Minggu, 31 Maret 2013

Mencari Kawan Yang baik



Besi mampu menajamkan besi, manusia bisa menajamkan sesamanya. Orang sakit ketemu orang semangat ia bisa sehat kembali. Orang sehat ketemu orang pesimis bisa ikut-ikutan lemes dan sakit. sebuah aki soak ketemu aki sehat disetrum bisa jadi sehat lagi. Kalau ada orang yang sedang galau kumpul dengan kelompok orang galau bisa makin rungseb bahkan masuk UGD (Unit Galau Darurat). Kalau rizki lagi boke dompet bapet kumpul bareng yang rezkinya seret ya bisa makin keblangsak. Kalau orang sakit kumpul sama yang sakit bisa makin kusut tu penyakit.

Intinya dengan siapa kamu banyak menghabiskan waktu, akan seperti itu juga kehidupanmu, karen optimisme dan pesimisme itu menular.


Dalam pergaulan, sering kali seseorang menganggap remeh etika-etika pergaulan yang dianjurkan dalam agama. Padahal etika itu dimaksudkan untuk melindungi seseorang dari akibat buruk dari pergaulan itu sendiri. Seorang kawan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, tingkah laku, dan bahkan keyakinan seseorang. Dalam sebuah syair arab kuno yang cukup masyhur dikatakan,

عَنْ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَأَبْصِرْ قَرِينَهُ # فَإِنَّ الْقَرِينَ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِي
فَإِنْ كَانَ ذَا شَرٍّ فَجَنِّبْهُ سُرْعَةً # وَإِنْ كَانَ ذَا خَيْرٍ فَقَارِنْهُ تَهْتَدِي


Janganlah bertanya tentang (diri) seseorang (secara langsung, namun cukup) lihatlah siapa kawannya. Sesungguhnya seorang kawan senantiasa mengikuti kawannya. Bila sang kawan adalah orang yang bersifat buruk maka jauhilah segera. (Sebaliknya) jika ia bersifat baik maka jadilah kawannya, niscaya anda akan mendapatkan petunjuk.


Dalam hal ini Rasulullah. Mengatakan,
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang mengikuti keyakinan kawannya”
Tidak diragukan lagi akan pengaruh yang dibawa seorang kawan. Karena itu wejangan dari para ulama salaf sangat perlu diperhatikan. Di antara wejangan itu adalah;

1. Berteman dengan orang yang baik fikirannya; hal ini agar kita dapat mengambil pilihan terbaik ketika menghadapi masalah. Berteman dengan orang yang bodoh (dalam arti tidak tahu diri, egois, dan mementingkan diri sendiri) hanya akan merusak tali kasih yang mempersatukan keduanya. Nabi mengatakan,
الْبَذَاءُ لُؤْمٌ ، وَصُحْبَةُ الْأَحْمَقِ شُؤْمٌ
“Berkata kotor adalah tercela, berkawan dengan orang yang tidak beres akalnya adalah kesialan”

2. Baik agamanya. Karena orang yang tidak baik agamanya hanya akan membawa kepada marabahaya, baik bahaya dalam urusan dunia maupun agama. Allah Azza Wa Jalla berfirman,

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
“jangan kau ikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan, dan mengikuti hawa nafsunya”
Ayat ini diturunkan Allah pada Nabi, agar nabi tidak mengikuti orang-orang kafir yang tidak mengindahkan ajakan dan ajaran agama Nabi. Berkawan dengan orang yang kurang baik agamanya, mungkin tidak menjadi masalah bagi orang yang kuat menahan diri dari pengaruh-pengaruh luar. Namun bagaimana dengan orang yang mudah terbawa arus.

3. terpuji perilaku dan akhlaknya. Berkawan dengan orang yang buruk akhlaknya hanya akan memancing permusuhan dan merusak akhlak baik yang sudah tertanam dalam diri. Sebagian ulama mengatakan,
مِنْ خَيْرِ الِاخْتِيَارِ صُحْبَةُ الْأَخْيَارِ ، وَمِنْ شَرِّ الِاخْتِيَارِ صُحْبَةُ الْأَشْرَارِ
“Berkawan dengan orang yang baik (akhlaknya) adalah pilihan yang baik, berkawan dengan orang yang buruk (akhlaknya) adalah pilihan yang buruk”

Pembaca yang budiman,
Melihat maraknya cara bergaul yang salah pada generasi muda kita, sudah sepatutnya kita kembali pada tatacara dan akhlak pergaulan yang dianjurkan oleh agama. Bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, melainkan untuk melindungi masyarakat secara umum.
Maraknya pelanggaran larangan-larangan agama dalam pergaulan, seperti percampuran antar lawan jenis yang bukan mahram, konsumsi barang-barang haram, dan lain sebagainya yang seringkali memicu tindak kriminal, asusila, dan mungkar, hendaknya dilihat sebagai kritik dan ukuran bagi masyarakat kita, apakah sudah menjalankan aturan syariat atau belum.
Hendaknya setiap orang benar-benar memperhatikannya. Karena jika sebuah penyimpangan telah meluas dan menjadi kebiasaan di masyarakat, yang tertimpa musibah bukan hanya para pelakunya saja. Bahkan masyarakat yang membiarkan kemungkaran itu sendiri juga akan tertimpa. Dalam sebuah hadis dikatakan,
إِذَا خَفِيَتِ الْخَطِيئَةُ لَمْ تَضُرَّ إِلا صَاحِبَهَا، وَإِذَا ظَهَرَتْ فَلَمْ تُغَيَّرْ ضَرَّتِ الْعَامَّةَ
“Ketika kesalahan (kemungkaran) tersamar maka tidak akan berbahaya kecuali bagi pelakunya, dan ketika tampak kemudian tidak ada yang merubahnya maka akan berbahaya bagi banyak orang (sekitar yang tahu)” (HR. At-Thabrani {1010})
Pembaca yang budiman,
Generasi muda adalah tiang punggung umat di masa mendatang. Oleh karena itu hendaknya kita awasi, agar tidak mudah terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan. Jangan sampai mereka benar-benar terjerumus ke dalam jurang yang sangat dalam dan membuat mereka putus asa. Sehingga dengan mudah mereka mengatakan, “sudah terlanjur”. Yang belum terjerumus mari kita jaga, dan yang sudah terjerumus ke dalam pergaulan yang salah mari kita sadarkan. Karena pepatah kuno mengatakan,
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الغَدِ
“Pemuda saat ini adalah generasi (yang akan mengisi kelangsungan umat) di hari esok”

Semoga negeri kita diselamatkan dari yang demikian, dan dijadikan negeri yang makmur, bersih dari berbagai penyimpangan dan kemungkaran. Amin.


http://misykat.lirboyo.net/mencari-kawan-yang-baik/

Tidak ada komentar: