terselip Di Gigi)
Oleh; H. Rizqi
Dzulqornain al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي
المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه
الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه
العظيم.
أما بعد:
Pertanyaan saudara Iwan Hasani
dari Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur.
Gigi berlubang bener-bener bikin
diri kita kurang nyaman, makan apa saja bisa nyangkut alias kesilitan. Dari makan
daging sampe makan daon-daonan abis makan pengennya nyari kayu buat
nyelongkarin sisa makanan yang pada nyumbat di sela-sega gusi dan gigi.
Pertanyaan saya, bagaimana
hukumnya memakan sisa daging atau makanan yang yangkut di sela-sela gigi atau
isit? Sebutkan rujukan hadis atau pendapat para ulama mengenai hal tersebut?
serta apa hikmahnya?
Jawaban:
Berkenaan dengan makanan yang
nyangkut di sela-sela gigi atau terselip nyompot di isit (gusi), Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam langsung yang menyebutkan bagaimana cara kita menghadapinya,
melalui sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى
عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
أَكَلَ، فَلْيَتَخَلَّلْ، فَمَا تَخَلَّلَ، فَلْيَلْفِظْهُ، وَمَا لَاكَ
بِلِسَانِهِ، فَلْيَبْتَلِعْ»
Dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang yang sehabis makan, hendaknya ia mengeluarkan apa yang ada
disela-sela giginya, dan barangsiapa telah mengeluarkan apa yang ada di
sela-sela giginya, hendaknya ia membuangnya sementara yang ada di lidah,
hendaknya ditelan." (Sunan ad-Darimi hadis no: 2132).
Riwayat selengkapnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنِ اكْتَحَلَ فَلْيُوتِرْ، مَنْ فَعَلَ فَقْدَ
أَحْسَنَ، وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ، مَنْ فَعَلَ
فَقَدْ أَحْسَنَ، وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ أَكَلَ فَمَا تَخَلَّلَ
فَلْيَلْفِظْ، وَمَا لَاكَ بِلِسَانِهِ فَلْيَبْتَلِعْ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ
أَحْسَنَ وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ أَتَى الْغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ،
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا أَنْ يَجْمَعَ كَثِيبًا مِنْ رَمْلٍ فَلْيَسْتَدْبِرْهُ،
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَلْعَبُ بِمَقَاعِدِ بَنِي آدَمَ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ
أَحْسَنَ وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: رَوَاهُ أَبُو عَاصِمٍ،
عَنْ ثَوْرٍ، قَالَ: حُصَيْنٌ الْحِمْيَرِيُّ، وَرَوَاهُ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ
الصَّبَّاحِ، عَنْ ثَوْرٍ، فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخَيْرُ، قَالَ أَبُو دَاوُدَ:
«أَبُو سَعِيدٍ الْخَيْرُ هُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ»
Dari Abu Hurairah dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barang siapa bercelak
hendaklah dia melakukannya dengan ganjil, barangsiapa yang melakukannya maka
dia telah berbuat baik, dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada
dosa baginya. Barangsiapa yang beristinja dengan batu hendaklah dia
melakukannya dengan ganjil, barangsiapa yang melakukannya maka dia telah
berbuat baik dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa
baginya. Barangsiapa yang makan, maka apa yang menyangkut hendaklah dia
membuangnya, dan yang dapat di lepas oleh lidah hendaknya dia menelannya,
Barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik dan barangsiapa yang
tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya. Barangsiapa mendatangi tempat
buang air maka hendaklah dia mengambil satir (penutup), dan jika tidak
menemukan kecuali dengan mengumpulkan setumpuk pasir, maka hendaklah dia
membelakanginya, karena sesungguhnya seta bermain-main dengan tempat duduk anak
Adam. Barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik dan barangsiapa
yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya." Abu Dawud berkata;
Diriwayatkan oleh Abu 'Ashim dari Tsaur. Hushain Al Himyari berkata; dan
diriwayatkan oleh Abdul Malik bin Ash Shabbah dari Tsaur, dia berkata; Abu
Sa'id Al Khair. Abu Dawud berkata; Abu Sa'id Al Khair termasuk di antara
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh
Abu Daud dalam sunannya hadis no: 35, Ibn Majah dalam sunannya hadis no: 337,
Sunan ad-Darimi hadis no; 689, Musnad Ahmad hadis no; 8838, al-Hakim dalam
kitab al-Mustadrak hadis no; 7199, Syarh as-Sunnah al-Baghawi hadis no: 3204,
as-Suyuthi dalam kitab al-Jamu’ al-Kabir hadis no; 4179, at-Thahawiy dalam
kitab Syarh Ma’ani al-Atsar hadis no; 742, al-Baihaqi dalam kitab Syuab al-Iman
hadis no: 5652, dan kitab al-Adab hadis no: 456. Imam al-Dzahabi mengatakan
bahwa hadis di atas adalah shahih.
Kegiatan ngakalin sisa makanan yang
nyangkut disebut dengan Takhlîl. Tusukan giginya namanya al-Kholâl atau al-Khilâl.
Sisa makanan yang nyangkut disebut Khulâlah.
Kesimpulannya: makruh hukumnya
menelan kembali makanan yang terselip di gigi, isit dan lak-lakan
(langit-langit) yang dikeluarkan lantaran kita coker-coker dengan tusuk gigi. Tetapi boleh
kita telan lagi sisa makanan nyangkut tersebut bila keluar dengan wasilah permainan
atau gerakan lidah.
Adapun ucapan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam di atas:
(ومن لا فلا
حرج)
Siapa yang tidak melakukannya maka
tidak ada dosa baginya.
Maknanya adalah: Siapa saja yang
tidak melepehkan sisa makanan yang ia keluarkan dengan kayu tusuk gigi atau
semacamnya sampai ia telan lagi lantaran ia punya pikiran lumayan atau
sayang-sayang nich sisa daging maka ia tidak berdosa. Atau siapa saja yang
tidak menelan kembali sisa makanan yang yangkut di gigi atau isit sebab
perantara gerakan lidah maka tidak ada dosa pula buat dirinya.
Hanya saja, bila sisa makanan yang
nyangkut di gigi atau di isit (gusi) keluar dengan sebab dicoker-coker dengan
kayu atau benda lainnya hal tersebut bisa menyebabkan gusi berdarah sehingga
sisa makanan tersebut tercampur darah dalam kondisi tersebut haram memakannya. Jika
diyakini tidak keluar darah maka boleh ditelan lagi, bila ragu bisa makruh.
Syekh Mahmud Khotthob as-subki
mengatakan dalam kitabnya al-Manhal al-Adzb al-Maurud Syarh Sunan Abi Daud
jilid 1 halaman 132:
إذا لم يتيقن خروج الدّم معه وإلا حرم
Apabila diyakini tidak keluar
darah saat mengoek-ngoreknya dengan tusuk gigi, maka boleh menelan sisa makanan
itu. Tetapi bila mengakibatkan keluar darah, maka haram menelannya.
Adapun hikmah membersihkan gigi
dari sisa makanan yang yangkut di gigi adalah:
وإنما أمر برمى الخلالة لأنها تتغير بين
الأسنان فتصير مستقذرة وربما خرج بها دم، وعن ابن عمر أن تركها يوهن الأضراس
Perintah melepehkan sisa makanan
yang nyangkut adalah adanya kekhawatiran sisa makanan yang ngendep di sela-sela
gigi dan gusi dapat menyebabkan gigi menjijikan bahkan bisa bikin gusi
berdarah. Diriwayatkan dari Sayiduna Abdullah Bin Umar bahwa sanya membiarkan
sisa makanan di gigi dapat melemahkan gigi geraham (jadi paga gonjet).
Ada tips dari Imam Abu al-Laits
as-Samarqandiy untuk menghindari kesilitan makan daging sebagai berikut:
ويستحب
إذا أراد أكل اللحم أن يأكل قبله لقمتين أو ثلاثاً من الخبز حتى يسد الخلل.
Dianjurkan apabila seseorang makan
daging, hendaknya sebelum makan daging terlebih dahulu ia makan dua atau tiga
suapan roti sehingga gigi yang telah berlubang sudah kondisi terganjal roti.
(kitab Bustanul Arifin halaman 348).
Adab yang lain juga kudu
diperhatikan, di antaranya: makruh hukumnya menjadikan kayu-kayu yang wangi seperti
kayu gahru, cendana, kayu delima dan sisir untuk dijadikan tusuk gigi. Jika ingin
mencongkel makanan yang nyangkut dengan tusuk gigi atau melepehkan sisa makanan
tersebut jangan dikerjain di depan orang karena perbuatan tersebut dapat
merusak wibawa.
Dikutip ulang
dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah
as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.
Khadimul
Majlis al-Mu'afah
H.
Rizqi Dzulqornain al-Batawiy
Ikuti Kajian Islam:
instagram.com/rizkialbatawi
@rizkialbatawi
https://www.facebook.com/Rizqi-Zulqornain-Albatawi
*********
******** ********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما
نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس
التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ
بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ
قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan
al-Muafah
Jalan Tipar
Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910
15 komentar:
جزاك الله
Alhamdulillah ,Baginda syukron atas jawabanya ,,
Rajin-rajinlah bersikat gigi, pake siwak dah tambahin...
Barokallahu fikum
Semoga istiqomah
Pake siwwk yg rads gedean
Syukron Pak Kyai
Syukron baginda..
Syukron baginda..
Alhmdulillah
Syukron syaekh atas ilmunya ��
Subhanallah .... syukron katsiiton baginda...!!!
Barakallahulaka.. ustadz
Ikuti kajian islam;
Instagram; @rizkialbatawi
Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi
توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول
آمين
Barakallah atas penjelasannya
Posting Komentar