Ijazah Sanad Aqidatul Awam (Sayyid Ahmad al-Marzuqiy)
Oleh; H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا
له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله يبدي ويعيد ذي العرش
الْمجيد . وهو فعال لِما يريد . أمر عباده بالتوحيد . وحذرهم عقابه يوم الوعيد .
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الولي الْحميد . وأشهد أن محمداً عبد
الله ورسوله . صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه أولي الرأي الرشيد والقول السديد .
والتابعين لهم بإحسان إلى يوم المزيد . وسلم تسليماً كثيراً . أما بعد:
Perlu diketahui, bahwa
sesungguhnya ni’mat (karunia) Allah yang paling besar bagi ummat manusia adalah
ni’mat Islam dan Iman. al-Habib Zainal Abidin mengatakan:
menebus haq ni’mat Islam yang
Allah anugrahkan kepadanya dan haq Iman yang telah Allah berikan hidayah dan
kecintaan dirinya kepada iman tersebut.[1]
Allah telah menjadikan kedua
ni’mat tersebut sebagi sebab masuknya manusia ke dalam surga yang kekal di
dalamnya. Juga menjadikan manusia selamat dari siksa abadi di neraka. Pendek
kata, seseorang tidak berhak masuk surga tanpa memiliki Islam dan Iman.
Oleh karena itu, wajib atas
setiap mukallaf, yakni setiap orang Islam yang berakal dan telah mencapai usia
baligh (dewasa), untuk mempelajari rukun Islam dan rukun Iman.
Ilmu pengetahuan rukun Islam yang
pertama ialah, mengetahui dan memahami arti dari dua kalimat Syahadat, dan
itulah yang disebut ilmu Ushuluddin (prinsip-prinsip agama), atau sering
disebut Ilmu Tauhid. Bahwa sesungguhnya wajib atas setiap mukallaf mengetahui
sifat-sifat Allah yang wajib, sifat-sifat yang mustahil pada-Nya serta sifat
yang jaiz (boleh) bagi-Nya. Dan wajib pula bagi setiap mukallaf mengetahui
sifat-sifat yang wajib bagi para Nabi dan Rasul, juga yang mustahil dan yang
jaiz bagi mereka. Kesemuanya itu termasuk dalam bingkai dua Kalimat Syahadat.
Adapun ilmu pengetahuan yang
selain rukun Islam ialah ilmu fiqh. Maka wajib atas setiap orang mukallaf
mempelajari dan mengetahui segala amalan yang wajib atasnya, seperti shalat,
zakat, puasa dan lain sebagainya. Dengan alasan satu amalan tidak akan sah
manakala tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan. Imam Ibn Ruslan mengatakan
dalam kitab Zubadnya:
وَكُلُّ
مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ * أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ
Artinya:”Setiap siapa saja
yang melakukan perbuatan tanpa ilmu, maka amal perbuatannya ditolak, tidak
diterima.”
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ .
Artinya:”Dari Anas Ibn Malik
berkata: Rasulullah bersabda: “Menuntut ilmu hukumnya fardhu bagi setiap orang
Islam.”[2]
Berdasarkan hadis ini, maka
menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim, sehingga berdosalah orang yang
tidak menuntut ilmu.
Tetapi, kewajiban yang pertama
bagi manusia adalah Ma’rifatullah. Yakni mengetahui dan mengenal Allah dengan
segala sifat-sifat-Nya, kemudian meyakininya dengan sepenuh iman. Imam Ibn
Ruslan mengatakan:
أَوَّلُ
وَاجِبٍ عَلَى اْلإِنْسَانِ * مَعْرِفَةُ اْلإِلَـهِ بِاسْتِيقَانِ
Artinya:”Kewajiban pertama
bagi manusia adalah mengenal Allah dengan sepenuh keyakinan.”
Jika telah diketahui bahwa
Ma’rifatullah itu wajib atas setiap mukallaf, maka selanjutnya ia harus
mengetahui pula apa makna Ma’rifat. Yang dimaksud Ma’rifah adalah I’tiqad
(keyakinan) yang Jazim (pasti) yang tidak ada keraguan padanya dan sesuai
dengan yang haq berdasarkan dalil bukan berdasarkan sangkaan belaka.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantaniy:
فَالْمَعْرِفَةُ
جَزْمٌ مُطَابِقٌ لِلْوَاقِعِ نَاشِئٌ عَنْ دَلِيْلٍ
Artinya:”Ma’rifah adalah suatu
keyakinan pasti yang sesuai dengan kenyataan dan muncul dari dalil.”[3]
Menurut mayoritas ulama sejak
generasi Salafus Salih, Ahlus Sunnah Wa al-Jamaah adalah kelompok yang
mengikuti ajaran Islam murni, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan
para sahabatnya. Ahlus Sunnah Wa al-Jammah merupakan kelangsungan alamiah dari
perjalanan sejarah Islam yang masih asli dan murni, yang pada gilirannya layak
menjadi al-Firqah al-Najiyah (golongan yang selamat) di dunia
dan akhirat.
Pada hakikatnya ajaran Nabi dan
para sahabat tentang Aqidah itu sudah termaktub dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Akan tatapi masih berserakan dan belum tersusun secara sistematis. Baru pada
masa setelahnya, ada usaha dari ulama Ushuliddin yang besar yaitu Imam Abu
al-Hasan al-Asy’ariy yang lahir di kota Bashra pada tahun 260 H dan wafat pada
tahun 324 H, juga Imam Abu Manshur al-Maturidiy yang lahir di Maturid,
Samarkhan, Uzbekistan dan wafat pada tahun 333H, Ilmu Tauhid dirumuskan secara
sistematis agar mudah dipahami. kedua ulama tersebut menulis kitab-kitab yang
cukup banyak. Imam al-Asy’ariy misalnya, menulis kitab al-Ibanah ‘An
Ushul al-Diyanah, Maqalat al-Islamiyyin dan lain-lain. Sedangkan
Imam al-Maturidiy menulis kitab Kitab al-Tauhid, Ta’wilat
Ahl al-Sunnah dan lain-lain. Lantaran jasa yang besar dari kedua ulama
tersebut, sehingga penyebutan Ahlus Sunnah Wal Jamaah selalu dikaitkan dengan
kedua ulama tersebut. Dalam konteks ini Imam al-Hafizh Sayyid Murthadha
al-Zabidiy mengatakan:
اِذَا اُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِ اْلأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ .
Artinya:”Apabila Ahlus Sunnah
Wa al-Jama’ah disebutkan, maka yang dimaksud adalah pengikut madzhab
al-Asy’ariy dan al-Maturidiy.”[4]
Kata al-Jama’ah mengacu pada arti
al-Sawad al-A’zham (mayoritas kaum muslimin), dengan arti bahwa Ahlus Sunnah Wa
al-Jamaah adalah aliran yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin, sebagaimana
ditegaskan oleh al-Hafizh Syaikh Abdullah al-Harariy berikut ini:
لِيُعْلَمْ اَنَّ أَهْلَ
السُّنَّةِ هُمْ جُمْهُوْرُ اْلأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَهُمْ الصَّحَابَةُ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي الْمُعْتَقَدِ اَيْ فِي أُصُوْلِ اْلاِعْتِقَادِ …
وَالْجَمَاعَةُ هُمُ السَّوَادُ اْلأَعْظَمِ .
Artinya:”Hendaklah diketahui
bahwa Ahlus Sunnah adalah Mayoritas ummat Muhammad. Mereka adalah para
sahabat dan golongan yang mengikuti mereka dalam prinsip-prinsip aqidah…
Sedangkan al-Jamaah adalah mayoritas terbesar kaum muslimin.”[5]
Pesantren-pesantren,
madrasah-madrasah dan majelis-majelis ta’lim di Indonesia secara umum
mengajarkan Ilmu Tauhid menurut rumusan Imam al-Asy’ariy dan Imam al-Maturidiy
dengan menggunakan kitab-kitab yang lebih sederhana yang ditulis oleh para
pengikut kedua Imam tersebut seperti kitab: Sifat 20 Habib Usman, Qathrul
Ghaits, al-Jawahir al-Kalamiyyah, al-Aqaid Diniyyah, Hushunul
Hamidiyyah, Tijan al-Darariy, al-Durrul Farid, Fathul Majid, Sirajul Mubtadi,
Tashfiyatul Janan, Kifayah al-Awam, al-Jauharah al-Tauhid, al-Sanusiyyah,
al-Syarqawiy Alal Hudhudiy, Ummul Barahin, Aqdatun Najin, al-Durrus
Stamin dan lain-lainnya termasuk kitab Aqidatul Awam ini.
Biografi Sayyid ahmad al-Marzuqiy
Nama lengkap beliau adalah
al-Imam al-Sayyid Abul Fauz Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ramadhan Ibn Manshur
al-Marzuqiy al-Hasaniy al-Malikiy al-Asy’ariy. beliau dilahirkan di Sinbath,
nama distrik di Mesir, pada tahun 1205 H/1791 M. Perkembangan pendidikannya
dimulai sejak beliau menghafal al-Qur’an pada masa kecilnya, sebagaimana halnya
tradisi masyarakat Timur Tengah pada waktu itu. Kemudian dengan mempelajari
ilmu-ilmu agama meliputi berbagai cabangnya seperti tafsir, hadis, fiqh, ushul
fiqh, teologi dan lain-lain, dengan mengikuti perkuliahan ulama-ulama al-Azhar
terkemuka pada waktu itu seperti Imam Abdullah Ibn Hijazi al-Syarqawiy, Imam
Muhammad Ibn Ali al-Syannawiy dan lain sebagainya. Dalam bidang ilmu Qiraat,
beliau diakui sebagai pakar terkemuka pada masanya dan memiliki jalur sanad
yang paling dekat kepada Rasulullah dalam bidang Qiraat melalui gurunya, Imam
al-Sayyid Ibrahim al-Ubaidiy, sehingga sanad beliau dalam bidang Qiraat diburu
oleh para pecinta ilmu bacaan al-Qur’an di Timur Tengah hingga saat ini.
Kemudian beliau berkelana ke
Makkah dan memutuskan untuk menetap di Tanah Suci tersebut bersama keluarganya.
Pada tahun 1261 H/1845 M beliau diangkat sebagai mufti mazhab Maliki di Makkah
menggantikan saudara beliau, Imam Muhammad al-Marzuqiy yang meninggal dunia
pada waktu itu. Di Makkah, selain sebagai mufti bagi pengikut mazhab Maliki,
aktifitasnya juga diisi dengan mengajar di Masjidil Haram, dengan materi
berbagai studi keislaman seperti tafsir, hadis, fiqh, Qiraat dan lain-lain.
Pada akhir hayatnya, beliau mengajarkan kitab Anwar al-Tanzil Wa Asrar
al-Ta’wil, tafsir al-Qur’an yang sangat populer karya Imam al-Baidhawiy.
Di antara ulama terkemuka yang
sempat menimba ilmu kepada beliau adalah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan W. 1304 H,
Syaikh Ahmad Ibn Ali al-Hulwaniy W. 1307 H, Syaikh Ahmad Dahman W. 1345 H,
Syaikh Thahir al-Takruniy dan lain-lain.
Beliau wafat di Makkah setelah
tahun 1281 H/1864 M dan jasadnya dimakamkan di Ma’la. selain meninggalkan
murid-murid yang menjadi ulama besar, beliu juga meninggalkan sejumlah
karangan, antara lain: Bulugh al-Maram Li Bayan Maulid Sayyid al-Anam, Manzhumah
Fi ‘Ishmah al-Anbiya, al-Fawaid al-marzuqiyyah Fi Syarh
al-Ajurrumiyyah, Bayan al-Ashl Fi Lafzhi Bafadhal, Tashilul Azhan
Ala Matn Taqwim al-Lisan, Nazham Ilm al-Falak, Nazham Qawaid al-Sharaf Wa
al-Nahw, Nazham Aqidatul Awam dan Syarhnya Tahshil Nail
al-Maram.[1]
Perhatian para Ulama terhadap
Nazham Aqidatul Awam sangat besar, hal ini ditandai dengan munculnya banyak
kitab syarh (komentar) yang dikarang oleh para ulama di antaranya:
1
) تحصيل نيل المرام في شرح عقيدة العوام
Karya Syaikh Ahmad al-Marzuqiy
pemilik Nazham
2)
نور الظلام شرح عقيدة العوام
Karya Syaikh Muhammad Nawawi Ibn
Umar al-Bantaniy
3)
تسهيل المرام لدارس عقيدة العوام
Karya Syaikh Ahmad al-Qath’aniy
4)
نور الظلام شرح عقيدة العوام
Karya Syaikh Muhammad Ali
BaAthiyyah al-Dau’aniy
5)
شرح أركان الايمان لأمة الاسلام من عقيدة العوام
Karya Syaikh Umar Abdullah Kamil
6)
جلاء الأفهام في شرح عقيدة العوام
Karya Syaikh Ihya Ulumiddin
Suhariy yang merupakan salah satu murid kebanggaan Sayyid Muhammad Ibn Alawiy
al-Malikiy
Adapun ulama yang memberikan
terjemah dan penjelasan berbahasa indonesia adalah:
- K.H. Muhyiddin Abdus Shamad,
dengan judul Aqidah Ahlus Sunnah Wa al-Jamaah Terjemah dan Syarh Aqidatul
Awam.
- K.H Fadhlil an-Nadwiy, dengan
judul Terjemah dan Syarh Aqidatul Awam.
Sebab Lahirnya Aqidatul Awam
Syaikh Muhammad Nawawi Ibn Umar
al-Bantaniy menceritakan kisah menarik tentang asal usul Nazham Aqidatul Awam.
Dikisahkan, bahwa Sayyid Ahmad al-Marzuqiy, penyusun Nazham Aqisatul Awam, pada
penghujung malam Jum’at pertama, hari keenam di bulan Rajab tahun 1258 H,
beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang dikelilingi para sahabatnya.
Lalu Rasulullah berkata kepada Sayyid Ahmad al-Marzuqiy: “Bacalah Nazham
Tauhid, yang siapa saja menghafalnya, maka ia akan masuk surga dan akan
menggapai tujuan dari setiap kebaikan, yang sesuai dengan al-Qur’an dan
Assunnah. Kemudian Sayyid Ahmad al-Marzuqiy bertanya kepada Rasulullah: “Apa
saja bunyi Nazham itu Ya Rasulallah? Para sahabat yang mengelilingi Rasulullah
berkata kepada Sayyid Ahmad al-Marzuqiy: “Dengarkanlah baik-baik apa yang
dikatakan oleh Rasulullah” Rasulullah berkata katakanlah olehmu:
أَبْدَأُ
بِسْمِ اللهِ وَالرَّحْمنِ * وَبِالرَّحِيْمِ دَائِمِ
اْلإِحْسَانِ
sampai kepada nazham:
وَصُحُفُ
الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ * فِيْهَا كَلاَمُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ
Ketika Sayyid Ahmad al-Marzuqiy
terbangun dari tidurnya, beliau mencoba kembali apa yang telah beliau baca
dalam mimpinya, maka beliau mampu mengingatnya mulai dari awal hingga akhir.
Di kemudian hari, tepatnya malam
jum’at tanggal 28 Dzulqa’dah 1258 H, beliau bermimpi bertemu Rasulullah untuk
yang kedua kalinya. Rasulullah berkata: “Bacalah nazham yang telah kau himpun
di dalam hatimu.” Kemudian Sayyid Ahmad al-Marzuqiy membacanya dari awal hingga
akhir, saat itu beliau berada di hadapan Rasulullah dan para sahabat berada
pada sekeliling Rasulullah sambil mengucapkan Amin setelah selesai membaca
tiap-tiap nazham. Setelah selesai Sayyid Ahmad al-Marzuqiy menyelesaikan
bacaannya, Rasulullah berkata kepadanya dan mendokannnya:”
وَفَّقَكَ اللهُ تَعَالَى لِمَا
يُرْضِيْهِ وَقَبِلَ مِنْكَ ذَالِكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
وَنَفَعَ بِهَا الْعِبَادَ . أَمِيْنَ .
Artinya:”Semoga Allah
memberimu Taufiq kepada hal-hal yang menjadi Ridha-Nya dan menerimanya itu
darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan menjadikannya
bermanfaat kepada Hamba hamba Allah. Amiin”.
Sayyid Ahmad al-Marzuqiy
menyampaikan pengalaman mimpinya tersebut kepada orang banyak. Lalu mereka
meminta agar beliau membacakan nazham yang pernah beliau baca dihadapan
Rasulullah. Kemudian beliau membacakannya dan menambahkan dengan beberapa
nazham sebagai penyempurna materi bahasan mulai dari bait:
وَكُلُّ
مَا أَتَى بِهِ الرَّسُوْلُ * فَحَقُّهُ التَّسْلِيْمُ
وَالْقَبُوْلُ
Sampai akhir nazham Aqidatul
Awam.
Demikianlah kisah singkat
kronologi lahirnya Aqidatul Awam yang diceritakan sendiri oleh penyusunnya.[2].
Adapun Sanad muttashil
(bersambung) kepada pengarang kitab aqidatul Awam Sayyid Ahmad al-Marzuqiy
rahimahullah sebagai berikut:
الحاج
رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث عبد الرحمن بن الحافظ عبد الحي
الكتاني عن والده عن السيد أحمد بن حسن العطاس عن السيد أحمد بن زيني دحلان المكي
عن عن الامام ابي الفوز أحمد المرزوقي رحمه الله
Adapun sanad dari jalur lain, alfaqir riwayatkan:
الحاج
رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث السيد أحمد بن أبي بكر بن احمد
الحبشي عن والده عن السيد محمد بن سالم بن علوي السري التريمي عن الشريف محمد بن
ناصر الحازمي الضمدي الحسني عن الامام ابي الفوز أحمد المرزوقي رحمه الله
Alhamdulillah risalah ini telah
selesai dicetak penulis:
H. Rizqi Dzulqornain al-Batawi MA
Referensi:
[1] Khairuddin Zarkilliy, al-A’lam vol.
1 h. 247; Umar Kahhalah, Mu’jam al-Muallifin vol. 2 h.
102;
[2] Syaikh Muhammad Nawawi
al-Bantaniy, Nur al-Zhalam Syarh Aqidatul Awam (Semarang
Thaha Putra) h, 2-3; Syaikh Muhammad Ihya Ulumiddin, Jalaul Afham
Syarh Aqidatul Awam(Malang: Nurul Haramain) h. 10-11.
[1] al-Habib Zainal Abidin
al-Alawiy, al-Ajwibah al-Ghaliyah Fi Aqidah al-Firqah al-Najiyah(Surabaya:
Dar al-Ilm 2005) h. 8.
[2] Riwayat Imam Ibn Majah dalam
kitab Sunan, hadis no: 220.
[3] Syaikh Muhammad Nawawi Ibn
Umar al-Bantaniy, Tsimar al-Yani’ah Syarh al-Riyadh al-Badi’ah h.
4.
[4] Imam Muhammad Murtadha
al-Zabidiy, Ithaf al-Sadah al-Muttaqin Syarh Ihya Ulum al-Din,
vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr) h. 6.
[5] Syaikh Abdullah
al-Harariy, Izhar al-Aqidah al-Sunniyyah Bi Syarh al-Aqidah
al-Thahawiyyah, (Beirut: Dar al-Masyari’ 1997) h. 14.
Bagi yang ingin memiliki buku ini
Dapat menghubungi Yayasan
Al-Mu’afah
Sebagian keuntungan penjualan
buku ini akan diberikan untuk maslahat dan pengembangan Madrasah Diniyah
Al-Mu’afah
Khadimul Majlis al-Mu'afah
H. Rizqi Dzulqornain
al-Batawiy
Ikuti Kajian Islam:
instagram.com/rizkialbatawi
@rizkialbatawi
https://www.facebook.com/Rizqi-Zulqornain-Albatawi
********* ********
********
يا فالق الحب والنوى، أعط كل واحد من الخير ما نوى، وارفع عنا كل
شكوى، واكشف عنا كل بلوى، وتقبل منا كل نجوى، وألبسنا لباس التقوى، واجعل الجنة
لنا مأوى .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ
عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alamat Yayasan al-Muafah
Jalan Tipar Cakung Rt: 05 Rw 08
NO: 5 Kampung Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur 13910
فَأَكْرِمِ اللَّهُمَّ مَنْ أَكْرَمَنَا
.:. وَكَثِّرِ الْخَيْرَ لَدَيْهِ وَالْغِنَا
وَأَعْطِهِ مِمَّا رَجَى فَوْقَ
الرَّجَا .:. وَاجْعَلْ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا
وَافْعَلْ كَذَلِكَ بِكُلِّ مُحْسِنِ
.:. اِلَى ذَوِي الْعِلْمِ بِظَنٍّ حَسَنِ
وَاهْدِ جَمِيْعَنَا اِلَى الرَّشَادِ
.:. وَلِطَرِيْقِ الْخَيْرِ وَالسَّدَادِ
وَابْسُطْ بِفَضْلِكَ عَلَيْنَا نِعْمَتَكْ
.:. وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي الدَّارَيْنِ رَحْمَتَكْ
وَاخْتِمْ لَنَا عِنْدَ حُضُوْرِ
الْأَجَلِ .:. بِالْعَفْوِ مِنْكَ وَالرِّضَى الْمُعَجَّلِ
أَمِيْنَ أَمِيْنَ اسْتَجِبْ دُعَانَا
.:. وَلاَ تُخَيِّبْ رَبَّـــــنَا رَجَـــــــــــــــــانَا