Selasa, 20 Maret 2018

Makan Sisa Makanan Yang Terselip Di Gigi (Adab Makan)


Adab Makan (Hukum Memakan Sisa Makanan Yang terselip Di Gigi)

Oleh; H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

بسم الله الرحمن الرحيم

 حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.

أما بعد:

Pertanyaan saudara Iwan Hasani dari Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur.

Gigi berlubang bener-bener bikin diri kita kurang nyaman, makan apa saja bisa nyangkut alias kesilitan. Dari makan daging sampe makan daon-daonan abis makan pengennya nyari kayu buat nyelongkarin sisa makanan yang pada nyumbat di sela-sega gusi dan gigi.

Pertanyaan saya, bagaimana hukumnya memakan sisa daging atau makanan yang yangkut di sela-sela gigi atau isit? Sebutkan rujukan hadis atau pendapat para ulama mengenai hal tersebut? serta apa hikmahnya?

Jawaban:

Berkenaan dengan makanan yang nyangkut di sela-sela gigi atau terselip nyompot di isit (gusi), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam langsung yang menyebutkan bagaimana cara kita menghadapinya, melalui sabda beliau:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَكَلَ، فَلْيَتَخَلَّلْ، فَمَا تَخَلَّلَ، فَلْيَلْفِظْهُ، وَمَا لَاكَ بِلِسَانِهِ، فَلْيَبْتَلِعْ»

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang sehabis makan, hendaknya ia mengeluarkan apa yang ada disela-sela giginya, dan barangsiapa telah mengeluarkan apa yang ada di sela-sela giginya, hendaknya ia membuangnya sementara yang ada di lidah, hendaknya ditelan." (Sunan ad-Darimi hadis no: 2132).

Riwayat selengkapnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنِ اكْتَحَلَ فَلْيُوتِرْ، مَنْ فَعَلَ فَقْدَ أَحْسَنَ، وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ أَحْسَنَ، وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ أَكَلَ فَمَا تَخَلَّلَ فَلْيَلْفِظْ، وَمَا لَاكَ بِلِسَانِهِ فَلْيَبْتَلِعْ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ أَحْسَنَ وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ، وَمَنْ أَتَى الْغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا أَنْ يَجْمَعَ كَثِيبًا مِنْ رَمْلٍ فَلْيَسْتَدْبِرْهُ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَلْعَبُ بِمَقَاعِدِ بَنِي آدَمَ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ أَحْسَنَ وَمَنْ لَا فَلَا حَرَجَ»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: رَوَاهُ أَبُو عَاصِمٍ، عَنْ ثَوْرٍ، قَالَ: حُصَيْنٌ الْحِمْيَرِيُّ، وَرَوَاهُ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ الصَّبَّاحِ، عَنْ ثَوْرٍ، فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخَيْرُ، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «أَبُو سَعِيدٍ الْخَيْرُ هُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barang siapa bercelak hendaklah dia melakukannya dengan ganjil, barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik, dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya. Barangsiapa yang beristinja dengan batu hendaklah dia melakukannya dengan ganjil, barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya. Barangsiapa yang makan, maka apa yang menyangkut hendaklah dia membuangnya, dan yang dapat di lepas oleh lidah hendaknya dia menelannya, Barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya. Barangsiapa mendatangi tempat buang air maka hendaklah dia mengambil satir (penutup), dan jika tidak menemukan kecuali dengan mengumpulkan setumpuk pasir, maka hendaklah dia membelakanginya, karena sesungguhnya seta bermain-main dengan tempat duduk anak Adam. Barangsiapa yang melakukannya maka dia telah berbuat baik dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya." Abu Dawud berkata; Diriwayatkan oleh Abu 'Ashim dari Tsaur. Hushain Al Himyari berkata; dan diriwayatkan oleh Abdul Malik bin Ash Shabbah dari Tsaur, dia berkata; Abu Sa'id Al Khair. Abu Dawud berkata; Abu Sa'id Al Khair termasuk di antara sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya hadis no: 35, Ibn Majah dalam sunannya hadis no: 337, Sunan ad-Darimi hadis no; 689, Musnad Ahmad hadis no; 8838, al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak hadis no; 7199, Syarh as-Sunnah al-Baghawi hadis no: 3204, as-Suyuthi dalam kitab al-Jamu’ al-Kabir hadis no; 4179, at-Thahawiy dalam kitab Syarh Ma’ani al-Atsar hadis no; 742, al-Baihaqi dalam kitab Syuab al-Iman hadis no: 5652, dan kitab al-Adab hadis no: 456. Imam al-Dzahabi mengatakan bahwa hadis di atas adalah shahih.

Kegiatan ngakalin sisa makanan yang nyangkut disebut dengan Takhlîl. Tusukan giginya namanya al-Kholâl atau al-Khilâl. Sisa makanan yang nyangkut disebut Khulâlah.

Kesimpulannya: makruh hukumnya menelan kembali makanan yang terselip di gigi, isit dan lak-lakan (langit-langit) yang dikeluarkan lantaran kita coker-coker dengan tusuk gigi. Tetapi boleh kita telan lagi sisa makanan nyangkut tersebut bila keluar dengan wasilah permainan atau gerakan lidah.

Adapun ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas:

(ومن لا فلا حرج)

Siapa yang tidak melakukannya maka tidak ada dosa baginya.

Maknanya adalah: Siapa saja yang tidak melepehkan sisa makanan yang ia keluarkan dengan kayu tusuk gigi atau semacamnya sampai ia telan lagi lantaran ia punya pikiran lumayan atau sayang-sayang nich sisa daging maka ia tidak berdosa. Atau siapa saja yang tidak menelan kembali sisa makanan yang yangkut di gigi atau isit sebab perantara gerakan lidah maka tidak ada dosa pula buat dirinya.

Hanya saja, bila sisa makanan yang nyangkut di gigi atau di isit (gusi) keluar dengan sebab dicoker-coker dengan kayu atau benda lainnya hal tersebut bisa menyebabkan gusi berdarah sehingga sisa makanan tersebut tercampur darah dalam kondisi tersebut haram memakannya. Jika diyakini tidak keluar darah maka boleh ditelan lagi, bila ragu bisa makruh.

Syekh Mahmud Khotthob as-subki mengatakan dalam kitabnya al-Manhal al-Adzb al-Maurud Syarh Sunan Abi Daud jilid 1 halaman 132:

إذا لم يتيقن خروج الدّم معه وإلا حرم

Apabila diyakini tidak keluar darah saat mengoek-ngoreknya dengan tusuk gigi, maka boleh menelan sisa makanan itu. Tetapi bila mengakibatkan keluar darah, maka haram menelannya.

Adapun hikmah membersihkan gigi dari sisa makanan yang yangkut di gigi adalah:

وإنما أمر برمى الخلالة لأنها تتغير بين الأسنان فتصير مستقذرة وربما خرج بها دم، وعن ابن عمر أن تركها يوهن الأضراس

Perintah melepehkan sisa makanan yang nyangkut adalah adanya kekhawatiran sisa makanan yang ngendep di sela-sela gigi dan gusi dapat menyebabkan gigi menjijikan bahkan bisa bikin gusi berdarah. Diriwayatkan dari Sayiduna Abdullah Bin Umar bahwa sanya membiarkan sisa makanan di gigi dapat melemahkan gigi geraham (jadi paga gonjet).

Ada tips dari Imam Abu al-Laits as-Samarqandiy untuk menghindari kesilitan makan daging sebagai berikut:

ويستحب إذا أراد أكل اللحم أن يأكل قبله لقمتين أو ثلاثاً من الخبز حتى يسد الخلل.

Dianjurkan apabila seseorang makan daging, hendaknya sebelum makan daging terlebih dahulu ia makan dua atau tiga suapan roti sehingga gigi yang telah berlubang sudah kondisi terganjal roti. (kitab Bustanul Arifin halaman 348).

Adab yang lain juga kudu diperhatikan, di antaranya: makruh hukumnya menjadikan kayu-kayu yang wangi seperti kayu gahru, cendana, kayu delima dan sisir untuk dijadikan tusuk gigi. Jika ingin mencongkel makanan yang nyangkut dengan tusuk gigi atau melepehkan sisa makanan tersebut jangan dikerjain di depan orang karena perbuatan tersebut dapat merusak wibawa.


Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya al-Qadhi Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 253.




Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy

Ikuti Kajian Islam:

instagram.com/rizkialbatawi

@rizkialbatawi

https://www.facebook.com/Rizqi-Zulqornain-Albatawi

 ********* ******** ********

يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة لنا مأوى .

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Alamat Yayasan al-Muafah

Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08 NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910



15 komentar:

Fauzi ali cakung mengatakan...

جزاك الله

Adi Putra mengatakan...

Alhamdulillah ,Baginda syukron atas jawabanya ,,

Abdul Kodir mengatakan...

Rajin-rajinlah bersikat gigi, pake siwak dah tambahin...

Unknown mengatakan...

Barokallahu fikum

Unknown mengatakan...

Semoga istiqomah

Unknown mengatakan...

Pake siwwk yg rads gedean

Unknown mengatakan...

Syukron Pak Kyai

dede akhadiyat mengatakan...

Syukron baginda..

dede akhadiyat mengatakan...

Syukron baginda..

Lukman Hakim mengatakan...

Alhmdulillah

Djaw djawawi mengatakan...

Syukron syaekh atas ilmunya ��

Unknown mengatakan...

Subhanallah .... syukron katsiiton baginda...!!!

Hidayat mengatakan...

Barakallahulaka.. ustadz

Yayasan Almuafah mengatakan...

Ikuti kajian islam;

Instagram; @rizkialbatawi

Pagefacebook: Rizqi Zulqornain Albatawi

توجكم الله بتاج العز والقبول
وبلغكم كل سول ومأمول


آمين

Unknown mengatakan...

Barakallah atas penjelasannya