MARS ASYIRAH QUR'ANIYAH
عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّة * فَخْرُ الْإِسْلَامْ فِىْ إِنْدُوْنِسِيَا
عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّةْ * بِهُدَى النَّبِيّ نَبْلُغُ الْمُنَى
عَشِيْرَةْ قُرْآنِيَّةْ *لَتَحْيَى أَبَدًا طُوْلَ الْمَدَى
جَاهِدُوْا صَابِرُوْا رَابِطُوْا لَا تَمَلُّوْا لِلْإِسْلَامِ نَحْيَا
قُوْمُوْا عَشِيْرَتَنَا لِرِضَاءِ رَبِّنَا
أَظْهِرُوْا نُوْرَ الْقُرْآنِ لِلْمَلَا
جَاهِدُوْا لَا تَنَامُوْا تَنْجَحُوْا لَا تَفْشَلُوْا
بِجُهْدِكُمْ يُحْيِى الْإسْلَامْ بِاْلَهنَا
Karya : ABUYA KH. Saifuddin Amsir
وَجُدْ بِعَطْفٍ وَإِحْسَانٍ وَمَغْفِرَةٍ * وَحُفَّ بِاللُّطْفِ مَعْهَدَ الْمُعَافَاةِ أَدِمْهُ يَا رَبِّ لِلإِسْلاَمِ مَفْخَرَةً * وَاجْعَلْ عَلَيْهِ سُرَادِقَ الْوِقََايَاتِ
Minggu, 30 Desember 2012
Shalawat Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Hanafiy
Shalawat Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Hanafiy
اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلهِ صَلاَةً اَنْتَ لَهَا أَهْلٌ وَهُوَ لَهَا
أَهْلٌ .
Artinya: "Ya Allah,
berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad dan keluarganya,
shalawat yang benar-benar Engkau pantas memberikan kepadanya dan beliaupun
sangat layak menerimanya."
Penjelasan:
Menurut informasi yang diberikan
oleh Syaikh Abdullah al-Khayyath Bin Muhammad al-Harusyiy dalam kitab al-Fath
al-Mubin bahwa: Shalawat ini dinisbahkan kepada seorang wali besar Imam
Jalaluddin al-Khajandiy al-Madaniy al-Hanafiy, seorang ulama beken yang
mendapat julukan "Maqbulu Rasulillah (orang yang diterima oleh Rasulullah
shallahu alaihi wa salllam).
Imam al-Qusthullaniy
menyebutkan dalam kitab beliau yang bernama Masalik al-Hunafa Fi Masyari'
al-Shalat Ala Annabiy al-Mushthafa sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Imam Jalaluddin al-Khajandiy al-Madaniy
al-Hanafiy selalu dan melulu membaca redaksi shalawat tersebut.
Imam Jalaluddiin
al-Khajandiy pernah menetap di kota Madinah, menurut informasi berkembang diceritakan Ketika beliau ingin berencana
meninggalkan kota Madinah, banyak para ulama besar di kota Madinah di malam harinya
bermimpi berjumpa dengan Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, Rasulullah kirim salam kepada para ulama Madinah agar disampaikan kepada Imam
Jalaluddin al-Khajandiy, Rasulullah berkata: "Hendaknya Syaikh Jalaluddin al-Khajandiy jangan meninggalkan dan jauh-jauh dari kota Madinah, lantaran Allah Taala, dan Aku beserta para penghuni langit dan bumi merasa sangat senang mendengar shalawat yang Syaikh Jalaluddin al-Khajandiy baca".
Keutamaan:
Syaikh Abdullah al-Khayyath
Bin Muhammad al-Harusyiy menyatakan: "Siapa saja membaca shalawat ini satu
kali, maka ia akan mendapat pahala menyamai pahala membaca dua belas ribu kali shalawat kepada
Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
By
Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawiy
Shalawat An-Nurudz Dzatiy (Imam Abul Hasan as-Sadzilliy)
Shalawat An-Nurudz Dzatiy
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
النُّورِ الذَّاتِي وَالسِّرِّ السَّارِي فِي سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ.
Artinya: “Ya Allah limpahkan shalawat
Artinya: “Ya Allah limpahkan shalawat
salam, dan berkah, kepada pemimpin kami Nabi Muhammad cahaya zat dan rahasia
yang berjalan di malam hari di dalam seluruh asma dan sifat.”
Penjelasan:
Shalawat di atas bersumber dari Seorang wali dari Negri Maroko dan wafat di negri Mesir, al-Imam Abul Hasan Al-Syadzilliy (571 - 656 Hijriyah) Radhiyallahu Anhu. Syaikh Ahmad Bin Muhammad al-shawi al-maliki berkata:
“shalawat ini sebanding dengan seribu shalawat lainnya. Sedangkan Imam
Ahmad al-Malawwiy mengatakan sebanding dengan seratus ribu shalawat.
Imam Ibn
Abidin al-Hanafiy mengatakan: bahwa shalawat ini jika dibaca sebanyak lima
ratus kali memiliki keutamaan untuk melepaskan segala kesulitan. (lihat:
Afdhalus shalawat alas sayyidis sadat karya Imam yusuf Bin Ismail aNNabhaniy).
Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada imam Al-Quthb Abul Hasan as-Syadzilliy Radiyallahu Anhu al-Faqir riwayatkan sebagai berikut:
الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة كياهي محصن يونس اللومبوكي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط المكي عن العلامة عبد الله بن محمد غازي الهندي المكي عن العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسن بن عبد الله الحبشي العلوي عن الشريف محمد بن ناصر عن السيد عبد الرحمن بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الاهدال عن العلامة عبد القادر بن خليل كدك زاده المدني عن العلامة محمد حياة السندي عن العلامة عبد الله بن سالم البصري عن العلامة ابي عبد الله محمد بن علاء الدين البابلي عن العلامة سالم بن محمد السنهوري عن النجم الغيطي عن الامام زكريا الانصاري عن العز عبد الرحيم بن الفرات عن التاج عبد الوهاب بن علي السبكي عن والده علي بن عبد الكافي السبكي عن الامام ابن عطاء الله السكندري عن العارف بالله ابي العباس احمد المرسي عن الامام القطب ابي الحسن الشاذلي رضي الله عنه .
Sanad-sanad para Quthb auliya alfaqir kumpulkan dalam kitab Manba'ul Fuyudhi Wal Madad. Sanad yang lebih dekat lagi alfaqir riwayatkan dari KH Abdur Razaq Imam Lasem;
الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة كياهي الحاج عبد الرزاق امام خليل اللاسمي الجاوي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط المكي الى اخر السند
By
H. Rizki Zulqornain Asmat
Khadimut Thalabah Ma’had al-Muafah
Cakung
http://yayasanalmuafah.wordpress.com/2012/09/26/shalawat-nur-al-dzatiy-imam-abul-hasan-assyadzilliy/
Sabtu, 29 Desember 2012
Cabang Iman Pertama: Iman Kepada Allah
Cabang Iman Pertama: Iman Kepada Allah
Yang dimaksud beriman kepada Allah adalah bahwa kita meyakini
sesungguhnya Allah Taala ada. Keberadaan Allah tanpa ada sesuatu
perantara yang menjadi penyebab adanya, keberadaanNya wajib ada tidak didahului
oleh ketiadaan, Allah ada sebelum ada tempat dan waktu, Allah ada sebelum kata
ada itu ada. Allah Maha Terdahulu tidak berpermulaan dan Maha Kekal tidak ada
akhir bagi keabadiannya, Allah bersifat Maha Tunggal tidak ada sekutu baginya,
Maha Esa tidak ada siapa dan apapun dari makhluq yang
menyerupaiNya dan
meyakini segala sifat-sifat sempurna bagi Allah Taala.
Soal Dan Jawaban
Ada seorang anak bertanya pada ayahnya:
Anak: “Ada berapa jumlah sifat-sifat yang sempurna bagi Allah
Taala”?
Ayah: “Jumlah sifat-sifat sempurna bagi Allah Taala ada banyak
tidak terhingga”.
Anak: “Wajibkah kita mengimani segala sifat sempurna bagi Allah
Taala yang jumlahnya banyak dan tidak terhingga itu?.
Ayah: “Wajib, tetapi secara ijmal (global) yakni kita wajib
meyakini bahwa seluruh sifat-sifat kesempurnaan itu milik Allah Taala.
الله متصف بجميع صفة الكمال ومنزه عن كل نقص وما خطر بالبال
Artinya: “Allah memiliki aneka sifat kesempurnaan dan jauh dari
segala sifat kekurangan serta disucikan dari apa-apa yang terlintas dalam
pikiran dan hati makhluqNya.
Anak: “Ada yang bilang Allah punya sifat cuma 20, apa maksudnya?
Ayah: “Dua puluh sifat itu adalah sifat-sifat yang Allah Taala
sebutkan langsung dalam al-Qur’an. Dan kita wajib mengimani secata tafshil
(rinci) dua puluh sifat tersebut. Secara ijmal (global) kita wajib mengimani
seluruh sifat sempurna bagi Allah Taala. Secara tafshil (rinci) kita wajib
mengimani sifat Allah Taala yang berjumlah dua puluh sifat. Kalau kita pelajari
secara mendalam (bahasa betawinya dipikirin empel-empel alus-alus), maka akan
kita temukan dalil-dalilnya dalam al-Qur’an.
Mudir Yayasan al-Muafah Jakarta
(H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawi)
Sifat Dua Puluh
Sifat-sifat Allah itu banyak tidak terhitung. Namun seandainya
ditulis satu juta, satu milyar, atau satu trilyun, tentu kita tidak akan
sanggup mempelajarinya bukan?
Para ulama menulis dua puluh sifat yang wajib (artinya wajib ada)
pada Tuhan. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan. Setelah itu
kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah
yang Baik).
Sifat-sifat itu adalah:
1. Wujud (ada)
Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam
(tidak ada).
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat
terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata
semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada
pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling
lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling
lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya
yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang
panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu
kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima
Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam
1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super
Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya”
(Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya!
Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi
saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun
Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer
ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa
ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika
kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini
lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan
langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang
dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al
Furqoon:61]
Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak
ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan
ciptaannya.” Pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera
manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia,
tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin
trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya
ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut
dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada?
(manusia baru bisa melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop
yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan
lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas,
sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa
frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan
bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula
suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar
juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui
keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk
mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan
udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan
radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara
tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan
Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh,
ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur,
tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu
beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar
tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak
bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan,
polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur,
tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang
Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit)
bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal
ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
[Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin
bahwa Tuhan itu ada:
“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang
kamu lihat, kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
[Ali Imron:191]
Artikel lengkap tentang Bukti Tuhan itu Ada dapat anda lihat dihttp://www.media-islam.or.id
Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah. Kalau orang tidak mempercayai
Allah itu ada, maka dia adalah Atheist. Tidak mungkin bisa ikhlas dan khusyu’
menyembah Allah.
2. Qidam (Terdahulu)
Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).
“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan
langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga
manusia.
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al
Mu'min:62]
Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum
langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan
itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.
Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu
sebelum pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan.
Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian
baru muncul Tuhan.
3. Baqo’ (Kekal)
Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus
makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya
seperti manusia?
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak
mati…” [Al Furqon 58]
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]
Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan
Tuhan. Tapi manusia biasa.
Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada
dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski
kehilangan segala yang kita cintai.
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)
Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits).
Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits).
Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya
“Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh manusia. Mustahil jika
“Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah
manusia. Bukan Tuhan!
Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan
segala Maha-maha yang bagus lainnya.
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya.
Allah itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap
hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). Setelah itu
baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. Paling lama 1000
tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski sekilas sama, namun sifat
“Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.
Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat
dan kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu
ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena
tsunami atau gempa apalagi kiamat, dia akan mati.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil
Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.
“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak
dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang
memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]
Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja
pun butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat bangunan
agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa makan. Dia butuh
pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat
bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.
Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya.
Seandainya seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun
kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah berkurang
sedikitpun kemuliaanNya.
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah
Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir
15]
Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika
lahir butuh bantuan.
Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan berkuasa
6. Wahdaaniyah (Esa)
Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud)
seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.
Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha
Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya
terbatas karena bukan Maha Pencipta.
”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada
tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan
itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu
akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]
Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha
Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan
selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi
ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu
lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” [An Nisaa’:48]
Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah
7. Qudrat (Kuasa)
Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin
Tuhan itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya bisa ditangkap,
disiksa, dan disalib, maka itu bukan Tuhan yang sesungguhnya. Hanya manusia
biasa.
”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran
dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” [Al
Baqarah:20]
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan
makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi
Allah.” [Fathiir:16-17]
Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan tawakal kepada Allah.
8. Iroodah (Berkehendak)
Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan
sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan
sesuatu dengan terpaksa).
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.” [Huud:107]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk
menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu
jadilah ia.” [Al Baqarah:117]
“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah
jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat
bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Fath:11]
Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu berdoa kepada Allah
9. Ilmu (Mengetahui)
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal
(Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.
Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat,
mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia
tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al
An’aam:59]
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]
10. Hayaat (Hidup)
Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati).
Jika Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. Maha
Suci Allah dari kematian/wafat.
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…”
[Al Furqaan:58]
11. Sama’ (Mendengar)
Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat
Shomam (Tuli).
Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.
“… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
12. Bashor (Melihat)
Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta).
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]
Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah selalu melihat kita
Lebih jauh tentang Sifat Bashor bisa anda lihat di:
13. Kalam
Allah bersifat Kalam (Berkata-kata). Mustahil Allah itu Bakam
(Bisu)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [An Nisaa’
164]
Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan menyembah berhala yang tidak bisa
bicara sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]
Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui
agar kita tahu mana Tuhan yang asli dan mana yang bukan.
Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan yakini, niscaya kita
tidak akan menyembah 3 Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan yang Lemah, dan
sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di atas
dengan sempurna.
Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya merupakan bentuk
Subyektif/Pelaku dari Sifat nomor 7-13 yaitu:
. 14. Qodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata
Insya Allah semua sifat-sifat Allah itu berdasarkan dalil Al Qur’an
yang kuat jadi harus kita yakini kebenarannya. Ilmu Tauhid ini begitu penting.
Sebab itu cetaklah dan sebarkanlah pada keluarga dan teman-teman anda untuk
memperkuat aqidah mereka.
Sebagai manusia tentu tulisan ini tak lepas dari lupa dan salah.
Insya Allah perbaikan dan penyempurnaan bisa anda dapatkan di http://www.media-islam.or.id
Diposkan oleh Muhammad Nuruddin
Selasa, 04 Desember 2012
Perbedaan Syakir ( الشاكر ) Dan Syakur ( الشكور )
Perbedaan Syakir ( الشاكر ) dan Syakur ( الشكور )
Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Kanzul Madfun Wal Fulkul
Masyhun mengatakan:
Sebagian Ulama ditanya tentang perbedaan antara kata Syakir ( الشاكر ) dan
Syakur ( الشكور ) ?
Jawaban:
Syakir ( الشاكر )
adalah siapa saja yang punya kemampuan untuk mensyukuri sesuatu yang telah dia
miliki. Sedangkan Syakur ( الشكور ) adalah manusia yang sanggup memiliki rasa syukur
sekalipun terhadap sesuatu yang belum dia miliki.
Allah Taala berfirman:
وقليل من عبادي الشكور
Artinya: “Sedikit di kalangan hamba-Ku yang menjadi orang yang Syakur.”
By
H. Rizqi Zulqornain Asmat al-Batawiy
Khadimut Thalabah Yayasan al-Muafah Cakung
Langganan:
Postingan (Atom)